PENERAPAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MATERI POKOK NILAI NILAI PANCASILA PADA SISWA KELAS VIII SMP PANCASILA IX BATUWARNO TAHUN PELAJARAN 2009 2010

(1)

commit to user

PENERAPAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MATERI POKOK NILAI-NILAI PANCASILA PADA SISWA KELAS VIII SMP PANCASILA

IX BATUWARNO TAHUN PELAJARAN 2009/2010 ( Penelitian Tindakan Kelas)

SKRIPSI

Disusun Oleh : DYAH RETNO PALUPI

K 6405016

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009


(2)

commit to user PENGAJUAN

PENERAPAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MATERI POKOK NILAI-NILAI PANCASILA PADA SISWA KELAS VIII SMP PANCASILA

IX BATUWARNO TAHUN PELAJARAN 2009/2010 ( Penelitian Tindakan Kelas)

Oleh :

DYAH RETNO PALUPI K 6405016

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2009


(3)

commit to user


(4)

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan telah diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :

Ketua : Drs. Machmud, AR, SH, M.Si ...

Sekretaris : Winarno, S.Pd, M.Si ...

Anggota I : Dra. Rusnaini, M.Si ...

Anggota II : Drs. H. Utomo, M.Pd ...

Disusun oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19621126 198103 1 001


(5)

commit to user ABSTRAK

Dyah Retno Palupi. PENERAPAN PETA KONSEP UNTUK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN MATERI POKOK NILAI-NILAI PANCASILA PADA SISWA KELAS VIII SMP PANCASILA IX BATUWARNO TAHUN PELAJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas). Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas VIII B SMP Pancasila IX Batuwarno Tahun Ajaran 2009/2010 pada materi pokok nilai-nilai pancasila dengan penerapan peta konsep.

Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan model siklus. Tiap siklus ada 4 tahapan, yaitu : (1) perencanaan tindakan (Planning), (2) Pelaksanaan Tindakan ( Acting), (3) Observasi (Observing) dan (4) refleksi (Reflecting). Sebagai subjeknya adalah siswa kelas VIII B SMP Pancasila IX Batuwarno yang berjumlah 31 siswa. Subjek ini dipilih karena kelas ini mempunyai rata- rata kelas terendah di antara kelas VIII yang lainnya. Teknik pengumpulan data untuk variabel peningkatan prestasi/hasil belajar PKn melalui penerapan peta konsep. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara, observasi, dokumentasi, tes, angket balikan siswa serta foto. Teknik analisis data yang digunakan adalah model interaktif yang mempunyai 3 buah komponen, yaitu : pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat di simpulkan, bahwa penelitian tindakan kelas pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan prestasi/hasil belajar PKn untuk materi pokok nilai-nilai pancasila pada siklus I bisa mendapatkan rata-rata kelas 64,83 yang semula pada tes awal rata-rata kelasnya hanya 57,42 mengalami peningkatan, begitu juga pada siklus II juga mengalami peningkatan sebesar 5,65 % yaitu menjadi 70,48. Dengan demikin, dapat


(6)

commit to user

diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran PKn dengan penerapan peta konsep dapat meningkatkan prestasi/hasil belajar PKn pada siswa Kelas VIII B SMP Pancasila IX Batuwarno Tahun Ajaran 2009/2010.


(7)

commit to user

ABSTRACT

Dyah Retno Palupi. THE APPLICATION OF CONCEPT MAP IN

IMPROVING THE CITIZENSHIP EDUCATION LEARNING

ACHIEVEMENT IN THE SUBJECT MATTER OF PANCASILA VALUES IN VIII GRADER OF SMP PANCASILA IX BATUWARNO IN THE SCHOOL

YEAR OF 2009/2010 (Classroom Action Research). Thesis, Surakarta: Teacher

Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret University, January 2010.

The objective of research is to improve the learning achievement of VIII B grader of SMP Pancasila IX Batuwarno in the School Year of 2009/2010 in the subject matter of pancasila values using the application of concept map.

This study belongs to a Classroom Action Research with cycle model, there are 4 stages in each cycle: (1) planning, (2) acting, (3) observing, and (4) reflecting. The subject was the VIII B graders of SMP Pancasila IX Batuwarno in the School Year of 2009/2010 as many as 31 students. The subject of research was selected because this class has the lowest mean value among other VIII classes. Technique of collecting data used for the learning achievement/result of Citizenship subject was the application of conceptual map. Techniques of collecting data employed were interview, observation, documentation, test, students’ returned questionnaire as well as photograph. Technique of analyzing data used was an interactive model with 3 components: data collection, reduction, display and conclusion drawing or verification.

Based on the result of research, it can be concluded that the classroom action research in cycle I shows the improvement of achievement/result of Citizenship subject in the subject matter of pancasila values in cycle I of 64.83 from 57.42 in prior condition, and in cycle II it also increases by 5.65% to 70.48. Thus, it can be recommended that the Citizenship learning with the application of conceptual map can improve the achievement/result of Citizenship subject in the VIII B graders of SMP Pancasila IX Batuwarno in the School Year of 2009/2010.


(8)

commit to user MOTTO

“Akar prestasi sejati adalah niat untuk mencapai yang terbaik” (Harold Yaylor)


(9)

commit to user PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan

Kepada: Ibu dan Bapak tercinta,

Adik-adikku tersayang, Teman-teman Seperjuangan Angkatan 2005, Dan Almamater.


(10)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skipsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagai persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian untuk penyusunan skripsi ini.

2. Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian untuk penyusunan skripsi ini.

3. Ketua Program Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan ijin penelitian untuk penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Rusnaini, M.Si, Pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak Drs. H. Utomo, M.Pd, Pembimbing II dan Pembimbing Akademik yang dengan sabar telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Segenap Bapak/ Ibu Dosen Prodi PKn yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepala sekolah SMP Pancasila IX Batuwarno yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

8. Guru pendidikan kewarganegaraan di SMP Pancasila IX Batuwarno yang telah membantu kelancaran dalam penelitian ini.

9. Almamater PKn angkatan 2005 yang telah memberikan motivasi untuk meyelesaikan skripsi ini.


(11)

commit to user

10.Semua pihak yang telah membantu penulis untuk kelancaran penulisan skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini telah berusaha semaksimal mungkin, namun penulis menyadari masih ada banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakannya. Penulis berharap semoga semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan.

Surakarta, Januari 2010 Penulis


(12)

commit to user DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PENGAJUAN ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN PENGESAHAN ... HALAMAN ABSTRAK ... HALAMAN MOTTO ... HALAMAN PERSEMBAHAN ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Pembatasan Masalah ... D. Rumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ... F. Manfaat Penelitian ... BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Prestasi Belajar PKn

a. Prestasi Belajar ... b. Pendidikan Kewarganegaraan ... 2. Peta Konsep

a. Pengertian Peta Konsep ... b. Ciri-ciri Peta Konsep...

i ii iii iv v vii viii ix xi xv xvi xvii 1 3 3 4 4 4 5 9 16 17 xii


(13)

commit to user

c. Teknik Menyusun Peta Konsep ... d. Manfaat Peta Konsep ... e. Kelebihan dan Kekurangan Peta Konsep ... 3. Materi Pokok Nilai-nilai Pancasila

a. Pancasila

1) Pengertian Pancasila ... 2) Sejarah Perumusan Pancasila ... 3) Pancasila sebagai Dasar Negara RI ... 4) Pancasila sebagai Ideologi Negara ... b. Nilai-nilai Pancasila

1) Pengertian dan Jenis Nilai ... 2) Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi

Negara ... 3) Pancasila sebagai Ideologi Terbuka ... 4) Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan ... B. Penelitian yang Relevan ... C. Kerangka Berpikir ... D. Hipotesis Tindakan ... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... B. Pendekatan Penelitian ... C. Subjek Penelitian ... D. Sumber Data ... E. Teknik Pengumpulan Data ... F. Validitas Data ... G. Analisis Data ... H. Indikator Kinerja ... I. Prosedur penelitian ...

18 19 22 24 25 27 29 30 31 33 34 38 39 41 42 43 45 46 47 51 52 54 54 59 xiii


(14)

commit to user

AB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Profil Sekolah ………...

2. Visi Misi ………..

3. Keadaan Guru ………...

4. Keadaan Siswa ……….

5. Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah ……….. 6. Subjek Penelitian

a. Profil Guru Mitra ………...

b. Profil Siswa ………

B. Deskripsi Umum Pembelajaran

1. Obsevasi awal Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas VIII B di SMP Pancasila IX Batuwarno ……… 2. Penelitian Siklus I

a. Tahap Perencanaan Tindakan I ………...

b. Pelaksanaan Tindakan I ……….

c. Observasi dan Interpretasi Tindakan I …………... d. Analisis dan Refleksi Tindakan I ………... 3. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus I dan Temuan

Penelitian

a. Hasil Observasi Siswa ... b. Hasil Observasi Kinerja Guru ... c. Hasil Tes ... d. Hasil Angket Tanggapan Balikan Siswa ... e. Hasil Refleksi ... f. Temuan Penelitian untuk Perbaikan Siklus Siklus II ... 4. Penelitian Siklus II

a. Perencanaan Tindakan II ………... b. Pelaksanaan Tindakan II ...………...

c. Observasi Tindakan II ….………...

d. Refleksi Tindakan II ………...

