4
Gambar 1.1 Grafik rata-rata perolehan nilai sumatif angkatan tahun 2011 SMA Lentera Harapan.
Sumber: Data statistik Sekolah Lentera Harapan
Pada kurikulum SMA, mata pelajaran Ekonomi adalah perpaduan dari materi Ekonomi dan Akuntansi. Berdasarkan kurikulum KTSP, untuk materi ekonomi
sendiri dipelajari pada kelas X semester I, Kelas X semester II, kelas XI IPS semester I, dan kelas XII IPS semester II. Sedangkan, materi Akuntansi dipelajari
pada kelas XI IPS semester II dan XII IPS semester I.
Pengumpulan data dilanjutkan melalui wawancara tidak terstruktur kepada 10 sampel. Sampel dipilih secara acak dari siswa kelas XII IPS SMA Lentera
Harapan. Wawancara tidak terstruktur ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran permasalahan yang lebih lengkap Sugiyono, 2013: 198. Dalam wawancara ini,
peneliti memang tidak menggunakan pedoman wawancara secara sistematis, tetapi tetap menggunakan garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Adapun garis-garis besar yang digunakan sebagai pedoman adalah sebagai berikut:
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00
Sem1 Sem2
Sem1 Sem2
Sem1 Kelas X
Kelas XI Kelas XII
N il
a i
ra ta
-r a
ta s
u m
a ti
f
Nilai Rata-rata Sumatif Siswa Angkatan Tahun 2011
57.05 62.78
70.41 51.75
58.34
5 a. Apakah pelajaran ekonomi mudah dipahami?
b. Selama Anda belajar ekonomi dari kelas X hingga saat ini, pada bagianmateri apa yang paling sulit?
c. Mengapa Anda mengatakan materi tersebut sulit untuk dimengerti? d. Bagaimana pendapat kalian tentang
model pembelajaran kegiatan pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran Akuntansi?
Hasil wawancara menguatkan hasil analisa materi dari perolehan nilai sumatif siswa. Dari 10 siswa, semua siswa menjawab bahwa akuntansi merupakan materi
dari ekonomi yang sulit dipahami dengan alasan akuntansi merupakan pelajaran yang materinya saling berkesinambungan sehingga siswa harus menguasai semua
tahap akuntansi. Padahal, tidak semua siswa mampu menguasai semua tahapan penyusunan laporan keuangan akuntansi. Akibatnya, siswa merasa tuntutan dalam
kegiatan belajar-mengajar akuntansi menjadi momok yang sangat besar dan tidak dapat dinikmati.
Selain wawancara, peneliti juga mengumpulkan informasi melalui observasi pada awal bulan Agustus 2014. Dalam observasi yang dilakukan bersama rekan
sejawat, ternyata ditemukan permasalahan lain dalam pembelajaran, yaitu kurangnya keterampilan sosial diantara peserta didik di dalam mempelajari
akuntasi. Hal ini terbukti dari siswa tetap mengerjakan soal secara individualis walaupun pendidik telah menggunakan model cooperative learning. Beberapa
siswa yang belum memahami materi mencoba bertanya kepada siswa yang lebih menguasai akuntansi yang juga adalah anggota satu kelompok. Siswa yang
tergolong mampu memahami materi dengan lebih cepat tampak menjelaskan
6 materi dengan raut wajah yang tidak ikhlas. Ada pula yang hanya mau
menjelaskan sekali saja.
Permasalahan ini semakin terlihat jelas dalam analisa hasil angket yang berisi beberapa indikator dari keterampilan sosial. Indikator dipilih berdasarkan hasil
wawancara sebelumnya, yaitu: mengemukakan pendapat, mendengat pendapat, membantu teman, memotivasi teman, tidak membeda-bedakan teman, menerima
kelemahan teman, respek terhadap pendapat yang berbeda, mengontrol penekanan suara, dan taat pada prosedur. Instrument dibagikan pada kelas XI IPS berjumlah
20 siswa.
Gambar 1.2 menunjukkan perbandingan jawaban siswa. Warna biru berarti jumlah siswa menjawab “Ya”, warna merah berarti jumlah siswa menjawab “Kadang-
Kadang”, dan warana hijau berarti jumlah siswa yang menjawab “Tidak”. Grafik 1.2 tampak didominasi oleh warna hijau dan warna merah. Hal ini berarti,
mayoritas siswa menjawab ‘Kadang-kadang’ dan ‘Tidak’. Sementana warna biru atau jawaban ‘Ya’ dari siswa tampak lebih sedikit. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa kemampuan keterampilan sosial siswa memang perlu ditingkatkan.
7
Gambar 1.2 Perolehan Hasil Angket keterampilan Sosial Siswa kelas XI IPS. Sumber: Hasil Pengolahan Data Penelitian 2015
Slavin 2005: 92 sebagai salah satu pakar pengembangan model pendidikan telah menawarkan solusi untuk menghadapi masalah-masalah tersebut dengan
menggunakan model-model pembelajaran cooperative learning.
Dalam perkembangannya, model-model pembelajaran mengalami banyak perkembangan,
baik dari luar, maupun dari dalam negeri sendiri khususnya model pembelajaran cooperative learning. Perkembangan tersebut dapat kita lihat dari lahirnya
berbagai macam model pembelajaran, seperti: Jigsaw, Student Teams-
Achievement Divisions STAD, Team Game Turnament TGT, Team Assisted Individualization TAI, Group Investigation, Cooperative Integrated Reading and
Composition CIRC, dan sebagainya. Keberadaan model-model pembelajaran diharapkan mampu mencari suatu solusi dari beberapa permasalah dalam rangka
10 20
30 40
50 60
70
20 40
30 20
30 30
25 20
30 30
20 50
40 40
30 30
20 35
50 40
20 40
30 40
45 60
35
P e
ro le
h a
n n
il a
i a
n g
ke t
Keterampilan sosial
Perolehan Hasil Angket Keterampilan Sosial
Ya Kadang2
Tidak