komodifikasi pada objek karya seni grafis dari seniman Sri Maryanto, Bayu Widodo dan Muhamad Yusuf di Yogyakarta.
b. Psikologi Kepribadian
Sigmund Freud menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki dorongan kreatif dari mekanisme pertahanan defence mechanisme
dalam diri. Menurut Freud dalam Alwisol, 2009: 25 terdapat reaksi kompromis reaction compromise dalam mekanisme pertahanan
manusia berupa sebuah proses sublimasi yang ditandai dengan terjadinya kompromi antara tuntutan insting id dengan realitas ego.
Awilsol menjelaskan bahwa sublimasi merupakan sebuah proses kompromi yang menghasilkan prestasi budaya yang lebih tinggi dan
dapat diterima masyarakat sebagai sebuah prestasi kultural kreatif Alwisol, 2009: 25. Hal ini dapat terlihat dari sosok Leonardo da
Vinci yang gemar melukis wanita sebagai sebuah sublimasi rasa rindu terhadap Ibunya yang telah meninggalkan Ia sejak usia muda.
Berdasarkan hal tersebut terlihat kemunculan proses sublimasi menjadi awal lahirnya imajinasi yang mampu mendorong seseorang
menjadi kreatif. Hal ini selaras dengan pendapat Carl Gustav Jung dalam
Alwisol, 2009: 41 yang menyatakan bahwa ketidaksadaran kolektif telah menjadi pendorong besar bagi manusia untuk memunculkan
kreativitas. Di dalam ketidaksadaran kolektif terdapat sebuah arsetip atau pola tingkah laku, dan di dalam arsetip ini terbagi kembali
menjadi tiga bagian yaitu persona, shadow dan self. Persona merupakan sebuah topeng atau wajah yang dipakai manusia untuk
menghadapi publik Alwisol, 2009:43. Dengan adanya persona manusia dapat bertahan hidup, membantu mengontrol perasaan,
pikiran dan tingkah laku. Sedangkan shadow merupakan bayangan arsetip yang mencerminkan insting kebinatangan Semiun, 2013: 59.
Insting kebinatangan dalam manusia ini digunakan sebagai upaya untuk bertahan hidup. Insting ini membuat manusia lebih bersemangat
dalam menjalani kehidupan. Terakhir adalah self yang merupakan perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
arsetip yang memotivasi perjuangan orang menuju keutuhan Alwisol, 2009:43. Melalui aspek self kreativitas dalam ketidaksadaran diubah
menjadi disadari dan disalurkan menuju aktivitas yang lebih produktif. Semua arsetip tersebut dapat mendorong seseorang untuk bertindak
kreatif dan terarah. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa proses sublimasi menurut Freud dan ketidaksadaran kolektif dari Jung dapat
menjadi pemicu munculnya praktik-praktik komodifikasi dalam masyarakat sebagai akibat munculnya sifat kreatif dari dalam diri
seseorang. Carl Rogers dalam Alwisol, 2009: 275 menggunakan istilah
pribadi yang berfungsi utuh fully functioning person untuk menggambarkan individu yang mampu merealisasi potensi bakatnya
menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh pengalaman yang dimilikinya. Menurut Alwisol ciri-ciri
pribadi yang berfungsi utuh adalah seperti berikut. 1
Memiliki keterbukaan terhadap pengalaman opennes to experience.
2 Kemampuan untuk beradaptasi terhadap situasi.
3 Kemampuan untuk bebas bereksperimen experimental freedom
sesuai dengan apa yang diinginkan tanpa adanya perasaaan tertekan atau terhambat.
4 Kreativitas creativity. Setiap orang yang memiliki pribadi yang
berfungsi utuh berkemungkinan besar untuk memunculkan produk kreatif idea, project, action dan hidup kreatif.
Ciri-ciri pribadi yang berfungsi utuh diatas tidak menutup kemungkinan dapat mendorong seseoroang untuk melakukan
munculnya praktik komodifikasi pada sebuah karya seni. Abraham Maslow dalam konsep potensi kreatif dalam
Alwisol, 2009: 201 menyatakan bahwa kreativitas merupakan ciri universal manusia sejak dilahirkan dan hal tersebut merupakan potensi
setiap orang yang tidak memerlukan bakat dan kemampuan khusus dalam mewujudkannya. Adanya kreativitas dalam diri manusia dapat
commit to user
memotivasi timbulnya ekspresi-ekspresi yang bebas sehingga memungkinkan terjadinya berbagai macam bentuk kreasi produk
ciptaan manusia untuk sebuah tujuan tertentu. Selain hal tersebut, penulis menggunakan teori hirarki
kebutuhan manusia Abraham Maslow untuk mendukung dalam mengungkapkan latar belakang terjadinya praktik komodifikasi karya
seni grafis di Yogyakarta. Maslow menyusun teori motivasi manusia, dimana variasi kebutuhan manusia dipandang tersusun dalam bentuk
hirarki atau berjenjang. Maslow menggunakan piramida gambar 1 sebagai peraga untuk memvisualisasikan gagasannya mengenai teori
hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia selalu termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya Alwisol, 2009: 201.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai yang paling rendah bersifat dasar sampai yang paling tinggi.