60 60 62 63 64 64 67 69 71 73 74 75 76 76 78 80 82 82 85 87 88 89 xiv


(15)

commit to user

5. Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus II dan Temuan Penelitian

a. Hasil Observasi Siswa ... b. Hasil Observasi Kinerja Guru ... c. Hasil Tes ... d. Hasil Angket Balikan Siswa ... e. Hasil Refleksi ... f. Temuan Penelitian Siklus II ... C. Analisis Pelaksanaan Tindakan kelas dalam Penerapan Peta

Konsep pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Perencanaan yang Dilakukan Guru untuk Mempersiapkan

Penerapan Peta Konsep ... 2. Implikasi Penerapan Peta Konsep Terhadap Peningkatan

Prestasi Belajar PKn ... 3. Hambatan atau Kendala yang Dihadapi Guru dalam

Penerapan Peta Konsep ... 4. Upaya untuk Mengatasi Hambatan atau Kendala yang

Dihadapi Guru dalam Penerapan Peta Konsep ... BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Implikasi ... C. Saran ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

90 90 91 93 94

97

98

98

99

101 101 101 103 106


(16)

commit to user DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Waktu Penelitian ... 2. Indikator Kinerja Penelitian ... 3. Kriteria Keberhasilan Tindakan untuk Kualitas Hasil

Belajar ... 4. Daftar Nama Guru SMP Pancasila IX Batuwarno ... 5. Jumlah Siswa SMP Pancasila IX Batuwarno... 6. Daftar Siswa Kelas VIII B ... 7. Data Keaktifan Siswa Kelas VIII B Siklus I ... 8. Hasil Tes Kemampuan Awal ... 9. Hasil Tes Siklus I ... 10. Hasil Angket Tanggapan Balikan Siswa Siklus I ... 11. Data Keaktifan Siswa Kelas VIII B Siklus II ... 12. Hasil Tes Siklus II ... 13. Hasil Angket Tanggapan Balikan Siswa Siklus II ... 14. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I

dan Siklus II ... 15. Perbandingan Tingkat Keaktifan siswa Siklus I dan

Siklus II ...

42 54

54 62 63 66 75 76 77 79 89 90 92

95

96


(17)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Peta Konsep Materi Pokok Nilai-nilai Pancasila ... 2. Skema Kerangka Berpikir ... 3. Siklus PTK ... 4. Model Analisis Interaktif ... 5. Skema Prosedur Penelitian ... 6. Diagram Keaktifan Siswa Siklus I ... 7. Diagram Hasil Tes Kemampuan Awal ... 8. Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ... 9. Diagram Keaktifan Siswa Siklus II ... 10.Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II ... 11.Diagram Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siklus

I dan Siklus II ... 12.Diagram Perbandingan Tingkat Keaktifan Siswa Siklus I dan Siklus II ...

23 40 45 53 58 75 77 78 89 91

95

96


(18)

commit to user LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus ... 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tes Kemampuan

Awal ... 3. Kisi-kisi Soal ... 4. Soal-soal Tes ... 5. Kunci Jawaban Soal ... 6. Uji Validitas Tes ... 7. Soal Hasil Uji Validitas ... 8. Lembar Observasi Kinerja Guru ... 9. Lembar Observasi Keaktifan Siswa ... 10. Angket Tanggapan Balikan Siswa ... 11. Pedoman Wawancara ... 12. Hasil Wawancara ... 13. Dokumentasi Penelitian ... 14. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 15. Daftar Kelompok Belajar Siklus I ... 16. Soal Diskusi Kelompok Siklus I ... 17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 18. Daftar Kelompok Belajar siklus II ... 19. Soal Diskusi Kelompok siklus II ... 20. Hasil Skor Keaktifan Siswa Siklus I ... 21. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 22. Daftar Nilai Tes Kemampuan Awal ... 23. Daftar Nilai Tes Siklus I ... 24. Hasil Skor Keaktifan Siswa Siklus II ... 25. Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II ...

107 109 111 112 123 125 131 142 143 144 147 148 150 153 157 158 162 166 167 173 175 176 177 178 180 xviii


(19)

commit to user

26. Daftar Nilai Tes Siklus II ... 27. Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Tentang Ijin Menyusun Skripsi/ Makalah ... 28. Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Dekan FKIP

Universitas Sebelas Maret ... 29. Surat Ijin Akan Melakukan Penelitian yang Ditujukan

Kepada Kepala Sekolah ... 30. Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian ...

181

182

183

184 185


(20)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan sains dan teknologi yang begitu pesat, menggugah para pendidik untuk dapat merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih terarah pada penguasaan konsep materi pembelajaran, yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari dalam masyarakat. Untuk dapat menyesuaikan perkembangan sains dan teknologi, kreativitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak yang perlu ditingkatkan. Jalur yang tepat untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah melalui jalur pendidikan.

Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan. tanpa adanya pendidikan manusia tidak dapat menggunakan segenap kemampuannya. Keberhasilan di dalam dunia pendidikan antara lain ditunjukkan oleh adanya peningkatan kualitas dari hasil pendidikan dan dapat dilihat pada prestasi belajar yang baik.

Berdasarkan pengalaman mengajar di SMP Pancasila IX Batuwarno, perilaku siswa cenderung hanya mendengar dan mencatat pelajaran yang diberikan guru. Siswa tidak mau bertanya apalagi mengemukakan pendapat tentang materi yang diberikan. Melihat kondisi ini, peneliti berusaha untuk mencarikan metode pembelajaran lain yaitu metode pembelajaran diskusi. Siswa dibagi atas beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang (melihat kondisi siswa di kelas). Dari diskusi yang telah dilaksanakan, ternyata siswa masih kurang mampu dalam mengemukakan pendapat, sebab kemampuan dasar siswa masih rendah. Dalam bekerja kelompok, hanya satu atau dua orang saja yang aktif, sedangkan yang lainnya membicarakan hal lain yang tidak berhubungan dengan tugas kelompok. Berhubung tidak semua anggota kelompok yang aktif, maka tanggung jawab dalam kelompok menjadi kurang, bahkan dalam kerja kelompok (diskusi), peneliti juga menemukan ada di antara anggota kelompok yang egois sehingga tidak mau menerima pendapat teman.


(21)

commit to user

Melihat kenyataan-kenyataan yang peneliti temui pada sikap siswa di dalam proses pembelajaran tersebut di atas, peneliti berpendapat bahwa aktivitas siswa di SMP Pancasila IX Batuwarno dalam pembelajaran Kewarganegaraan sangat kurang.

Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rendahnya perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran Kewarganegaraan. Guru sering memberikan pelajaran dalam bentuk ceramah dan tanya-jawab, sehingga siswa tidak terstimulasi untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif. Dari pengalaman yang peneliti hadapi di dalam proses pembelajaran Kewarganegaraan yang tidak aktif maka peneliti berusaha mencarikan strategi pembelajaran lain, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan lebih berkualitas. Strategi pembelajaran yang akan peneliti coba adalah dengan pembelajaran menggunakan peta konsep. Strategi pembelajaran dengan bantuan pemetaan konsep merupakan salah satu alternatif yang dapat membantu dalam meningkatkan hasil belajar (Jegede, Alaiyemola, dan Okebuola: 1990: 146)

Sebagai salah satu strategi pemecahan masalah menuju belajar bermakna, peta konsep menerapkan prinsip pembelajaran kontekstual yang meliputi prinsip

relating, experiencing, applying, cooperating dan transfering. Hal ini sesuai dengan teori belajar asimilasi kognitif dari David P. Ausubel yang dianggap sebagai sumber aspirasi lahirnya teknik peta konsep ( Hisyam Zaini, 2002: 19). Dalam teori belajar asimilasi kognitif ini dijelaskan bahwa proses belajar bermakna akan terjadi apabila para siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan konsep-konsep atau pengetahuan yang baru.

Peta Konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk preposisi (yaitu pernyataan yang dapat bernilai benar atau salah, tetapi tidak keduanya). Preposisi ini merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam satu unit. Disini peta konsep yang digunakan merupakan subuah pernyataan grafik dua dimensi pada suatu pengetahuan yang dominan (Novak & Gowin, 1984), peta konsep digunakan secara efektif untuk pembentukan pengetahuan, untuk dasar pembelajaran, perekam perubahan konsep selama pengembangan koognitif, dari


(22)

commit to user

suatu evaluasi. strategi ini, hanya meminimalkan kumpulan dari relation names

yang digunakan dalam pemilihan konstruksi ranah konsep/peta konsep.

Ketertarikan peneliti mengambil strategi pembelajaran peta konsep, karena peneliti melihat dalam strategi pembelajaran peta konsep semua siswa diberi tugas dan tanggungjawab, baik individu maupun kelompok. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini peneliti mengambil sebuah judul yaitu: “Penerapan Peta Konsep UntukMeningkatkanPrestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Materi Pokok Nilai-Nilai Pancasila Pada Siswa Kelas VIII SMP Pancasila IX Batuwarno Tahun Pelajaran 2009/2010” (Penelitian Tindakan Kelas).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan, antara lain:

1. Siswa tidak terstimulasi untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif. 2. Strategi dalam pembelajaran yang diterapkan belum tepat dan belum

berdasarkan pada kebutuhan yang bersangkutan, tetapi lebih cenderung pada tuntutan pokok bahasan.

3. Proses pembelajaran yang terjadi hanya satu arah yaitu berpusat pada guru (teacher center).

4. Prestasi belajar siswa rendah.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah serta identifikasi masalah di atas, maka permasalahan difokuskan pada prestasi belajar siswa kelas VIII B SMP Pancasila IX Batuwarno pada mata pelajaran PKn yang rendah. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut akan diterapkan peta konsep, pada materi pokok nilai-nilai pancasila.


