Variabel komitmen organisasi yang digunakan Resmi searah dengan kinerja perawat pelaksana dalam penelitian ini, karena setiap bawahan yang komitmen
organisasinya tinggi dapat ditunjukkan dari kinerjanya. Penelitian Resmi menyimpulkan bahwa arah hubungan persepsi terhadap komunikasi atasan kepada
bawahan dengan komitmen organisasi bersifat positif, artinya semakin positif persepsi pegawai terhadap komunikasi atasan kepada bawahan maka semakin tinggi
komitmen pegawai terhadap organisasinya. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa koefisien regresi pengaruh
instruksi tugas terhadap kinerja perawat pelaksana bertanda positif, artinya semakin baik instruksi tugas yang dikomunikasikan akan meningkatkan kinerja perawat
pelaksana. Hubungan kerja antara pimpinan dan bawahan memberi pengaruh terhadap kinerja. Upaya untuk mengimplementasikan temuan ini, maka seorang
pimpinan hendaknya menciptakan hubungan yang harmonis baik secara vertikal, sehingga terjadi pemahaman mengenai kebijakan yang diambil mendorong kerjasama
yang lebih efektif untuk mencapai sasaran atau tujuan bersama. di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan.
5.1.2 Pengaruh Rasionalitas terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah
Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel rasionalitas tidak berpengaruh terhadap kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan.
Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa rasionalitas pesan yang dikomunikasikan di rumah sakit belum memungkinkan terjalinnya kaitan satu
aktivitas dengan aktivitas lainnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan perawat sebagai upaya meningkatkan kinerja perawat pelaksana.
Perawat pelaksana di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan memiliki dualisme dalam bekerja, yaitu kebutuhan akan kepuasan kerja sebagai individu di
satu sisi dan keharusan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di sisi lainnya. Menurut Rakhmat 2003, frekuensi komunikasi yang dilakukan secara
informal tidak signifikan dalam mereduksi ambiguitas atau dualisme antara pelanggan dan kebutuhan.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwa kepuasan kerja perawat pelaksana dapat meningkat bila kualitas komunikasi yang dibangun kepala
perawatan bersifat positif dan lebih bermakna. Komunikasi yang saling memberikan feedback akan mempengaruhi kepuasan kerja perawat pelaksana. Dengan
terpenuhinya kebutuhan perawat akan kepuasan kerjanya, maka dengan sendirinya akan berdampak positif bagi peningkatan kinerjanya dalam memberikan asuhan
keperawatan. Peran komunikasi yang terbuka dan rasional untuk meningkatkan kinerja
perawat pelaksana berbeda dengan temuan penelitian terdahulu yang dilakukan Imron dan Kristiani 2006 tentang hubungan antara keterbukaan komunikasi dengan
kepuasan kerja, bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterbukaan dalam komunikasi terhadap kinerja. Pemeliharaan hubungan kerja akan tercipta dengan
memanfaatkan komunikasi secara efektif dan komunikasi dua arah secara lisan maupun tulisan, informal ataupun formal.
Perbedaan temuan penelitian ini dengan penelitian Imron dan Kristiani kemungkinan akibat tingkat rasionalitas pesan yang dikomunikasikan kepala
perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan sebagai institusi yang dikelola oleh lembaga kepolisian berbeda dengan pola komunikasi dan tingkat
rasionalitas pesan yang dikomunikasikan pada lembaga pelayanan kesehatan yang dikelola oleh pemerintah daerah seperti puskesmas atau rumah sakit pemerintah.
5.1.3 Pengaruh Ideologis terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit