Industri Kreatif Teori Substansi

ekonomi seperti; apa dan berapa barang yang harus diproduksi, bagaimana barang tersebut di produksi dan untuk siapa barang tersebut diproduksi. Menjawab persoalan tersebut pasar membutuhkan sebuah sistem ekonomi yang secara ekstrim keputusan ekonomi dapat ditentukan langsung pada pasar seperti sistem ekonomi pasar atau free-market capitlalist. Meminjam istilah Adam Smith dalam Sukirno, 2006: 64 tentang sistem ekonomi pasar yang lebih dikenal dengan sebutan laissez-faire, memiliki pemahaman setiap unit pelaku kegiatan ekonomi diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang akan memberikan keuntungan pada dirinya, maka pada waktu yang bersamaan masyarakat akan memperoleh keuntungan juga. Melalui proses mekanisme pasar, pengusaha dan penjual memiliki kebebasan untuk menentukan produksi barang yang dapat menghasilkan keuntungan dengan demikian produsen dapat melakukan efesiensi terhadap fator-faktor produksi yang terbatas dengan cara mengeluarkan biaya serendah-rendahnya dan meningkatkan produksi pada titik optimal. Kebebasan sistem ekonomi pasar ini memungkinkan terjadinya praktik komodifikasi dikarenakan masyarakat dalam hal ini produsen diberi kebebasan dalam menciptakan bentuk-bentuk modifikasi produk sesuai kemampuan individu untuk tujuan mencari laba dengan sistem produksi yang efektif dan efisien sesuai dengan selera masyarakat. Pendekatan teori sistem ekonomi pasar ini dirasakan sesuai dalam menganalisis faktor penyebab terjadinya praktik komodifikasi seni grafis di Yogyakarta.

d. Industri Kreatif

Industri kreatif adalah sebuah industri masa depan yang bertumpu pada daya kreasi manusia. Istilah industri kreatif pertama kali dipopulerkan oleh Partai Buruh di Autralia paa awal tahun 1990- an sebagai upaya dalam mencari format baru untuk memperoleh dana commit to user bagi penciptaan lapangan pekerjaan, tetapi kemudian istilah ini berkembang pesat di Inggris pada akhir tahun 1990-an. Pemerintah Inggris secara khusus membentuk Unit dan Penanggung jawab Industri Kreatif di bawah Departemen Budaya, Media dan Olah Raga Primorac, 2006: 25. Dapat dipahami bahwa industri kreatif merupakan sebuah modal intelektual yang berkaitan erat dengan seni, teknologi, budaya, dan bisnis. Berdasarkan UK DCMS Department of Culture, Media and Sport Task force 1998 dalam Departemen Perdagangan RI, 2008: 4 defenisi industri kreatif dijelaskan sebagai berikut. “creatives Industries as those industries which have their origin in individual creativity, skill talent, and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual propert y and content” Definisi industri kreatif dalam Departemen Perdagangan RI, 2008: 4 tersebut kemudian menjadi acuan bagi Departemen Perdangangan Republik Indonesia pada tahun 2007 untuk mendefinisikan industri kreatif di Indonesia sebagai berikut. “Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut” Peryataan tersebut diperkuat oleh Togar M Simatupang yang menjelaskan Industri kreatif adalah industri yang berfokus pada kreasi dan eksploitasi karya kepemilikan intelektual seperti seni rupa, film, dan televisi, piranti lunak, permainan, atau desain fesyen, dan termasuk layanan kreatif antar perusahaan seperti iklan, penerbitan dan desain 2007: 4. Berdasarkan beberapa defenisi diatas terlihat bahwa industri kreatif banyak bertumpu pada pemanfaatan kreatifitas, keterampilan serta bakat seseorang untuk mewujudkan kesejahteraan serta menyediakan lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan selalu mengupayakan daya kreasi dan daya cipta. Dapat disimpulkan bahwa industri kreatif adalah industri yang unsur utamanya adalah commit to user kreativitas, keahlian, dan talenta yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan melalui penawaran kreasi intelektual. Terdapat 14 sektor industri kreatif berdasarkan pemetaan yang telah dilakukan oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia yang meliputi sektor periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, feysen, video, film dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertujukan, penerbitan dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak, televisi dan radio, riset dan pengembangan Departemen Perdagangan RI, 2008: 6. Departemen Perdagangan Indonesia memperinci sektor pasar barang seni sebagai kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan dan internet. Secara umum pengembangan industri kreatif sangat penting dilakukan disuatu negara, hal ini disebabkan karena industri kreatif memiliki kontribusi ekonomi yang signifikan bagi perekonomian, menciptakan iklim bisnis yang positif, dapat memperkuat citra dan identitas bangsa, mendukung pemanfaatan sumber daya terbarukan, sebagai pusat penciptaan inovasi dan pembentukan kreativitas, serta memiliki dampak sosial yang posisitf Departemen Perdagangan RI, 2008: 23. Pendekatan teori industri kreatif dalam konteks penelitian ini digunakan untuk menganalisa penyebab dan proses terjadinya praktik komodifikasi dari karya seni grafis Sri Maryanto, Bayu Widodo dan Muhamad Yusuf sebagai pelaku usaha yang telah bergerak dibidang industri kreatif.

e. Fungsi Politis Seni