(23)

commit to user D. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah penerapan peta konsep dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan materi pokok nilai-nilai pancasila pada siswa kelas VIII SMP Pancasila IX Batuwarno Tahun Pelajaran 2009/2010?”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan materi pokok nilai-nilai pancasila melalui strategi peta konsep.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Untuk memberikan gambaran kelebihan dan kekurangan peta konsep dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi Nilai-Nilai Pancasila. 2. Manfaat Praktis

Memberi masukan pada tenaga pengajar (guru) khususnya pengajar di SMP Pancasila IX Batuwarno dalam menerapakan pembelajaran yang berorientasi pada keterlibatan secara aktif siswa dalam proses belajar mengajar.


(24)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

Setiap kegiatan ilmiah termasuk penelitian ilmiah tidak akan pernah lepas dari ilmu pengetahuan sebagai pendukung penelitian yang akan atau telah dilaksanakan. Ilmu pengetahuan tersebut sangat diperlukan agar penelitian dapat teruji kebenaranya. Karena penelitian yang baik adalah penelitian yang mempunyai teori-teori relevan yang dapat mendukung apa yang akan atau telah diteliti.

Teori-teori yang dijadikan tinjauan pustaka tentunya adalah teori-teori yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Teori harus mencakup berbagai konsep yang ada dalam penelitian, oleh sebab itu setiap peneliti harus menemukan sebanyak-banyaknya teori untuk mendukung penelitianya. Begitu pula dalam penelitian ini. Peneliti harus menemukan sejumlah teori yang dapat dijadikan pendukung apa yang akan atau sedang diteliti.

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam bab ini akan diuraikan mengenai berbagai landasan teori yang sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. Adapun landasan teori dalam penelitian ini adalah : (1) Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan (2) Peta Konsep (3) Materi Pokok Nilai-nilai pancasila.

1. Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan a. Prestasi Belajar

1) Pengertian Prestasi Belajar

Dalam proses belajar mengajar dikelas untuk mengetahui berhasil atau tidaknya pembelajaran yang dicapai siswa harus dilakukan evaluasi yang hasilnya berupa prestasi belajar siswa. Evaluasi terhadap penilaian hasil dan proses belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan peserta didik dalam mengusai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Dari hasil evaluasi terhadap penilaian tersebut dapat diketahui kompetensi dasar dan


(25)

commit to user

materi yang belum dikuasai peserta didik. Nana Syaodih Sumadinata, (2003:102) menyatakan bahwa “Prestasi belajar dapat disebut juga sebagai hasil belajar yang merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensi atau kapasitas yang dimiliki oleh seseorang yang dapat dilihat dari perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan berpikir maupun ketrampilan motorik”. Sama halnya dengan Nana Sudjana (2008:22) dalam bukunya berpendapat bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Prestasi belajar berasal dari kata “prestasi” dan “belajar” (Zainal Arifin, 1990:2-3). Prestasi merupakan hasil yang telah dicapai.

Prestasi merupakan wujud dari keunggulan yang diperoleh seseorang dalam bidang tertentu. Prestasi diperoleh melalui perjuangan yang dilandasi oleh motivasi yang tinggi untuk melakukan tindakan. Untuk mewujudkan prestasi diperlukan langkah-langkah nyata yang harus dilakukan untuk mempersiapkan tujuan yang hendak dicapai.

Menurut Zainal Arifin (1990: 3) “Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang esensial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang hidupnya manusia selalu mengejar presatsi menurut bidang dan kemampuannya masing-masing”. Prestasi belajar adalah hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena dengan mengetahui prestasi belajar maka dapat diketahui apakah orang tersebut pandai atau kurang pandai. Seseorang yang telah memiliki prestasi yang baik pasti dia akan merasa puas terhadap dirinya dan kepandaian yang dia miliki akan membawa kebanggaan tersendiri bagi kehidupannya. Prestasi belajar baru akan diketahui setelah orang tersebut menyelesaikan suatu proses belajar mengajar.

W.S Winkel (1991: 39) menambahkan bahwa, “Prestasi belajar adalah bukti keberhasilan yang dapat dicapai dalam suatu proses yang berlangsung dalam interaksi subjek dengan lingkungannya yang


(26)

commit to user

menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai-nilai yang akan disimpan atau dilaksanakan menuju kemajuan”.

Dari pendapat yang telah disampaikan oleh pakar di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil akhir yang akan diterima oleh siswa setelah ia mengikuti serangkaian kegiatan belajar mengajar di sekolah dan setelah ia mengkuti evaluasi belajar yang diadakan oleh guru, dimana dengan prestasi belajar itulah dapat diketahui apakah siswa itu pandai atau kurang pandai.

2) Fungsi dan Kegunaan Prestasi Belajar

Untuk mengetahui seberapa jauh prestasi belajar telah dicapai maka diadakan kegiatan evaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis dengan mengumpulkan bukti-bukti untuk menentukan keberhasilan belajar. Oemar Hamalik (2003:159) dalam bukunya menyatakan tentang evaluasi hasil belajar merupakan:

Keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar merujuk kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku.

Tujuan dilaksanakannya kegiatan evaluasi adalah untuk mengetahui kefektifan dan keberhasilan kegiatan belajar mengajar sehingga dalam pelaksanaannya evaluasi harus dilakukan secara kontinue. Kontinue artinya evaluasi harus dilakukan secara terus-menerus baik itu pada awal, pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar maupun pada akhir tatap muka kegiatan belajar mengajar. Evaluasi pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar peserta didik, terutama hasil yang berkenaan dengan pengusaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran.

Zainal, Arifin (1990:2) mengemukakan fungsi utama prestasi belajar antara lain:


(27)

commit to user

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambing pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.

Berdasarkan fungsi dari prestasi belajar yang telah disebutkan diatas, maka dapat diketahui bahwa betapa pentingnya mengetahui prestasi belajar siswa baik individual maupun kelompok. Hal tersebut disebabkan karena prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga berguna bagi guru yang bersangkutan sebagai umpan balik dalam melaksanakan pembelajaran dikelas apakah akan diadakan perbaikan dalam proses belajar mengajar ataupun tidak. 3) Batas Minimal Prestasi Belajar

Menetapkan batas minimum keberhasilan siswa berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Di antara norma-norma pengukuran tersebut adalah sebagai berikut :

1) Norma skala angka dari 0 sampai 10 2) Norma skala angka dari 0 sampai 100

Angka terendah yang menyatakan kelulusan/keberhasilan belajar (passing grade) skala 0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skala 0-100 adalah 55 atau 60 (Muhibbin Syah, 1999: 196-197).

4) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Baik dan buruknya prestasi belajar seorang siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Muhibbin Syah (1995: 132) secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

a) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.


(28)

commit to user

b) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

c) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

Pendekatan belajar, dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi (Muhibbin Syah, 1995: 139).

Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan penggunaan peta konsep sebagai pendekatan belajar untuk meningkatkan prestasi belajar kewarganegaraan materi Nilai-Nilai Pancasila.

b. Pendidikan Kewarganegaraan

1) Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Permendiknas No 22 tahun 2006 ).

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 39 menyebutkan bahwa, Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara. Pada jenjang pendidikan tinggi, pendidikan bela negara diselenggarakan antara lain melalui pendidikan kewiraan.


(29)

commit to user

S. Sumarsono, dkk (2002: 6), menyebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil akan menumbuhkan sikap mental bersifat cerdas, penuh dengan rasa tanggung jawab dari peserta didik dengan perilaku yang:

(1) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati nilai-nilai falsafah bangsa.

(2) Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

(3) Bersikap rasional, dinamis dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara.

(4) Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran Bela Negara. (5) Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni

untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara.

“Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”. (M. N. Sumantri, 2001: 299).

Udin S. Winataputra (2007), menyatakan bahwa “Pengertian pendidikan kewarganegaraan sebagai citizenship education, secara substantif dan paedagogis didesain untuk mengembangkan warga negara yang cerdas dan baik untuk seluruh jalur dan jenjang pendidikan”.

Sampai saat ini bidang itu sudah menjadi bagian inheren dari instrumentasi serta praksis pendidikan nasional Indonesia dalam lima status. Pertama, sebagai mata pelajaran di sekolah. Kedua, sebagai mata kuliah di perguruan tinggi. Ketiga, sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam kerangka program pendidikan guru. Keempat, sebagai program pendidikan politik yang dikemas dalam bentuk Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Penataran P4) atau sejenisnya yang pernah dikelola oleh Pemerintah sebagai suatu crash program. Kelima, sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan kelompok pakar terkait, yang dikembangkan sebagai landasan dan kerangka berpikir mengenai


(30)

commit to user

pendidikan kewarganegaraan dalam status pertama, kedua, ketiga, dan keempat. (Udin S. Winataputra, 2007).

Melalui Pendidikan Kewarganegaraan ini diharapkan mampu untuk memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam pembukaan UUD 1945.

PKn atau Civic education yang diartikan sebagai mata pelajaran di sekolah merupakan pembelajaran yang tidak mencangkup pengalaman belajar di sekolah tetapi juga diluar sekolah, sehingga PKn memiliki ruang lingkup kajian yang luas. Rumusan definisi di bawah ini kiranya dapat melukiskan ruang lingkup Civic Education.

Civic education includes and insolves those teaching, that type of teaching method; those student activities; those administrative and supervisory procedures which the school may ultilize purposively to make for better living together in the democratic way or (synonymously) to develop better in the behaviors

(Mahoney, 1995: 35 dalam Muhammad Nurman Sumantri, 2001: 283).

Rumusan tersebut memiliki arti bahwa pendidikan kewarganegaraan terkait pengajaran yang meliputi metode mengajar, aktivitas siswa, proses administratif dan pengawasan yang dimanfaatkan sekolah dengan tujuan membuat kehidupan bersama lebih baik dalam cara yang demokratis.

