2.4.5. Masalah dalam Komunikasi Horizontal
Hambatan-hambatan pada komunikasi horizontal yakni: ketidak percayaan diantara rekan-rekan kerja, perhatian yang tinggi pada mobilitas ke atas dan
persaingan dalam sumber daya. Hal tersebut dapat mengganggu komunikasi pegawai yang sama tingkatannya dalam organisasi dengan sesamanya Wayne, 2005.
Menurut Kahn dan Katz dalam Muhammad 2009, bahwa organisasi yang agak lebih otoriter mengontrol dengan ketat komunikasi horizontal ini. Makin tinggi
tingkat pimpinan makin banyak informasi tentang bagian-bagian di bawah kontrolnya dan makin rendah tingkat pimpinan makin sedikit informasi yang diketahuinya atau
informasi yang berkenaan dengan bagiannya saja. Sebaliknya dapat pula dilihat bahwa komunikasi horizontal berkembang serta tidak terkontrol karena struktur
organisasi mempunyai lebih banyak bagian-bagian dan setiap individu makin mempunyai spesialisasi tertentu, kebutuhan akan koordinasi menambah komunikasi
horizontal. Komunikasi horizontal bertambah karena kekuasaan atau otoritas sentralisasi menjadi berkurang.
2.5. Organisasi
Gibson et al 1996, menyatakan bahwa organisasi adalah kesatuan yang memungkinkan anggota mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai melalui tindakan
individu secara terpisah. Manusia atau individu merupakan anggota dari suatu organisasi dan akan memperoleh hasil yang lebih besar daripada dikerjakan sendiri,
karena anggota lain dalam organisasi ikut berperan dalam mencapai hasil tersebut.
Hal ini juga dikatakan Robbins 2010, menyatakan bahwa organisasi adalah kesatuan entity sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif
dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus-menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
Schein dalam Muhammad 2009, menyatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum
melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggungjawab. Lebih lanjut dinyatakan bahwa organisasi mempunyai karakteristik tertentu yaitu
mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung pada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam
organisasi tersebut. Sifat yang dimaksud adalah menandakan bahwa organisasi ini merupakan suatu sistem.
Kochler dalam Muhammad 2009, menyatakan bahwa organisasi adalah sistem hubungan yang terstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang
untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Wright dalam Muhammad 2009, juga menyatakan bahwa organisasi adalah suatu bentuk sistem terbuka dari aktivitas yang
dikoordinasikan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan bersama. Setiap organisasi memerlukan koordinasi supaya masing-masing bagian dari
organisasi bekerja menurut semestinya dan tidak mengganggu bagian lain. Tanpa koordinasi sulit organisasi berfungsi dengan baik.
Suatu organisasi merupakan suatu usaha yang memerlukan usaha lebih dari satu orang untuk menyelesaikan aktivitas tersebut. Kondisi ini timbul karena
disebabkan oleh tugas yang terlalu besar atau terlalu kompleks untuk ditangani satu orang, oleh karena itu suatu organisasi dapat kecil seperti usaha dua orang individu
atau harus melibatkan banyak orang dalam interaksi kerjasama. Organisasi sebagai organisme yang dinamis secara implisit yang tergambar kebutuhan untuk bertumbuh.
Dalam artinya yang sebesar-besarnya dinamisme tanpa pertumbuhan adalah contradiction in termininus dengan arti bahwa pertumbuhan tidak selalu diartikan
sebagai pertumbuhan yang sifatnya kuantitatif namun yang sangat penting pertumbuhan yang sifatnya kualitatif Siagian, 2003.
2.6. Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan suatu institusi yang fungsi utamanya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Tugas rumah sakit adalah melaksanakan
upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan
upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya rujukan Depkes RI, 2009.
Menurut Depkes RI 2009, untuk dapat menyelenggarakan upaya–upaya tersebut dan mengelola rumah sakit agar tetap dapat memenuhi kebutuhan pasien dan
masyarakat yang dinamis, maka setiap komponen yang ada di rumah sakit harus terintegrasi dalam satu sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit terdiri dari :
1. Pelayanan medis, merupakan pelayanan yang diberikan oleh tenaga medis yang profesional dalam bidangnya baik dokter umum maupun dokter spesialis.
2. Pelayanan keperawatan, merupakan pelayanan yang bukan tindakan medis terhadap pasien, tetapi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh
perawat sesuai aturan keperawatan. 3. Pelayanan penunjang medik ialah pelayanan penunjang yang diberikan terhadap
pasien, seperti : gizi, laboratorium, farmasi, rehabilitasi medik, dan lain-lain. 4. Pelayanan administrasi dan keuangan, pelayanan administrasi antara lain salah
satunya adalah bidang ketatausahaan seperti pendaftaran, rekam medis, dan kerumahtanggaan, sedangkan bidang keuangan seperti proses pembayaran biaya
rawat jalan dan rawat inap pasien. Undang- Undang No. 44 tahun 2009 tentang klasifikasi rumah sakit adalah :
1. Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan subspesialistik luas.
2. Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik luas dan
subspesialistik terbatas. 3. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar. 4. Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medis dasar. Berdasarkan klasifikasi rumah sakit yang diukur dari kemampuan unsur
pelayanan kesehatan yang dapat disediakan, ketenagaan, fisik dan peralatan, maka Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II. Medan termasuk dalam Rumah Sakit Umum
Kelas B.
2.7. Landasan Teori