Kerangka Berfikir LANDASAN TEORI

ekonomi semata pada kota Abu Dhabi dan New York. Hasil penelitian ini menujukan bahwa pandangan para arsitek di Abu Dhabi dan New York tidak sesuai dengan motivasi yang sebenarnya dalam pengambilan keputusan, namun hal ini tetap saja dilakukan dan dijadikan sebagai sarana untuk memberikan keyakinan dalam menciptakan desain aritektur yang unik dan spektakuler atas dasar mendapatkan keuntungan ekonomi. Komodifikasi dalam penelitian ini digunakan sebagai alat untuk menambah nilai ekonomi sebuah desain arsitektur kota. Berdasarkan uraian penelitian diatas menunjukan kajian tentang komodifikasi karya seni grafis di Yogyakarta yang memusatkan pada karya seni grafis di wilayah Yogyakarta sebagai objek penelitian, ternyata belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini juga diperkuat dengan penggunaan tiga pendeketan teori secara bersamaan seperti; teori komodifikasi, teori psikologi dan teori ekonomi mikro yang belum pernah dilakukan sebagai pisau bedah dalam mengungkapkan dugaan terjadinya komodifikasi pada karya seni dalam penelitian sejenis. Hal ini yang pada akhirnya dijadikan penulis sebagai salah satu dasar perlunya dilakukan penelitian tentang komodifikasi karya seni grafis di Yogyakarta dengan penggunaan tiga pendeketan teori secara bersamaan seperti; teori komodifikasi, teori psikologi dan teori ekonomi mikro.

C. Kerangka Berfikir

Kerangka berpikir adalah sintesis atau abstraksi yang dirumuskan berdasarkan teori-teori terpilih yang dikorelasikan dengan masalah dalam penelitian. Kerangka berpikir dalam penelitian komodifikasi karya seni grafis di Yogyakarta ini dibuat dalam bentuk alur bagan pemikiran yang merupakan sebuah kerangka berpikir sekaligus memuat arah penelitian yang jelas sesuai dengan tema atau objek yang dibahas. Gambaran dan penjelasan penelitian ini disajikan dalam bentuk bagan kerangka berfikir dengan tujuan dapat digunakan sebagai panduan dalam melihat dasar pemikiran peneliti terhadap munculnya praktik komodifikasi pada objek karya seni grafis Sri Maryanto, Bayu Widodo dan Muhamad Yusuf di Yogyakarta. Secara skematis bagan kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut. perpustakaan.uns.ac.id commit to user Gambar 2. Kerangka Berpikir Keterangan: Input dan Output Kajian Objek Kajian Fokus Kajian Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Pengaruh Langsung Hubungan pengaruh timbal balik Hubungan yang menggambarkan sifat dari umum ke khusus SENI GRAFIS INDONESIA Karya Seni Grafis Sri Maryanto, Bayu Widodo dan Muhamad Yusuf Komodifikasi Karya Seni Grafis Sri Maryanto, Bayu Widodo dan Muhamad Yusuf di Yogyakarta Bentuk-bentuk Komodifikasi Karya Seni Grafis di Yogyakarta Faktor Penyebab Komodifikasi Karya Seni Grafis di Yogyakarta Proses Komodifikasi Karya Seni Grafis Sri Maryanto, Bayu Widodo dan Muhamad Yusuf di Yogyakarta FAKTOR EKSTERNAL FAKTOR INTERNAL  Budaya Reproduksi Massal  Munculnya Benda Seni Ekonomi  Pemenuhan Nafsu Selera Masyarakat Moderen atas Karya Seni  Budaya Seolah-olah munculnya karya miniatur, reprlika, duplikasi, imitasi  Budaya Instan serba cepat dan praktis  Adanya Permintaan dan Penawaran terhadap karya seni  Psikologis Seniman Kebutuhan Homeastatik, Aktualisasi diri, dan Kreativitas  Kebutuhan Ekonomi Seniman.  Keistimewaan Karya Seni Grafis yang dapat dilipatgandakan.  Fungsi Politis Seni fungsi ganda pada karya seni.  Mengembalikan proses tangan hand made pada penciptakaan produk seni.  Pemahaman seniman terhadap program Pengembangan Ekonomi Kreatif 2025 Departemen Perdagangan RI commit to user Kemunculan seni grafis di Indonesia pada awalnya merupakan sebuah alat yang digunakan sebagai media propaganda untuk menyapaikan berita kermerdekaan pada tahun 1945 yang dipelopori oleh Affandi, Abdul Salam, Suromo, Mochtar Apin dan Baharuddin Marasutan. Seni grafis diakui sebagai sebuah proses kerja kreatif ketika Affandi, Abdul Salam dan Suromo melakukan proses modifikasi ulang seni grafis di Yogyakarta sebagai media berekspresi seni. Kedudukan seni grafis semakin jelas dalam rumpun seni rupa moderen ketika berdirinya institusi seni di Indonesia. Di Yogyakarta lahir sebuah Akademi Seni Rupa Indonesia ASRI yang sekarang dikenal dengan nama Institut Seni Indonesia Yogyakarta ISI sebagai sebuah lembaga pendidikan seni yang memberikan edukasi ilmu tentang seni grafis. Sejalan dengan perkembangan masyarakat moderen di Yogyakarta karya seni grafis mengalami berbagai macam perubahan dari aspek fisik maupun non fisik. Kehadiran faktor eksternal seperti budaya reproduksi massal, munculnya benda-benda seni bernilai ekonomi, meningkatnya nafsu selera konsumen terhadap karya seni, munculnya produk-produk duplikasi budaya seolah-olah, gaya hidup masyarakat yang serba cepat dan praktis, serta munculnya permintaan dan penawaran terhadap karya seni. Ditambah faktor internal kebutuhan psikologis seniman, dorongan ekonomi seniman, keistimewaan seni grafis, mengembalikan proses tangan hand made pada penciptakaan produk seni, dan pemahaman seniman terhadap industri kreatif telah memunculkan gejala komodifikasi pada karya seni grafis Sri Maryanto, Bayu Widodo dan Muhamad Yusuf di Yogyakarta. Fenomena di atas akan dikaji secara kritis melalui kajian ilmu seni rupa dengan berbagai konsep dan landasan teori untuk menjawab rumusan masalah sebagai berikut: 1 Bentuk komodifikasi apa saja yang terjadi pada objek karya seni grafis di Yogyakarta?, 2 Mengapa terjadi komodifikasi pada objek karya seni grafis di Yogyakarta?, 3 Bagaimana proses terjadinya komodifikasi pada objek karya Sri Maryanto, Bayu Widodo dan Muhamad Yusuf di Yogyakarta?. Data akan dianalisa dengan teknik kualitatif deskriptif dengan strategi studi kasus kemudian dikaji lebih mendalam, detail, intensif dan komperehensif dengan pendekatan hermeneutik. commit to user 47