Maka dari berbagai pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu pendidikan yang bertujuan untuk mendidik generasi muda agar menjadi warga negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, yang berpartisipasi aktif dalam rangka membangun sistem bangsa yang maju dan modern yang berguna bagi masyarakat, bangsa dan Negara.


(31)

commit to user

2) Sejarah dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

C.S.T. Kansil (2003, 8-14) menjelaskan perkembangan sejarah pendidikan kewarganegaraan di Indonesia. Beliau menyebutkan bahwa pelajaran civics dikenal di Indonesia sejak zaman Hindia Belanda dengan nama Burgerkunde. Pada saat itu terdapat dua buku yang berlainan isinya/materinya, yaitu:

a) Indische Burgerschapkunde, ditulis oleh P. Tromps dengan penerbitnya: J.B. Wolters Maatschappij N.V. Groningen, Den Haag, Batavia tahun 1934.

b) Recht en Plicht (Indische Burgerschapkunde voor iedereen) karangan J.B. Vortman dengan penerbitnya G.C.T. van Dorp & Co. N.V. (Derde, Herziene en Vermeerderdruk) Semarang - Surabaya – Bandung tahun 1940.

Dari kedua buku tersebut dapat diketahui bahwa pada waktu zaman Hindia Belanda belum terdapat kesatuan pendapat tentang materi Burgerkunde (civics).

Selanjutnya di tahun 1950, kedua buku tersebut menjadi buku pegangan guru Civics di sekolah menengah atas. Namun dalam pelajaran terurai, pelajaran tersebut tidak diberikan secara ilmu pengetahuan, melainkan sebagai dasar yang berjiwa nasional serta kewarganegaraan baik (good citizenship) dimana ilmu pengetahuan tata negara dan tata hukum dan lain-lainnya bertalian.

Baru pada tahun 1955 ada buku tentang kewarganegaraan berbahasa Indonesia, dengan judul “Inti Pengetahuan Warga Negara” yang disusun oleh J.C.T. Simorangkir, Gusti Mayur dan Sumintarjo.

Istilah ’kewarganegaraan’ pada tahun 1961 diganti dengan istilah ’kewargaan negara’ atas prakarsa Saharjo. Hal tersebut dimaksudkan untuk penyesuaian dengan pasal 26 ayat 2 UUD 1945 dan menitik beratkan pada ‘warga’, yang mengandung pengertian akan hak dan kewajibannya terhadap negara. Namun istilah tersebut baru dipakai pada tahun 1967 dengan Instruksi Direktur Jenderal Pendidikan Dasar No. 31


(32)

commit to user

tahun 1967, tanggal 28 Juni 1967. dengan buku pegangan resminya adalah “Manusia dan masyarakat baru Indonesia” (Civics) yang disusun oleh Supardo, M. Hutahuruk., dkk yang dicetak oleh Balai Pustaka.

Pelaksanaan Seminar Nasional Pengajaran dan Pendidikan Civics (Civic Education) tahun 1972 di Tawangmangu, Surakarta, mendapat ketegasan dan memberi batasan-batasan terhadap istilah yaitu Civics diganti dengan Ilmu Kewargaan Negara sedangkan Civic Education diganti dengan Pendidikan Kewargaan Negara yang bertujuan membina warga negara yang lebih baik menurut syarat-syarat, kriteria dan ukuran, ketentuan-ketentuan Pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945.

Selanjutnya, Udin S. Winataputra (2007) menyebutkan bahwa dalam Kurikulum tahun 1975 untuk semua jenjang persekolahan yang diberlakukan secara bertahap mulai tahun 1976 dan kemudian disempurnakan pada tahun 1984, sebagai pengganti mata pelajaran Pendidikan Kewargaan Negara mulai diperkenalkan mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang berisikan materi dan pengalaman belajar mengenai Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) atau "Eka Prasetia Pancakarsa". Sedangkan dalam Kurikulum persekolahan tahun 1994 diperkenalkan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang berisikan materi dan pengalaman belajar yang diorganisasikan secara spiral/artikulatif atas dasar butir-butir nilai yang secara konseptual terkandung dalam Pancasila.

Kini pada era reformasi pasca jatuhnya sistem politik Orde Baru yang diikuti dengan tumbuhnya komitmen baru kearah perwujudan cita-cita dan nilai demokrasi konstitusional yang lebih dinamis, Pendidikan Kewarganegaraan dipandang sebagai mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, 2006).


(33)

commit to user

Cogan dan Winataputra dalam Fadliyanur (2008), mengemukakan bahwa dewasa ini Pendidikan Kewarganegaraan atau civic education, telah mengalami perkembangan yang signifikan, dimana civic education atau PKn yang diartikan sebagai mata pelajaran PKn di persekolahan, telah bergerak menjadi citizenship education atau education for citizenship, yang berarti bahwa PKn merupakan pembelajaran yang tidak hanya mecakup pengalaman belajar di sekolah saja tetapi juga melibatkan pengalaman belajar di luar sekolah, seperti di lingkungan keluarga, dalam organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, media dan sebagainya. Sehingga dengan demikian pembelajaran PKn memiliki arti yang lebih luas.

“Tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, Wawasan Nusantara, serta Ketahanan Nasional dalam diri para warga negara”. (S. Sumarsono, dkk, 2002: 4).

Sedangkan Zamroni dikutip oleh Fadliyanur (2008) berpendapat bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat berpikir kritis, dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru”.

Melalui pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan “Agar warga Negara memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela Negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan pancasila. Semua itu diperlukan demi tetap utuh dan tegaknya NKRI”. (Sumarsono dkk, 2002: 3).

3) Pendidikan Kewarganegaraan Persekolahan

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN), yang antara lain Pasal 37, menggariskan adanya Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai bahan kajian wajib kurikulum semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk


(34)

commit to user

menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Permendiknas No. 22 Tahun 2006).

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi isu kewarganegaraan

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

(Permendiknas No. 22 tahun 2006).

Permendiknas No. 22 tahun 2006 menyebutkan bahwa ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan. 2. Norma hukum dan peradilan, meliputi: Tertib dalam kehidupan

keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan Peradilan nasional.

3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, Penghormatan dan perlindungan HAM

4. Kebutuhan warga Negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan


(35)

commit to user

mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara

5. Konstitusi negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi

6. Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan desa dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi 7. Pancasila meliputi: Kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan

ideologi negara, Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagi ideologi terbuka.

8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan Internasional dan Organisasi Internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.

2. Peta Konsep a. Pengertian Peta Konsep

Menurut Martinis Yamin (2006: 118) “Peta konsep adalah menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi”. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantic. Dalam kata yang kita buat terdiri dari satu kata yang dapat dihubungkan antara satu dengan yang lainya sehingga membentuk proposisi. Menurut Novak dan Gowin (Paul Suparno, 1997 : 56) “ Peta konsep adalah suatu bagan skematis untuk menggambarkan suatu rangkaian pernyataan”. Oleh karena belajar akan bermakna lebih mudah berlangsung bila konsep-konsep baru berkaitan pada konsep yang lebih inklusif, maka peta konsep harus disusun secara hierarki. Ini berarti, bahwa konsep yang lebih inklusif ada dipuncak peta. Makin


(36)

commit to user

kebawah konsep-konsep diurutkan menjadi lebih khusus. Setiap peta konsep memperlihatkan kaitan-kaitan konsep yang bermakna bagi orang yang menyusunnya.

Peta konsep merupakan strategi atau cara dalam mendesain materi (content) pelajaran. Pada wujud fisiknya, peta konsep sebagai desain materi memiliki 4 karakteristik (Hizam Zaini, 2002) yaitu :

1) Memiliki konsep atau ide pokok atau kata kunci

2) Memiliki hubungan yang mengaitkan antara satu konsep dengan konsep lain.

3) Memiliki label yang membunyikan arti hubungan yang mengaitkan antar konsep tersebut.

4) Desain itu berwujud sebuah diagram atau peta yang merupakan satu bentuk representasi konsep-konsep dari materi pembelajaran.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peta konsep merupakan suatu strategi yang digunakan oleh guru untuk membantu siswa mengorganisasikan konsep pelajaran yang berdasarkan arti dan hubungan antara komponennya. Peta konsep merupakan suatu gambar yang tersusun atas konsep-konsep yang saling berkaitan sebagai hasil dari pemetaan konsep. Peta konsep menggambarkan jalinan antar konsep yang dibahas dalam bab yang bersangkutan. Konsep dinyatakan dalam bentuk istilah atau label konsep. Dan konsep-konsep dijalin secara bermakna dengan kata-kata penghubung sehingga dapat membentuk proposisi.

b. Ciri-ciri Peta Konsep

Menurut Martinis Yamin (2006: 125) Ciri-ciri peta konsep dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Peta konsep adalah suatu cara untuk mempelihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu bidang studi kepada siswa, sehingga siswa melihat bidang studi yang diperlihatkan tersebut menjadi lebih bermakna dan lebih jelas.

2) Suatu peta konsep merupakan suatu gambaran dua dimensi dari suatu bagian studi .Ciri inilah yang dapat memperlihatkan hubungan


(37)

commit to user

proporsional antara konsep-konsep dan dengan demikian hanya memperlihatkan gambar satu dimensi saja. Peta konsep bukan hanya mengambarkan konsep-konsep yang penting, tetapi juga menghubungkan antar konsep-konsep itu.

3) Ciri ketiga adalah mengenai cara menyatakan hubungan antara konsep-konsep. Tidak semua konsep mempunyai bobot yang sama. Ini berarti, bahwa ada beberapa konsep mempunyai bobot yang sama. Hal ini berarti ada beberapa konsep yang lebih inklusif daripada konsep-konsep yang lain. Jadi,dalam peta konsep hal-hal yang paling inklusif berada dalam puncak, lalu menurun sehingga sampai pada konsep-konsep yang lebih khusus.

