Faktor Pendorong Faktor pendorong dan penghambat partisipasi masyarakat

103 a. Setiap masyarakat berpatisipasi karena adanya tuntutan lingkungan untuk saling gotong royong. Seperti yang diungkapkan oleh Pak Si, bahwa masyarakat berpartispasi karena tuntutan lingkungan yang masih kental dengan adat gotong royonh CW, 16022017: 169 ” b. Setiap masyarakat menginginkan Dusun Suwanting menjadi desa yang lebih baik dan maju sehingga Dusun Suwanting yang berada di pelosok ini bisa dikenal oleh masyarakat luas. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh warga Bapak Ar sebelumnya udah pernah ikut komunitas pecinta alam mbak seperti AGMM Anak Gunung Merbabu Merapi untuk melestarikan sinilah khususnya jalur pendakian Taman Nasional Gunung Merbabu dan masyarakat luas bisa tahu bahwa disini adapariwisata pendakian CW9, 04022017: 177. Menunjukkan bahwa masyarakat ikut berpartipasi dengan alasan bahwa partisipasi yang diberikan bisa membawa perubahan atau dalam artian kepentingannya dalam partisipasi. c. Sikap saling menghargai yang ada di Dusun Suwanting membuat masyarakat tanpa canggung untuk ikut berpartisipasi sesuai dengan kemampuan warga masing-masing. Hal ini terlihat berdasarkan pengamatan penulis saat rapat-rapat rutin maupun kegiatan event, dimana satu sama lain bisa saling menghargai pendapat masing dan diputuskan berdasarkan musyawarah. d. Manfaat yang dirasakan saat masyarakat ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata pendakian yang ada di Dusun Suwanting mampu memenuhi kebutuhan masyarakat setempat seperti peningkatan kesejahteraan 104 masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh Mas Ep, bahwa masyarakat sudah merasakan hasil dari adanya pariwisata pendakian, kualitas hidup mereka kehifupan mereka membaik begitu pula dengan ekonomi CW1, 09022017. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat ikut merasakan manfaat dari adanya partisipasi pengembangan pariwisata pendakian.

b. Faktor penghambat

Dari hasil penelitian dapat diketahui beberapa faktor penghambat masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata adalah sebagai berikut : a. Latar belakang pekerjaan masing-masing individu yang berbeda-beda membuat kesibukan individu berbeda-beda dan penyempatan waktu untuk ikut berpartisipasi menjadi berbeda-beda. Seperti ungkapan Mas Ed, yakni faktor yang menghambat adalah karena masyarakat memiliki profesi dan kesibukan masing-masing, jadi mayarakat itu tidak bisa ikut secara penuh andil dalam pengelolaan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pihak pengelola CW3, 12022017: 161. b. Karena pariwisata yang ada di Dusun Suwanting merupakan pariwisata jalur pendakian, maka yang berpartisipasi aktif lebih banyak kaum laki-laki, karena dalam pengelolaan pariwisata pendakian membutuhkan banyak tenaga seperti saat pembenahan jalur, operasi bersih, mengevakuasi wisatawan dan lainnya.. Hal ini berdasarkan pengamatan atau observasi penulis, saat ada pembenahan jalur baik itu pembenahan pipa air maupun jalur pendakian sendiri, lebih banyak menggunakan jasa laki-laki hal ini juga diperkuat oleh dokumentasi dalam bentuk foto yang ada. 105 c. Kurangnya pegetahuan dan wawasan tentang konservasi hutan di pariwisata pendakian yang disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah membuat warga tidak bisa berpartisipasi secara maksimal dalam pengelolaan dan perawatan pariwisata pendakian yang ada. Hal ini terlihat berdasarkan observasi peneliti saat ditanya mengenai pengembangan pariwisata pendakian banyak yang kurang begitu paham, dan kebanyakan kegiatan untuk pengelolaan sendiri masih belum ada seperti bagaimana manajemen pariwisata atau pelatihan tentang konservasi. Kebanyakan yang membuat kegiatan adalah pihak luar, seperti komunitas- komunitas atau organisasi pecinta alam lainnya yang dibantu oleh relawan. d. Kesulitan berkomunikasi dengan bahasa asing saat ada wisatawan dari mancanegara, yang membuat kesalahpahaman antara kedua belah pihak. Hal ini juga dilatar belakangi oleh rendahnya pendidikan masyarakat Dusun Suwanting. Hal ini terlihat berdasarkan observasi peneliti saat terjadi interaksi antara wisatawan asing dengan warga setempat. Selain itu peneliti juga menerima keluhan dari masyarakat setempat kalau mereka tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa asing. Untuk faktor eksternalnya adalah kurangnya perhatian dari pemerintah setempat, sehingga membuat pengelolaan pariwisata kurang berjalan secara maksimal. Hal ini berdasarkan ungkapan Ketua Dusun Suwanting, yakni: Kalau dari pemerintahan sendiri mendukung mbak namun baru sampai tingkat Desa, untuk kecamatan apalagi kabupaten sendiri belum banyak