Kebutuhan yang memungkinkan mendorong terjadinya komodifikasi adalah kebutuhan fisiologis, rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan
harga diri dan kebutuhan aktualiasasi diri.
Gambar 1. Piramida Hirarki Kebutuhan Manusia Abraham Maslow Sumber: Repro gambar dari buku Dariyo, 2008: 125
Secara keseluruhan kebutuhan tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain dan jika semua kebutuhan tersebut tidak terpenuhi
maka dimungkinkan menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya praktik komodifikasi pada semua benda ciptaan manusia. Praktik
Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan Rasa Aman
Kebutuhan Sosial Kebutuhan
Harga Diri Kebutuhan
Aktualisasi Diri perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
komodifikasi dalam hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu media atau alat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia menurut
hirarki kebutuhan Maslow. Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling
mendasar dan sangat penting untuk bertahan hidup. Diantaranya adalah kebutuhan udara, air, makan, tidur, dan lain-lain. Maslow
percaya bahwa kebutuhan fisiologis sangat penting dan naluriah di dalam hirarki kebutuhan karena kebutuhan yang lain menjadi
sekunder sampai kebutuhan ini terpenuhi Awilsol, 2009: 204. Kebutuhan ini dinamakan juga basic needs yang jika tidak terpenuhi
dalam keadaan yang sangat ekstrim maka manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas
manusia tersebut dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu. Praktik komodifikasi pada sebuah produk
yang dihasilkan manusia dimungkinkan terjadi bila sesorang tersebut membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan fisiologisnya.
Kebutuhan fisiologis adalah pertahanan jangka pendek, sedangkan kebutuhan rasa aman adalah pertahanan jangka panjang
Alwisol, 2009: 204. Sejak bayi kebutuhan rasa aman telah muncul, dimana seorang bayi membutuhkan rasa aman seperti ketenangan,
keteraturan, dan kesetabilan. Pada masa dewasa kebutuhan rasa aman ini kemudian terwujud dalam kebutuhan pekerjaan, gaji, tabungan,
asuransi dan jaminan masa depan Alwisol, 2009: 205. Kebutuhan- kebutuhan rasa aman pada masa dewasa ini memungkinkan terjadinya
komodifikasi pada sebuah produk. Terjadinya pertukaran nilai guna menjadi nilai tukar pada sebuah produk membuat sesorang berfikir
untuk berlomba-lomba mendapatkan tabungan dan jaminan masa depan yang lebih baik.
Kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Individu diberi kesempatan dan kebebasan tanpa
diskriminasi untuk menjalin interaksi sosial dengan siapa saja tanpa terkecuali Dariyo, 2008: 124. Interaksi sosial sebagai salah satu
commit to user
kebutuhan manusia berdampak pada munculnya sebuah komunikasi diantara masyarakat dan bentuk-bentuk komunikasi ini dapat dilihat
dengan jelas pada praktik jual beli antara produsen dan konsumen. Disinilah dimungkinankan terjadinya komodifikasi pada sebuah
produk dalam sebuah masyarakat. Kebutuhan penghargaan dalam masyarakat sangat dibutuhkan
bagi manusia dalam sudut pandang psikis. Penghargaan dari orang lain pada seseorang dapat memberikan rasa bangga dan berguna.
Kebutuhan penghargaan ini dapat diperoleh jika seseorang dapat berguna bagi masyarakat Dariyo, 2008: 124. Praktik komodifikasi
pada sebuah produk dapat dijadikan seseorang sebagai media untuk memenuhi kebutuhan produk masyarakat sehingga dengan tidak
disadari penghargaan itu akan muncul dalam diri si pembuat produk tersebut. Hal ini juga dapat memungkinkan munculnya praktik
komodifikasi dalam sebuah masyarakat. Aktualisasi diri adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan
dengan dirinya sendiri Self fullfilment, untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat lakukan, dan
untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensinya Alwisol, 2009: 205. Manusia yang dapat mencapai tingkat
aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utuh, memperoleh kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari
adanya kebutuhan semacam itu. Proses pencapaian pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut
sangat berkaitan dengan kreativitas diri yang dimiliki setiap individu dalam memperolehnya. Berdasarkan pandangan Maslow tersebut
terlihat bahwa manusia berlomba-lomba mencapai kepuasan-kepuasan personal dengan memenuhi segala kebutuhan hidupnya sebagai akibat
munculnya dorongan nafsu selera dalam diri. Hal ini kemudian diduga dapat memotivasi terjadinya komodifikasi pada produk seni yang
dihasilkan oleh seniman untuk memfasilitasi atau memenuhi kepuasan-kepuasan personal penikmat seni atau masyarakat lain.
commit to user
Menurut Alfred Alder dalam Alwisol, 2009: 64 manusia terlahir dalam keadaan tubuh yang lemah dan tidak berdaya sehingga
menimbulkan persaan inferiorita dan ketergantungan kepada orang lain. Kondisi lemah dan tidak berdaya ini pada akhirnya mendorong
manusia untuk melakukan berbagai hal sebagai cara menutupi segala kekurangan yang dimilikinya. Hal-hal tersebut terangkum dalam enam
teori pokok Adler sebagai berikut. 1
Perjuangan untuk menjadi suskses atau superiorita striving for superiority.
