Faktor penghambat Faktor pendorong dan penghambat partisipasi masyarakat

105 c. Kurangnya pegetahuan dan wawasan tentang konservasi hutan di pariwisata pendakian yang disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah membuat warga tidak bisa berpartisipasi secara maksimal dalam pengelolaan dan perawatan pariwisata pendakian yang ada. Hal ini terlihat berdasarkan observasi peneliti saat ditanya mengenai pengembangan pariwisata pendakian banyak yang kurang begitu paham, dan kebanyakan kegiatan untuk pengelolaan sendiri masih belum ada seperti bagaimana manajemen pariwisata atau pelatihan tentang konservasi. Kebanyakan yang membuat kegiatan adalah pihak luar, seperti komunitas- komunitas atau organisasi pecinta alam lainnya yang dibantu oleh relawan. d. Kesulitan berkomunikasi dengan bahasa asing saat ada wisatawan dari mancanegara, yang membuat kesalahpahaman antara kedua belah pihak. Hal ini juga dilatar belakangi oleh rendahnya pendidikan masyarakat Dusun Suwanting. Hal ini terlihat berdasarkan observasi peneliti saat terjadi interaksi antara wisatawan asing dengan warga setempat. Selain itu peneliti juga menerima keluhan dari masyarakat setempat kalau mereka tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa asing. Untuk faktor eksternalnya adalah kurangnya perhatian dari pemerintah setempat, sehingga membuat pengelolaan pariwisata kurang berjalan secara maksimal. Hal ini berdasarkan ungkapan Ketua Dusun Suwanting, yakni: Kalau dari pemerintahan sendiri mendukung mbak namun baru sampai tingkat Desa, untuk kecamatan apalagi kabupaten sendiri belum banyak 106 dukungan mbak, namun kami juga mendapat dukungan penuh dari pihak Taman Nasional Gunung Merbabu CW4, 21022017: 165.

c. Upaya mengatasi hambatan

Namun berdasarkan hasil penelitian, peneliti juga menemukan upaya yang dilakukan masyarakat dalam menangani faktor penghambat tersebut, yang meliputi:. a. Pihak pengurus mendorong setiap masyarakat ikut berpatisipasi aktif dalam mengembangkan pariwisata. Hal ini terbukti dari adanya petugas piket yang dirolling setiap RTnya, sehingga masyarakat mau tidak mau harus ikut menjaga pariwisata yang ada sebab jika masyarakat tidak menghadiri piketnya mereka akan dienakan denda uang sebesar Rp.50.000. Hal ini diungkapkan oleh Pak St, bahwa RT mewajibkan setiap individunya untuk ikut berpartisipasi hal ini dilandasi oleh keputusan dusun CW2, 12022017. Diperkuat oleh Mas Ed strategi untuk masyarakat agar ikut berpatisipasi adalah dengan membagi masyarakat bapak-bapak ataupun pemuda menjadi kelompok-kelompok agar masyarakat itu bisa bergiliran dan diwajibkan, jadi setiap individu ikut andil mbak CW3, 12022017: 161. b. Secara inisiatif dan dibantu oleh warga masyarakat Dusun Suwanting, tim perempuan berpartisipasi dengan memberikan kebutuhan pendaki berjualan melalui menyediakan makanan ataupun konsumsi baik yang masih mentah maupun olahan bahan mentah makanan siap saji. Hal ini terlihat dari pengamatan penulis dimana, warung-warung yang bisaanya hanya membuka warung kelontong, ketika ada pendaki bertanya 107 bisa menyediakan makanan, maka pihak pengelola langsung menghubungi para ibu-ibu untuk membuat makanan siap saji. c. Pihak pengurus bekerjasama dengan pihak Taman Nasional mengadakan penyuluhan dan pelatihan tentang bagaimana mengelola konservasi hutan yang baik, dan menanganinya saat terjadi bencana seperti kebakaran hutan. Hal ini ditunjukkan oleh bukti-bukti dokumentasi dari pihak Paguyuban Suwanting Indah sendiri, dan diungkapkan oleh Mas BL saat sebelumnya warga belum memiliki pengetahuan tentang pengelolaan konservasi, akhirnya ada kegiatan pelatihan tentang pengelolaan hutan konservasi terutama saat terjadi adanya kebakaran yang rawan terjadi saat musim kemarau mbak CW8, 22022017: 175. d. Masyarakat Dusun Suwanting belum mampu mengatasi hambatan kesulitan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing. Saat ini belum ada tindak lanjut dari permasalahan tersebut. Tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Taman Nasional Gunung Merbabu Dusun Suwanting juga dipengaruhi oleh adanya faktor pendorong atupun pendukung. Masyarakat setempat juga mengawasi atau mengontrol pembangunan kepariwisataan yang ada dengan ikut terlibat dalam menentukan visi, misi, dan tujuan pembangunan kepariwisataan, mengidentifikasi sumber-sumber daya yang akan dilindungi, dikembangkan dan dimanfaatkan untuk pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam mengimpelemntasikan rencana yang telah disusun.