42
Penataan zona taman nasional didasarkan pada potensi dan fungsi kawasan dengan memperhatikan aspek ekologi, sosial, ekonomi dan budaya.
Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu Taman Nasional Gunung Merbabu, sebelumnya merupakan hutan lindung yang dikelola oleh Perum
Perhutani dalam wilayah KPH Kedu Utara dan KPH surakarta, dan Taman Wisata Alam Tuk Songo yang merupakan salah satu kawasam konservasi
dibawah pengelolaan Balai KSDA Jawa Tengah.
b. Letak Geografis Taman Nasional Gunung Merbabu
Taman Nasional Gunung Merbabu merupakan satu dari 50 Taman Nasional di Indonesia. Taman Nasional Gunung Merbabu ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Nomr : 135Menhut-II2004 pada tanggal 4 Mei 2004 tentang Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Lindung dan Taman Wisata
Alam pada kelompok Hutan Merbabu seluas ± 5.725 ha, yang terletak di Kabupaten Magelang, Semarang, dan Boyolali, Provinsi Jawa Tengah.
Dalam melakukan pengelolaan kawasan, Taman Nasional Gunung Merbabu dibagi menjadi dua Seksi Pengelolaan Taman Nasional SPTN wilayah yaitu
SPTN Wilayah I Kopeng di Kabupaten Semarang dan Boyolali, dan SPTN Wilayah II di Krogowanan d Kabupaten Magelang dan Boyolali. Dibawah
SPTN juga telah dibentuk pengelolaan berbasis Resort yakni: Wilayah SPTN 1 Kopeng terdiri dari Resort Kalipasang dan Resort Samuncar dan Wilayah SPTN
II Krogowanan terdiri dari Resort Wekas dan Resort Wonolelo.
43
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian kali ini adalah : 1.
Penelitian yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Obyek Wisata Oleh Kelompok Sadar Wisata Dewabejo Di Desa
Bejiharjo,Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul” oleh Nur Rika Puspita Sari mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri
Yogyakarta tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui program dan kontribusi Kelompok Sadar Wisata Dewa Bejo dalam mengembangkan
obyek wisata sebagai upaya dalam pemberdayaan masyarakat serta bentuk pemberdayaan dan perubahan yang ada juga mengetahui faktor yang
mempengaruhi pengembangan obyek wisata. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori pemberdayaan masyarakat untuk menganalisis bentuk dan kontribusi apa yang dilakukan masyarakat kelompok sadar wisata
dalam sebuah program untuk pengembangan obyek wisata . Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi Kelompok Sadar Wisata Dewabejo dalam
pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan pariwisata meliputi lahirnya suatu pemikiran, sehingga muncul beberapa program yang
menunjang pengembangan obyek wisata dengan melibatkan masyarakat setempat. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Nur Rika Puspita Sari
dengan peneliti adalah meneliti tentang kontribusi yang diberikan masyarakat pada pengembangan obyek wisata. Sedangkan perbedaannya terdapat pada