Alder berpendapat bahwa setiap individu memulai kehidupannya dengan berbagai macam bentuk kekurangan fisik yang pada
akhirnya menggerakkan perasaan inferioritas sang pribadi untuk berjuang ke arah keberhasilan atau superioritas Semiun, 2013:
238. Adler dalam Alwisol, 2009: 67 menegaskan bahwa motif utama setiap orang, pria, wanita, anak-anak dan dewasa adalah
untuk menjadi kuat, kompeten, berprestasi dan kreatif. Hal inilah yang menjadikan manusia berjuang untuk meraih kesuksesannya
ditengan segala kekurangan yang dimiliki. 2
Persepsi subyektif subjective preception Setiap orang menentukan segala tujuan-tujuan untuk diperjuangkan
atas dasar interpretasinya sendiri terhadap suatu fakta. Pendapat ini diperkuat oleh pandangan Alwisol dalam bukunya yang berjudul
“Psikologi Kepribadian” yang menyatakan bahwa kepribadian seseorang dibangun bukan karena realita, tetapi atas keyakinan
subjektif orang tersebut terhadap tujuannya untuk menjadi superioritas atau tujuan menjadi sukses Alwisol, 2009: 67.
Perspektif subjektif terhadap realitafakta inilah yang pada akhirnya mengarahkan setiap individu berjuang menuju sebuah kesempurna
hidup yang positif. 3
Kesatuan kepribadian unity of personality Setiap manusia berusaha dengan keras untuk menyatukan segala
pikiran, perasaan dan tindakannya menuju satu arah, yaitu arah perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
tujuan superioritas atau keberhasilan Semiun, 2013: 243-244. Hal ini membuat setiap individu terlihat konsisten dan terarah sesuai
dengan tujuan utamanya untuk mencapai keberhasilan. 4
Minat sosial social interest Minat sosial merupakan sikap keterikatan diri dengan kemanusiaan
secara umum, serta empati kepada setiap orang dengan tujuan bekerja sama untuk mencari keuntungan pribadi Alwisol, 2009:
70. Inferioritas alamiah yang dimiliki manusia mengharuskan mereka bekerja sama dalam masyarakat. Tanpa perlindungan dan
pemeliharaan orang lain seorang individu akan menghadapi kesulitan dalam kehidupannya Semiun, 2013: 250. Dengan
demikian minat sosial merupakan suatu kebutuhan yang penting dilakukan untuk mencapai suatu tujuan keberhasilan.
5 Gaya hidup life of style
Setiap orang memiliki tujuan sama dalam mencapai sebuah superioritasnya, namun untuk mencapai tujuan tersebut setiap
manusia memiliki gaya masing-masing Semiun, 2013: 258. Ada sesorang yang mengejar superioritasnya dengan mengembangkan
kemampuan intelektualnya, namun ada juga orang yang mengejar superioritasnya dengan mengembangkan kekuatan otot. Hal ini
dilakukan setiap manusia sesuai dengan gaya hidupnya masing- masing. Gaya hidup adalah cara unik bagaimana sesorang berjuang
untuk mencapai tujuan khusus yang telah ditentukan orang itu dalam kehidupan tertentu dimana dia berada Alwisol, 2009: 73.
Dengan kata lain gaya hidup merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
setiap individu
dalam mencapai
tujuan keberhasilannya.
6 Kekuatan kreatif diri creative power of the self
Manusia dalam perspektif psikologi kepribadian dipandang sebagai makhluk yang memiliki sifat alami kreatif. Sifat ini akan terlihat
ketika manusia menghadapi berbagai persoalan kehidupan. Alfred Alder dalam Semiun, 2013: 262 menjelaskan bahwa setiap
commit to user
manusia memiliki daya kreatif, yang dimaksud daya kreatif adalah kemampuan manusia dalam mengolah fakta-fakta dunia dan
mentransformasikan fakta-fakta tersebut menjadi kepribadian yang bersifat subjektif, dinamik, menyatu, personal dan unik. Kekuatan
daya kreatif tersebut pada akhirnya membuat setiap manusia menjadi manusia bebas, dan bergerak menuju tujuan yang terarah.
Mekanisme sublimasi Freud, ketidaksadaran kolektif Jung, konsep pribadi yang utuh Rogers, potensi kreatif dan hirarki
kebutuhan Maslow, serta enam teori pokok Adler dalam konteks penelitian ini dirasakan tepat digunakan dalam menganalisis faktor
pendorong terjadinya komodifikasi seni grafis pada karya cetak tinggi dan cetak saring seniman dari sudut padang psikologis seniman Sri
Maryanto, Bayu Widodo dan Muhamad Yusuf.
c. Ekonomi Mikro