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di beberapa wilayah Yogyakarta dan sekitarnya seperti, di kediaman seniman Bayu Widodo di Jalan Bugisan Selatan no 11. Tirtonirmolo Kasihan Bantul Yogyakarta, kemudian di kediaman Sri Maryanto di Jalan Ki Ageng Gribig no 56a Klaten Utara, serta di kediaman Muhamad Yusuf di Dusun Sembungan RT 02 Bangunjiwo, Kasihan Bantul Yogyakarta . Waktu penelitian dilakukan dalam setiap minggu yang disesuaikan dengan jadual narasumber dari bulan Oktober hingga pertengahan Desember 2014. Proses wawancara di lapangan membutuhkan kurang lebih satu hingga satu sengah jam dalam satu hari untuk satu narasumber. Penulis dimungkinkan dapat kembali ke lapangan melebihi waktu penelitian apabila data yang diperoleh dirasakan kurang mencukupi atau terjadi kerusakan data yang bersifat non teknis.

B. Jenis Penelitian

Penulis dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Bentuk penelitian kualitatif memungkinkan penulis dapat menggambarkan objek penelitian secara holistik berdasarkan realitas sosial yang ada di lapangan. Bogdan dan Taylor 1957: 5 mendefenisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendapat ini diperkuat oleh pernyataan Sutopo 2002: 89 dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Penelitian Kualitatif” penelitian kualitatif adalah suatu kegiatan untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang bagaimana dan mengapa proses dan makna dalam pernyataan nyatanya meliputi sejauh mana. Karakterisitik penelitian kualitatif adalah sebagai berikut. 1 Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah situasi yang wajar atau ”natural setting” dan peneliti merupakan instrumen kunci, 2 riset kualitatif bersifat deskriptif, 3 riset kualitatif lebih memperhatikan proses ketimbang hasil atau produk semata, 4 commit to user