4) Ciri keempat adalah tentang hierarki. Bila dua atau lebih konsep digambarkan di bawah suatu konsep yang lebih inklusif terbentuklah suatu hierarki pada konsep itu.

c. Teknik MenyusunPetaKonsep

Peta konsep memegang peranan penting dalam belajar bermakna. Karena itu hendaknya setiap siswa dapat menyusun peta konsep untuk meyakinkan, bahwa pada siswa itu telah berlangsung belajar bermakna. ( Ratna Wilis Dahar, 1989 : 126).

Menurut Rusmansyah (2003 : 353-354) dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan beberapa langkah yang harus diikuti untuk membuat peta konsep dengan benar, adalah sebagai berikut :

1) Memilih dan menentukan suatu bahan bacaan. Bahan bacaan dapat dipilih dari buku pelajaran atau bahan bacaan lain, seperti buku catatan atau LKS. 2) Menentukan konsep-konsep yang relevan. Mengurutkan konsep-konsep itu

dari yang paling umum ke yang tidak umum (khusus) atau contoh-contoh. 3) Menyusun atau menuliskan konsep-konsep itu di atas kertas. Memetakan

konsep-konsep itu berdasarkan criteria : konsep yang paling umum di puncak, konsep-konsep yang berada pada tingkatan paling abstraksi yang sama diletakkan sejajar satu sama lain, konsep yang lebih khusus di bawah konsep yang lebih umum.


(38)

commit to user

4) Menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata penghubung tertentu untuk membentuk proposisi dan garis penghubung.

5) Jika peta sudah selesai, perhatikan kembali letak konsep-konsepnya dan kalau perlu diperbaiki atau disusun kembali agar menjadi lebih baik dan berarti.

Dalam proses belajar dengan strategi peta konsep dilaksanakan diskusi kelompok, sehingga ide-ide yang terkumpul dalam diskusi dapat dituangkan dalam peta konsep. Belajar dengan diskusi kelompok adalah metode mengajar dengan mengkondisikan peserta didik dalam suatu group/ kelompok sebagai satu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok tersebut. Menurut Moedjiono dalam Mulyani sumantri dan Johar Permana (2001), “ Metode kerja kelompok adalah format belajar yang menitikberatkan kepada interaksi antara anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama”.

Peta konsep menggambarkan jalinan antar konsep yang dibahas dalam bab materi yang bersangkutan yaitu materi nilai-nilai pancasila. Konsep dinyatakan dalam bentuk label konsep atau istilah. Konsep-konsep dijalin secara bermakna dengan kata-kata penghubung sehingga dapat membentuk proposisi. Satu proposisi mengandung dua konsep dan kata penghubung. Konsep yang satu mempunyai cakupan yang lebih luas daripada konsep yang lain. Dengan kata lain konsep yang satu lebih inklusif daripada konsep yang lain.

d. ManfaatPetaKonsep

Menurut Martinis Yamin dan Maisah (2009: 179-180), peta konsep bermanfaat untuk :

1) Membantu guru mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa tentang suatu topik sebelum kelas mulai mengerjakannya, sehingga guru dapat merencanakan urutan pembelajaran selanjutnya.

2) Menyediakan suatu titik tolak untuk diskusi antar siswa guna memperjelas pengertian mereka. Untuk maksud ini, siswa akan ditempatkan didalam kelompok-kelompok untuk membangun peta melalui mufakat.


(39)

commit to user

3) Memberi umpan balik tentang sejauh mana siswa sudah memahami topik itu. Untuk maksud ini, peta konsep diselesaikan sebagai kegiatan terakhir dalam urutan pengajaran suatu topik.

4) Mengaitkan gagasan-gagasan dan pengertian yang dikembangkan dalam suatu kegiatan dengan apa yang mereka pelajari dalam kegiatan lain.

Menurut Ratna Wilis Dahar (1989: 130-132), ada beberapa manfaat dari peta konsep, antara lain :

1) Guru dapat mengetahui seberapa jauh pengetahuan siswa mengenai pokok bahasan yang diajarkan. Hal itu kemudian dijadikan titik tolak pengembangan pelajaran selanjutnya.

2) Bagi siswa sendiri, pemetaan konsep berfungsi untuk menolong dirinya belajar bagaimana caranya belajar bermakna itu.

3) Dapat mengungkapkan konsepsi salah yang terjadi pada siswa, yang biasanya timbul karena terdapat kaitan antara konsep-konsep yang mengakibatkan preposisi yang salah.

4) Dapat digunakan sebagai alat evaluasi berdasarkan ide dalam teori kognitif Ausubel, yaitu :

a) bahwa struktur kognitif seseorang itu duatur secara hierarkis dengan konsep-konsep dan preposisi yang lebih inklusif, superordinat terhadap konsep dan preposisi yang kurang inklusif.

b) Konsep-konsep dalam struktur kognitif mengalami diferensiasi progresif, yaitu bahwa belajar bermakna merupakan proses berkesinambungan dimana konsep-konsep baru memperoleh lebih banyak makna dengan dibentuknya lebih banyak kaitan proporsional. c) Belajar bermakna akan meningkat bila siswa menyadari kaitan-kaitan

konsep diantara kumpulan konsep atau proposisi yang berhubungan. Berkaitan dengan mendesain materi pelajaran, teknik peta konsep memberi manfaat sebagai berikut (Hizam Zaini, 2002: 63-65) ;

a. Peta konsep sesuai dengan karakteristiknya memberi visualisasi konsep-konsep baik utama dan pendukung yang telah terstruktur kedalam suatu kertas atau media lain yang dapat dilihat secara empiris. Peta konsep


(40)

commit to user

mampu memberi gambaran utuh akan saling berhubungan antara satu konsep/kata kunci dengan konsep/kata kunci lainya.

b. Gambar konsep-konsep itu menunjukkan bentuk hubungan antara satu sama lain; mungkin linier, vertikal, satu arah, dua arah yang bertolak belakang, mungkin garis tidak putus yang menunjukkan hubungan intensif dan garis putus-putus yang menunjukkan hubungan yang jarang.

c. Peta konsep memberi bunyi hubungan yang dinyatakan dengan kata-kata untuk menjelaskan bentuk-bentuk hubungan antara satu konsep dengan konsep lain. Kata yang menghubungkan ini disebut label yang umumnya berupa kata kerja.

Peta konsep sebagai refleksi upaya pemahaman seseorang dalam bentuk diagram memungkinkan untuk dapat dievaluasi secara efisien oleh dirinya sendiri atau oleh orang lain. Penggunaan peta konsep sebagai alat untuk evaluasi seseorang terhadap pemahamanya (alur pikirnya) sendiri disebut sebagai strategi metakognisi (Novak, 1999). Melalui peta konsep, seseorang dapat memantau kesalahan konsep dan kesulitan pemahaman yang mungkin terjadi sehingga dapat diperbaiki. Menurut Mason (1992), penggunaan peta konsep sebagai alat refleksi pemahaman dapat meningkatkan kualitas pembelajaran (Diah Aryulina, 2003: 99). Beberapa penelitian yang dikutip Diah Aryulina (2003: 99) yang berkaitan dengan teknik peta konsep menunjukkan bahwa penggunaan peta konsep dalam proses belajar dapat meningkatkan daya ingat dan pemahaman yang terpadu sehingga hasil belajar meningkat (Aryulina, 1999; brisco dan La Master, 1991; Dahar dan Liliasari, 1993).

Dengan menggunakan peta konsep dalam pembelajaran maka dapat diperkirakan kedalaman dan keluasan konsep yang perlu diajarkan kepada siswa. Kaitan konsep yang satu dengan konsep yang lain bagi siswa merupakan hal yang terpenting dalam belajar, sehingga apa yang dipelajari oleh siswa akan lebih bermakna, lebih mudah diingat dan lebih mudah dipahami, diolah serta dikeluarkan kembali bila diperlukan.


(41)

commit to user

Berdasarkan hal itu pula maka peta konsep dapat digunakan ataupun dilakukan pada saat :

a. Awal sebelum kegiatan inti pembelajaran dilakukan. b. Kegiatan inti pembelajaran berlangsung.

c. Akhir kegiatan inti pembelajaran.

Penggunaan di awal pelajaran dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai konsep yang akan dipelajari. Penggunaan ini juga mendukung teori belajar konstruktivisme. Bahwa pengetahuan awal yang dimiliki dan mampu diidentifikasi akan dapat membangun pengetahuan barunya secara utuh.

Penggunaan pada saat kegiatan inti pembelajaran sekaligus dapat menjadi strategi pembelajaran aktif pada siswa. Misalnya meminta siswa baik secara individu maupun kelompok mengidentifikasi konsep-konsep. Metode mengajar yang dapat digunakan antara lain penugasan, kerja kelompok, latihan dan demonstrasi. Dalam hal ini peta konsep selain dapat digunakan sebagai strategi selama proses pembelajaran, dapat pula digunakan sebagai media pembelajaran.

Penggunaan pada akhir kegiatan inti menjadikan peta konsep merupakan salah satu tehnik penilaian. Peta konsep dapat digunakan sebagai salah satu strategi menilai proses atau hasil pembelajaran. Dalam hal ini digunakan sebagai strategi penilaian kecakapan berfikir sintesis kreatif ( Hisyam Zaini, dkk. 2002: 98 ).

e. Kelebihan Dan Kekurangan Peta Konsep

Menurut Mohamad Amin ( 1988: 34-35 ), ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari strategi peta konsep dalam pembelajaran bermakna yaitu : 1) Kelebihan Peta Konsep

a) Untuk menyelidiki apa yang telah diketahui siswa.

b) Digunakan untuk mempelajari bagaimana cara belajar siswa sudah benar atau belum.

c) Dapat digunakan untuk mengungkap konsepsi yang salah. d) Dapat digunakan untuk evaluasi.


