Definisi Komodifikasi Teori Substansi

12

BAB II LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik

1. Teori Substansi

a. Definisi Komodifikasi

Komodifikasi atau Commodification adalah sebuah istilah yang awalnya populer pada kisaran tahun 1977. Komodifikasi merupuakan sebuah konsep fundamental dari pemikiran Marxisme tentang bagaimana kapitalisme berkembang. Kata komodifikasi sendiri berasal dari kata komoditi yang artinya barang yang diperjual belikan atau diperdagangkan. Marxisme melihat komoditas memiliki nilai guna dan nilai tukar. Nilai guna suatu objek tidak lain merupakan kegunaannya yang terkait dengan pengertian Marxisme tentang pemenuhan kebutuhan tertentu, di sisi lain, nikai tukar akan terkait dengan nilai produk itu di pasar, atau harga objek yang bersangkutan. Menurut Baudrillard dalam Barker, 2004: 200 komodifikasi dalam masyarakat konsumen menjadi objek yang tidak lagi dibeli sebagai nilai guna, tetapi sebagai komoditas-tanda. Munculnya proses komodifikasi telah menghadirkan objek tiruan simulacrum yang pada akhirnya membuat masyarakat hanya mengkonsumsi produk- produk tersebut sebagai sebuah komoditas-tanda Sutrisno dan Putranto, 2005: 34. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa komodifikasi merupakan sebuah proses perubahan nilai suatu barang yang menghasilkan produk-produk tiruan sebagai indikasi munculnya budaya seolah-olah dalam masayarakat konsumen. Hal ini selaras dengan pandangan Mosco 2009:132, yang mendefinisikan komodifikasi sebagai proses perubahan nilai pada suatu produk yang tadinya hanya memiliki nilai guna kemudian menjadi nilai tukar nilai jual dimana nilai kebutuhan atas produk ini ditentukan lewat harga yang sudah dirancang oleh produsen. Semakin mahal harga suatu perpustakaan.uns.ac.id commit to user produk menunjukkan bahwa kebutuhan individu dan sosial atas produk ini semakin tinggi. Mengutip istilah Hesmondhalgh 2007:56 komodifikasi merupakan proses transformasi objek dan layanan ke dalam sebuah komoditas. Komodifikasi dalam hal ini lebih menekankan pada aspek proses dibandingkan dengan aspek industrialisasi. Pada tingkatan dasar, hal ini melibatkan proses produksi yang tidak hanya untuk digunakan melainkan sebagai alat pertukaran exchange. Sejalan dengan perkembangan kapitalisme, pertukaran di pasar dilakukan menggunakan media uang. Pendapat ini diperkuat dengan pernyataan Piliang dalam bukunya yang berjudul “Dunia yang Dilipat, Tamasya Melampaui Batas- batas Kebudayaan”, yang menjelaskan bahwa komodifikasi adalah sebuah proses yang mengubah sebuah objek benda atau kebendaan yang awalnya bukan untuk dimaharkan kemudian menjadi komoditas yang memiliki nilai jual Piliang, 2006: 152. Dalam hal ini terjadi apa yang disebutkan sebagai hilangnya nilai-nilai manfaat asli yang hakiki dari benda-benda tersebut karena dominasi nilai tukar dalam kapitalisme. Pandangan ini diperkuat oleh pernyataan Walter Benjamin dalam Sutrisno dan Putranto, 2005: 34 yang menyatakan bahwa dalam masyarakat industri telah terjadi budaya reproduksi massal yang telah menghilangkan “aura” seni dan kedalaman estetisnya atas dasar hanya untuk mengejar tujuan-tujuan ekonomi. Kemunculan praktik komodifikasi dalam masyarakat tentunya dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu, hal ini dijelaskan oleh Karl Marx dan George Simnel, yang dikutip dalam Turner 1992: 115-132 yang menyatakan bahwa komodifikasi muncul karena adanya proses produksi massal dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya sesuai dengan prinsip dasar ekonomi dalam konteks masyarakat industri. Pelaku komodifikasi melihat adanya peluang dalam budaya masyarakat industri dan memanfaatkan peluang tersebut dengan memberikan sentuhan pada setiap benda budaya yang commit to user dihasilkan dengan memproduksinya dalam jumlah yang besar agar dapat dikonsumsi oleh para konsumen secara massal. Adorno dalam Pilliang 2010: 87 mengatakan bahwa komodifikasi tidak hanya terjadi pada barang-barang kebutuhan konsumer, tetapi juga telah merambah pada bidang seni dan kebudayaan. Sedangkan dampak dari adanya proses komodifikasi menurut Lessing dalam Hasan, 2009: 136-150 menjelaskan bahwa proses komodifikasi tidak memakan ruang atau tidak mengikat budaya dan menyebar secara lebih luas serta medalam dengan tampilan yang natural. Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan Lessing, proses komodifikasi berjalan seolah-olah tidak merubah produk asli yang telah mengalami komodifikasi. Tampilan produk massal hasil komodifikasi yang nampak natural membuat orang dengan mudah menerima tanpa ada penilaian kritis. Keaslian produk dalam wacana komodifikasi telah menciptakan dikotomi padangan yang berbeda. Di satu sisi, komodifikasi dianggap merusak dan mengorbankan produk asli dan menciptakan produk masal untuk kepentingan kapital. Sedangkan di sisi lain perubahan-perubahan yang terjadi pada sebuah produk asli dimaknai sebagai pengembangan yang bersifat inovatif dan memberi sumbangan pada kesejahteraan masyarakat. Pendapat ini diperkuat oleh Ni Made Rai Sukmawati dalam penelitiannya yang berjudul “Komodifikasi Kerajinan Seni Patung Kayu di Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gi yanyar” yang mengungkapkan bahwa munculnya proses komodifikasi berdampak pada terjadinya perubahan-perubahan baik dari segi ukuran, bentuk tradisional menjadi moderen, dan penyederhanaan pada karya seni, sesuai dengan pengaruh pasar dan permintaan konsumen Sukmawati 2012: 219. Perubahan-perubahan pada karya asli ini kemudian berdampak atau menjadi konsekuensi atas munculnya praktik komodifikasi dalam karya seni. Teori komodifikasi dalam konteks penelitian ini digunakan untuk menganalisis perubahan bentuk dan proses terjadinya commit to user komodifikasi pada objek karya seni grafis dari seniman Sri Maryanto, Bayu Widodo dan Muhamad Yusuf di Yogyakarta.

b. Psikologi Kepribadian