(42)

commit to user

2) Kekurangan Peta Konsep

a) Tidak semua pokok bahasan dapat disajikan dengan peta konsep. b) Lebih menonjolkan kerja secara individual.

Berikut ini diberikan contoh peta konsep materi pokok nilai-nilai pancasila yang disajikan pada gambar 1 :

Gambar 1. Peta Konsep Materi Nilai-Nilai Pancasila

3. Materi Pokok Nilai-Nilai Pancasila

Materi pokok nilai-nilai pancasila terdiri atas sub pokok materi sebagai berikut :

a. Pancasila

1). Pengertian Pancasila

Secara etimologis atau tinjauan dari asal-usul kata, istilah Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta, dari kata panca dan sila. Panca artinya lima, adapun sila berarti alas, asas atau dasar. Sehingga Pancasila berarti lima asas atau lima dasar.

Pancasila

Pengertian pancasila

Sejarah perumusan

pancasila

Pancasila sebagai dasar negara

Pancasila sebagai ideologi negara

Nilai-nilai pancasila

Pengertian dan jenis nilai

Sebagai dasar dan ideologi

negara

Sebagai ideologi terbuka

Sebagai paradigma pembangunan


(43)

commit to user

Terdapat beberapa pendapat tentang arti Pancasila. Menurut Ir. Sukarno, Pancasila adalah jiwa bangsa Indonesia yang turun temurun sekian abad lamanya. Menurut Prof. Dr. Notonegoro, Pancasila adalah dasar filsafat negara Indonesia. Sedangkan menurut penjelasan Panitia Lima, Pancasila adalah lima asas yang merupakan ideologi negara, maka kelima sila itu merupakan kesaruan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah dasar falsafah atau landasan negara Indonesia yang terdiri dari lima asas, di mana antara sila yang satu dengan yang lain merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

Isi rumusan formal Pancasila yang resmi seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Tata susunan atau sistematika, tata tulis, dan cara pengucapan Pancasila ditegaskan dengan Instruksi Presiden No. 12 Tahun 1968, yaitu sebagai berikut.

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Kemanusian yang adil dan beradab. 3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sedangkan dari segi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, Pancasila merupakan kristalisasi perilaku bangsa Indonesia yang sudah mengakar atau membudaya dalam kehidupan bangsa Indonesia. Jadi, munculnya nilai-nilai Pancasila bersamaan dengan adanya bangsa Indonesia.

Nilai-nilai tiap sila dalam Pancasila tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

a. Sila I: nilai keimanan, ketakwaan, menghormati antarpemeluk agama, tawakal.

b. Sila II: tenggang rasa, menghargai orang lain, menjunjung tinggi HAM.


(44)

commit to user

c. Sila III: persatuan, kekeluargaan, kerja sama, rela berkorban, cinta tanah air.

d. Sila IV: musyawarah, rembuk bersama, tidak memaksakan kehendak, demokratis.

e. Sila V:nilai-nilai adil, saling membantu, sederhana, bekerja keras.

2). Sejarah Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara

Istilah Pancasila, sudah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit. Hal ini, dibuktikan dalam buku Negarakertagama karangan Empu Prapanca dan buku Sotasoma karangan Empu Tantular. Dalam buku tersebut tercantum istilah Pancasila yang berarti berbatu sendi yang lima, yang disebut Panca Krama atau lima pelaksanaan kesusilaan. Berikut lima kesusilaan tersebut.

a. Tidak boleh melakukan kekerasan. b. Tidak boleh mencuri.

c. Tidak boleh dengki. d. Tidak boleh berbohong.

e. Tidak boleh mabuk (minum minuman keras).

Pada tanggal 29 April dibentuk BPUPKI dan pada tanggal 28 Mei 1945 Dr. Radjiman Widyodiningrat dilantik sebagai ketua BPUPKI. BPUPKI mengadakan dua kali persidangan:

a. Sidang pertama (29 Mei – 1 Juni 1945) b. Sidang kedua (10 – 17 Juli 1945)

Acara pokok sidang pertama adalah menyusun dasar negara Indonesia merdeka. Di sana disampaikan tiga usulan dasar negara, yaitu: a. Prof. Mr. Moh. Yamin

Tanggal 29 Mei 1945 dalam pidatonya mengajukan lima asas dasar negara.

1. Peri Kebangsaan. 2. Peri Kemanusiaan. 3. Peri Ketuhanan. 4. Peri Kerakyatan.


(45)

commit to user

5. Kesejahteraan Sosial.

Beliau menyampaikan juga usulan tertulis. 1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Kebangsaan Persatuan Indonesia.

3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. b. Prof. Dr. Mr. Soepomo

Dalam pidatonya pada tanggal 31 Mei 1945, Soepomo mengemukakan lima asas dasar negara.

1. Paham Negara Persatuan.

2. Perhubungan Negara dan Agama. 3. Sistem Badan Permusyawaratan. 4. Sosialisasi Negara.

5. Hubungan Antarbangsa yang Bersifat Asia Timur Raya. c. Ir. Soekarno

Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno berpidato dan mengajukan lima sila dasar negara yang diberi nama Pancasila.

1. Kebangsaan Indonesia.

2. Peri Kemanusian atau Internasionalisme. 3. Mufakat atau Demokrasi.

4. Kesejahteraan Sosial.

5. Ketuhanan yang Berkebudayaan.

Setelah melalui proses pembahasan selama persidangan, pada tanggai 1 Juni 1945 BPUPKI mengambil keputusan sebagai berikut. a. Pancasila sebagai nama dasar negara Indonesia merdeka (isi

rumusannya belum memperoleh kesepakatan, sehingga masih dibahas sidang selanjutnya).

b. Dibentuk Panitia Sembilan yang bertugas mengolah dan merumuskan usul-usul yang belum disepakati dalam sidang.


(46)

commit to user

Panitia Sembilan terdiri dari Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Yamin, Mr. Ahmad Soebardjo, Mr. A. A. Maramis, Wachid Hasim, H, Agus Salim, Abdul Kahar Muzakhar, dan Abi Kusno Tjakrosujoso.

Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan menyampaikan hasil rumusannya, yaitu Piagam Jakarta.

1. Ketuhanan dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluk-Pemeluknya.

2. Kemanusian yang Adil dan Beradab. 3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Setelah melalui pembahasan oleh para tokoh nasional, selanjutnya secara formal ancasila disahkan sebagai dasar negara Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945.

3). Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Pancasila tidak hanya sebagai dasar negara, tetapi juga merupakan ideologi bangsa dan negara. Selain itu, Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, perjanjian luhur bangsa, dan sebagai sumber hukum nasional yang sekaligus menjadi tujuan bangsa. Dengan demikian, fungsi Pancasila meliputi hal-hal betikut. a. Sebagai Dasar Negara

Artinya Pancasila sebagai landasan atau dasar dalam penyelenggaraan pemerintahan atau negara. Fungsi ini sesuai dengan pernyataan yang termuat di dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.

b. Sebagai Ideologi Negara

Pancasila merupakan paham yang dianut bangsa Indonesia dalam perjuangan mengisi kemerdekaan, menuju kehidupan yang dicita-citakan (yang ideal). Ideologi tersebut akan memengaruhi cara berpikir dan bertingkah laku masyarakat dan bangsa.


(47)

commit to user

c. Sebagai Pandangan Hidup Bangsa (Way.of Life)

Dalam hal ini, Pancasila sebagai pegangan hidup atau pedoman hidup manusia Indonesia dalam berbangsa dan bernegara.

d. Sebagai Jiwa dan Kepribadian Bangsa Indonesia

Jiwa bangsa atau pokok-pokok pikir bangsa yang lahir bersama dengan adanya bangsa Indonesia. Jiwa bangsa akan memengaruhi pola tingkah laku bangsa sebagai suatu kepribadian.

Pancasila sebagai kepribadian bangsa, artinya Pancasila rnemberi corak sikap mental dan tingkah laku manusia Indonesia yang membedakan dengan bangsa lain. Sebagai kepribadian bangsa, berarti Pancasila merupakan jati diri bangsa Indonesia.

e. Sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia

Artinya rumusan Pancasila telah disepakati atau disetujui oleh wakil-wakil bangsa Indonesia sebagai pendiri negara (founding father). f. Sebagai Sumber Hukum Nasional

Hal ini, ditegaskan kembali dalam Ketetapan MPR Nomor III/MPR/2000 bahwa sumber hukum nasional Indonesia adalah Pancasila. Sebagai sumber hukum nasional, maka segala peraturan hukum/peraturan perundang-undangan negara RI harus bersumber dan tidak bertentangan dengan Pancasila.

Pancasila sebagai dasar negara memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara. Berikut peranan Pancasila bagi kehidupan bernegara bangsa Indonesia.

a. Menjadi landasan atau pedoman bagi penyelenggara negara untuk menjalankan pemerintahan.

b. Sebagai pedoman bagi warga negara untuk bersikap dalam hidup bernegara, sekaligus menjamin hak-hak dan kewajiban warga negara.

4). Pancasila sebagai Ideologi Negara

Secara etimologi, ideologi berasal dari kata "idea" dan "logos". Idea diartikan sebagai gagasan atau pemikiran, adapun logos berarti ilmu. Jadi, ideologi diartikan sebagai ilmu tentang idea atau gagasan.


(48)

commit to user

Umumnya ideologi dianut oleh sekelompok masyarakat, bangsa atau negara. Dengan demikian, pengertian ideologi mencakup hal-hal sebagai berikut:

a) Ideologi merupakan keseluruhan pemikiran, cita, rasa, serta segala upaya di bidang politik.

b) Ideologi merupakan falsafah hidup maupun pandangan hidup suatu bangsa.

c) Ideologi merupakan asas pendapat atau keyakinan yang dicita-dtakan sebagai dasar pemerintahan negara.

d) Ideologi merupakan sistem nilai sekaligus kebulatan ajaran yang memberikan motivasi dalam kehidupan.

e) Ideologi sebagai kumpulan gagasan, ide, keyakinan serta kepercayaan yang bersifat sistematis yang memberikan arah dan menyangkut tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam berbagai bidang kehidupan.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ideologi bangsa adalah suatu paham atau ajaran yang dihasilkan dari pemikiran manusia. Paham tersebut berisi nilai-nilai, dta-cita yang dianut sebagai pedoman bagi suatu bangsa. Kemudian paham itu, dijadikan pola dalam bertindak dan bertingkah laku dalam lingkup kehidupan.

Dalam sebuah ideologi terkandung tiga unsur, yaitu adanya nilai-nilai yang diyakini, adanya cita-cita, dan adanya upaya mewujudkan ideologi tersebut dalam kenyataan. Suatu ideologi memuat pemikiran-pemikiran di bidang politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan keamanan. Semuanya diyakini dan diterima oleh masyarakat atau sebagian besar rakyat di suatu negara.

b. Nilai-Nilai Pancasila

1). Pengertian dan Jenis Nilai

Secara etimologis nilai disamakan dengan value dalam bahasa Inggris dan valere dalam bahasa Latin, yang artinya berguna atau sesuatu yang berguna. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai diartikan harga


(49)

commit to user

atau hal-hal yang penting bagi manusia. Pengertian nilai berkembang dan meluas, seperti yang disampaikan oleh beberapa ahli berikut ini.

a. J.R. Fraenkel menjelaskan bahwa nilai adalah standar penentuan perilaku seseorang dalam menentukan apa yang indah, efisien, dan berharga tidaknya sesuatu.

b. Menurut Nursal Luth nilai adalah perasaan-perasaan tentang apa yang diinginkan, dan apa yang tidak diinginkan. Perasaan tersebut memengaruhi perilaku sosial dari seseorang yang memiliki nilai tersebut.

Dari beberapa pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa nilai merupakan sesuatu yang berharga atau berguna. Nilai merupakan suatu konsep yang diyakini. menjadi standar atau ukuran tentang baik buruk, benar salah, dan yang menentukan sikap dan tingkah laku manusia.

Ada beberapa pandangan tentang pembagian atau jenis nilai. Prof. Dr. Drs. Notonegoro, S.H. membagi nilai dalam tiga golongan.

a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia. Nilai material cenderung pada masalah kebendaan.

b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.

c. Nilai rohaniah, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia berkaitan dengan kejiwaan atau spiritual. Nilai rohaniah dibagi menjadi empat macam.

1) Nilai kebenaran yang bersumber dari akal atau rasio manusia. 2) Nilai keindahan yang bersumber pada rasa atau estetika manusia 3) Nilai religius merupakan nilai Ketuhanan yang bersumber pada

keyakinan atau keimanan seseorang. Nilai religius merupakan nilai rohaniah yang memiliki kedudukan .rtinggi.

4) Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada kehendak manusia (etika, karsa, dan keinginan/will).


(50)

commit to user

Ditinjau dari segi sumber dan peruntukannya, nilai dapat dikelompokkan seperti berikut.

1) Nilai individual atau nilai subjektif. Misalnya: kedisiplinan, tanggung jawab, dan sebagainya.

2) Nilai umum atau kemasyarakatan. Misalnya: kerja sama, toleransi, keikhlasan menolong, semangat persatuan, dan Iain-lain.

3) Nilai instrinsik atau nilai objektif yang sesuai dengan hakikat yang dikandungnya. Misalnya: kejujuran, kebenaran, kebaikan, dan sebagainya.

Ditinjau dalam filsafat, nilai dibedakan menjai tiga macam antara lain : 1) Nilai logika merupakan nilai tentang benar atau salah

2) Nilai astetika merupakan nilai tentang indah dan tidak indah 3) Nilai etika/moral merupakan nilai tentang baik atau buruk.

2). Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar dan Ideologi Negara

Pancasila sebagai ideologi negara mengandung nilai-nilai yang menjadi pola tingkah laku individu, masyarakat, serta para penyelenggara pemerintahan dalam mewujudkan cita-cita bangsa. Agar nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila lebih mengikat dan nyata, nilai tersebut dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan negara. Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila dirumuskan dalam aturan formal sebagai dasar negara.

Rumusan formal Pancasila sebagai dasar negara tersebut tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yang sistematika, tata tulis, dan cara pengucapannya diatur dalam Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 1968 tentang Rumusan dan Tata Urutan Pancasila, yaitu sebagai berikut. a) Ketuhanan Yang Maha Esa.

b) Kemanusian yang adil dan beradab. c) Persatuan Indonesia.

d) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.


(51)

commit to user

Sebagai landasan atau dasar negara, Pancasila dijabarkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan nasional sehingga pelaksanaannya lebih jelas dan tegas. Sebagaimana diatur dalam Tap No. III/ MPR/ 2000 tentang Sumber Hukum Nasional dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan Negara RI, sistematika Peraturan Perundang-Perundang-undangan Negara RI tersebut sebagai berikut.

a) UUD 1945 b) Ketetapan MPR c) Undang-Undang

d) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang e) Peraturan Pemerintah

f) Keputusan Presiden g) Peraturan Daerah

Sejak Sidang Umum MPR tahun 2004, MPR berkedudukan sebagai lembaga negara biasa yang sejajar dengan lembaga negara lainnya. Sejalan dengan hal tersebut, Tata Urutan Perundang-undangan Negara RI mengalami perubahan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004, yaitu sebagai berikut.

a) UUD 1945

b) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang c) Peraturan Pemerintah (PP)

d) Peraturan Presiden

e) Peraturan Daerah yang meliputi; Perda Provinsi, Perda Kabupaten/Kota, dan Peraturan Desa/Kelurahan.

3). Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

Ideologi terbuka adalah ideologi yang memiliki tata nilai yang mendalam dan menyeluruh. Selain itu, memiliki relevansi/kesesuaian yang tinggi dengan perkembangan masyarakat, serta mampu menjawab berbagai permasalahan dan tantangan kehidupan zaman. Agar suatu ideologi menjadi ideologi terbuka yang mampu memelihara relevansi dengan perkembangan zaman, perlu tiga dimensi sebagai berikut.


(52)

commit to user

a. Dimensi realita, bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalam ideologi tersebut bersumber dari nilai-nilai yang secara riil hidup dalam masyarakat.

b. Dimensi idealisme, bahwa ideologi perlu mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Melalui idealisme atau cita-cita yang terkandung dalam ideologi yang dihayati, masyarakat atau bangsa mengetahui ke arah mana mereka harus membangun kehidupannya menuju cita-citanya.

c. Dimensi fleksibilitas, bahwa ideologi terbuka memiliki kesesuaian yang tinggi terhadap dinamika perkembangan masyarakat. Selain itu, ideologi juga harus merangsang masyarakat mengembangkan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam ideologi untuk menjawab tantangan zaman.

Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia memenuhi tiga dimensi tersebut. Pancasila memenuhi dimensi realistis karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya bersumber dari jiwa, kepribadian, dan nilai-nilai masyarakat Indonesia. Pancasila memenuhi dimensi idealis karena Pancasila mengandung cita-cita luhur tentang kehidupan yang didambakan, yaitu masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera material maupun spiritual dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian, Pancasila menjadi pegangan hidup dalam menentukan arah kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila juga memenuhi dimensi fleksibilitas karena Pancasila memiliki relevansi yang tinggi dengan dinamika perkembangan masyarakat. Nilai-nilai Pancasila dapat dikembangkan dan dijabarkan untuk nenghadapi tantangan zaman serta menjawab persoalan-persoalan bangsa di masa sekarang dan masa yang akan datang.

Ideologi tertutup memutlakkan pandangan secara totaliter, sehingga masyarakat tidak mungkin mengambil jarak terhadapnya dan tidak mungkin memilikinya. Sebaliknya, masyarakat dan martabat


(1)

Peningkatan keaktifan saat pembelajaran PKn dapat dilihat pada diagram berikut ini :

7 10

14 15

11

5

0 2 4 6 8 10 12 14 16

Siklus I Siklus II

Diagram Perbandingan Keaktifan Siswa

Sangat Baik Baik Kurang Baik

Gambar 12. Diagram Perbandingan Keaktifan Siswa Siklus I dan Siklus II

C. Analisis Pelaksanaan Tindakan Kelas dalam Penerapan Peta Konsep

pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

1. Perencanaan yang Dilakukan Guru untuk Mempersiapkan Penerapan Peta Konsep

Setelah mengadakan wawancara terhadap guru kelas dan mengadakan observasi awal untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada, peneliti harus menentukan upaya yang dapat ditempuh dalam menghadapi masalah tersebut. Peneliti harus mengambil tindakan yang tepat. Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas dalam upaya meningkatkan prestasi belajar PKn dengan penerapan peta konsep, peneliti sebagai pengajar harus mempersiapkan berbagai hal yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran PKn menggunakan peta konsep. Berikut perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.

a. Menyusun serangkaian kegiatan secara menyeluruh yang berupa siklus tindakan kelas, dimana pembelajaran direncanakan melalui penerapan peta konsep yang disusun dalam RPP.

b. Menyususn beberapa instrumen penelitian yang akan digunakan dalam tindakan dengan menggunakan peta konsep.


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Menetapkan teknik pemantauan pada setiap tahapan penelitian dengan menggunakan alat format observasi.

d. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati proses belajar mengajar. e. Menyiapkan lembar kerja siswa yang digunakan dalam diskusi kelompok. f. Menyiapkan lembar evaluasi kegiatan siswa sebagai alat evaluasi akhir

kegiatan yang diisi oleh siswa.

2. Implikasi Penerapan Peta Konsep terhadap Peningkatan Prestasi

Belajar PKn Materi pokok Nilai-Nilai Pancasila

Hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I dan II dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar PKn, khususnya pada materi pokok nilai-nilai pancasila, melalui penerapan peta konsep dari siklus I ke siklus II.

Melalui hasil pre tes sebagai tes kemampuan awal. Siswa yang mencapai batas tuntas sebanyak 16 orang (51,6% dari 31 siswa), dengan peroleh rata-rata kelas 57,42. Sedangkan hasil post tes pada siklus I, yang mencapai batas tuntas sebanyak 19 siswa dengan presentase sebesar 61,3% dan nilai rata-rata kelas yang dicapai sebesar 64,83. Sedangkan untuk siklus II, ketuntasan hasil belajar yang tercapai sebanyak 27 siswa dengan presentase sebesar 77,4% dan nilai rata-rata kelas yang dicapai sebesar 70,48.

Hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar PKn pada siklus I dan siklus II, menunjukkan peningkatan. segi keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menunjukkan peningkatan dari 70,97% atau 22 siswa pada siklus I, menjadi 83,87% atau 26 siswa pada siklus II. Dampak positif tersebut antara lain siswa menjadi lebih aktif saat apersepsi, mengerjakan tugas kelompok, serta berani untuk bertanya dan mengemukakan pendapat, saat proses pembelajaran berlangsung.


(3)

3. Hambatan atau Kendala yang dihadapi Guru dalam Penerapan Peta Konsep

Pelaksanaan pembelajaran PKn dengan penerapan peta konsep mengalami berbagai hambatan yang harus dapat diselesaikan oleh guru dan peneliti. Berikut berbagai hambatan atau kendala yang dialami oleh guru dan peneliti dalam penerapan peta konsep pada pembelajaran PKn.

a. Siswa masih belum terbiasa dengan metode yang diterapkan oleh guru sehingga pada saat pembelajaran berlangsung siswa tidak dapat berkonsentrasi penuh

b. Masih ada siswa yang merasa tidak nyaman berada dalam kelompok belajarnya karena tidak bersama dengan anggota kelompok bermainnya

c. Kurangnya rasa tanggung jawab anggota kelompok sehingga dalam diskusi juga cenderung tidak mau tahu.

d. Masih ada siswa yang hasil belajarnya belum mencapai batas tuntas yang ditetapkan oleh guru

e. Pada siklus I guru kurang memberikan penjelasan tentang metode yang digunakan sehingga ada murid yang masih belum paham benar.

f. Guru dalam menjelaskan materi terlalu cepat sehingga sulit untuk diikuti. Waktu yang disediakan guru untuk tanya jawab juga sangat terbatas, hanya 10 menit sehingga siswa merasa tidak ada kesempatan siswa untuk mengungkapkan kegalauan mengenai materi kepada guru, karena mereka merasa guru kurang antusias dalam membuka sesi tanya jawab.

g. Guru juga belum dapat memahami kondisi konsentrasi siswa pada saat itu sehingga masih banyak siswa yang kurang paham terhadap materi, mereka hanya mengetahui tanpa memahami.


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Upaya untuk Mengatasi Hambatan atau Kendala yang Dihadapi Guru dalam Penerapan Peta Konsep

Hambatan atau kendala yang timbul dalam penerapan peta konsep untuk meningkatkan prestasi belajar pada pembelajaran PKn perlu diberi penanganan lebih lanjut agar tujuan dari diadakan penelitian tindakan ini tercapai. Berikut upaya yang dilakukan guru dan peneliti dalam mengatasi hambatan atau kendala yang timbul selama pembelajaran PKn dengan penerapan peta konsep.

a. Guru menjelaskan lebih terinci lagi tahapan-tahapan dalam pelaksanaan penerapan peta konsep agar siswa tidak kebingungan dalam pembelajaran dan dapat lebih berkonsentrasi pada proses pembelajaran.

b. Guru memberikan kesempatan kepada murid yang kurang pintar untuk menjawab pertanyaan serta membuat pertanyaan.

c. Menumbuhkan rasa tanggungjawab siswa pada tugas kelompoknya dan keseriusan dalam mengikuti diskusi dengan memberikan hadiah bagi kelompok yang paling kompak dan pandai sehingga siswa lebih antusias dan bersemangat dalam pembelajaran di kelas

d. Guru menambah waktu untuk tanya jawab, sehingga kesempatan untuk mengungkapkan kegalauan mengenai materi kepada guru lebih luas.

e. Guru lebih teliti dalam mengorganisir kegiatan anggota kelompok (memantau setiap kelompok pada waktu mengerjakan tugas).

f. Guru berusaha untuk lebih dapat memahami kondisi konsentrasi siswa pada saat pembelajaran berlangsung.


(5)

commit to user BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pengembangan dan pembelajaran dengan Penerapan Peta Konsep oleh peneliti pada siswa kelas VIII B SMP Pancasila IX Batuwarno tahun pelajaran 2009/2010 dapat disimpulkan sebagai berikut :

Penerapan Peta Konsep pada materi pokok nilai-nilai Pancasila dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII B SMP Pancasila IX Batuwarno tahun pelajaran 2009/2010

B. Implikasi

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas dapat dikemukakan bahwa untuk meningkatkan prestasi belajar Pkn siswa sangat terkait dengan pemilihan strategi pembelajaran yang tepat. Dalam hal ini peta konsep dapat digunakan sebagai alternatif dalam proses pembelajaran PKn Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

C. Saran

Dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal maka perlu adanya partisipasi dan aktifitas siswa dalam belajar serta ketrampilan seorang guru dalam memilih dan menggunakan pendekatan dan metode mengajar secara tepat dan sesuai dengan kondisi lapangan. Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti mengemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Guru

a. Diharapkan kepada Guru SMP Pancasila IX Batuwarno untuk selalu meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan dan menyampaikan materi serta mengelola kelas sehingga kualitas pembelajaran dapat terus meningkat.

b. Kerjasama guru dan siswa selama proses pembelajaran harus diperhatikan sehingga suasana pembelajaran menjadi lebih kodusif dan siswa dapat lebih mudah memahami materi pembelajaran.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Siswa

a. Hendaknya siswa dapat memberikan respon yang baik terhadap guru dalam penerapan peta konsep supaya prestasi belajar siswa meningkat. b. Hendaknya siswa berperan aktif selama proses pembelajaran.

c. Diharapkan untuk dapat mengikuti perkembangan lingkungan dan bersikap terbuka terhadap perubahan yang ada disekitarnya.

3. Peneliti

a. Diharapkan kepada para peneliti lain untuk meneliti lebih lanjut mengenai penerapan Peta Konsep dengan tempat dan subyek yang berbeda.

b. Hendaknya peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis terlebih dahulu menganalisis kembali metode yang telah dirancang oleh peneliti untuk disesuaikan dengan penerapannya, terutama dalam hal alokasi waktu, fasilitas pendukung termasuk media pembelajaran dan karakteristik siswa yang ada pada sekolah tempat penelitian tersebut dilakukan.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMAHAMAN IDEOLOGI PANCASILA TERHADAP SIKAP MORAL DALAM MENGAMALKAN NILAI-NILAI PANCASILA PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 3 NATAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

2 41 63

Kelas 07 SMP Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan Siswa 2016

33 1119 200

Kelas 09 SMP Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Siswa

1 28 177

PENDAHULUAN Muatan Materi dan Penanaman Nilai-nilai Persatuan Pada Siswa (Analisis Isi Buku Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kurikulum 2013 Kelas VIII dan Pelaksanaannya di SMP Negeri 2 Kartasura Tahun 2014).

0 2 8

DAFTAR PUSTAKA Muatan Materi dan Penanaman Nilai-nilai Persatuan Pada Siswa (Analisis Isi Buku Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kurikulum 2013 Kelas VIII dan Pelaksanaannya di SMP Negeri 2 Kartasura Tahun 2014).

0 4 5

MUATAN MATERI DAN PENANAMAN NILAI-NILAI PERSATUAN PADA SISWA Muatan Materi dan Penanaman Nilai-nilai Persatuan Pada Siswa (Analisis Isi Buku Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kurikulum 2013 Kelas VIII dan Pelaksanaannya di SMP Negeri 2

0 2 9

MUATAN MATERI DAN PENANAMAN NILAI-NILAI PERSATUANPADA SISWA Muatan Materi dan Penanaman Nilai-nilai Persatuan Pada Siswa (Analisis Isi Buku Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kurikulum 2013 Kelas VIII dan Pelaksanaannya di SMP Negeri 2 Kar

0 1 21

PENANAMAN NILAI-NILAI PANCASILA MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) SEBAGAI UPAYA MEMBANGUN SIKAP TOLERANSI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013/2014.

1 1 16

PENERAPAN NILAI NILAI PANCASILA DALAM KE

0 0 9

Penerapan Teori Konstruktivisme untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Materi Nilai Kebersamaan dalam Merumuskan Pancasila Pada Siswa Kelas IV SDN 4 Sumberagung

0 0 12