Keterampilan Sosial LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
42 dan kontak sosial merupakan dua hal yang penting dalam kebiduan masyarakat.
Suatu kontak dapat terjadi tanpa komunikasi, misalnya orang Indonesia bertemu dan berjabat tangan dengan orang Jerman, lalu ia bercakap-cakap dalam bahasa
Indonesia padahal orang Jerman tersebut tidak mengerti sama sekali. Dalam peristiwa tersebut keduanya telah melakukan “kontak” tetapi tidak tejadi proses,
“komunikasi”.
Gambar 2.3: Jejaring Keterampilan Sosial Sumber: Maryani, 2011: 19
disagree withidea, not person
energize the group encourage each other
offer your help check for under-standing
compromise negotiate
explore points of view think for yourself
respect opinion of others reach consensus
take turns listen to speaker
make sure everyone speaks wait until speakers finish
before speaking use low voices
sit eyeball form groups qulety
followrole assignments share material
use each others names make eye contact
basic interaction
communication skills
team-building skills
conflic Resolution
43 Bagan di atas merupakan bagan yang menggambarkan sosial skill. Bagan tersebut
menggambarkan keterampilan sosial dibagi menjadi empat bagian, yaitu: a. Keterampilan dasar berinteraksi: berusaha untuk saling mengenal, kontak
mata, berbagi informasi atau material. b. Keterampilan komunikasi: mendengarkan dan berbicara secara bergiliran
melembutkan suara tidak membentak, meyakinkan orang untuk dapat mengemukakan
pendapat, mendengarkan
sampai orang
tersebut menyelesaikan pembicaraannya
c. Keterampilan membangun timkelompok: mengakomodasi pendapat orang, bekerjasama, saling menolong, saling memperhatikan.
d. Keterampilan menyelesaikan
masalah: mengendalikan
diri, empati,
memikirkan orang lain, taat terhadap kesepakatan, mencari jalan keluar dengan berdiskusi, respek terhadap pendapat yang berbeda.
Bellack dan Hersen dalam Gilbert, dkk, 1991: 67 memaparkan 5 dimensi keterampilan sosial. Dimensi ini dianggap sebagai satu kesatuan yang dapat
memberikan gambaran kemampuan individu dalam mengekspresikan perasaannya baik verbal maupun non verbal sehingga mampu ditanggapi oleh orang lain ketika
interaksi sosial terjadi. Adapun 5 dimensi tersebut adalah: a. Dimensi Pengaruh, yaitu suatu dimensi yang menggambarkan suatu
kemampuan individu untuk mempengaruhi atau menerapkan taktik persuasi secara efektif sehingga orang lain terpengaruh olehnya.
b. Dimensi Komunikasi, yaitu suatu dimensi untuk mengukur kemampuan individu untuk berkomunikasi dengan cara mendengarkan secara terbuka dan
mengirimkan pesan yang dapat meyakinkan kepada orang lain.
44 c. Dimensi Manajemen Konflik, yaitu dimensi yang menggambarkan suatu
kemampuan individu dalam mengelola konflik dengan cara merundingkan dan mengidentifikasi potensi konflik untuk diselesaikan secara terbuka dengan
prinsip ‘semua berhasil menang’. d.
Dimensi Kepemimpinan, yaitu suatu dimensi yang menunjukkan kemampuan individu dalam memimpin dengan cara mengilhami, memotivasi dan
membimbing individu ke arah tujuan yang benar. e. Dimensi Katalisator Perubahan, yaitu suatu dimensi yang menggambarkan
kemampuan individu berperan sebagai katalisator perubahan dengan cara menginisiasi dan mengelola perubahan untuk menyadarkan orang lain akan
perlunya perubahan dan dihilangkannya hambatan.
Booysen dan Grosser 2008: 377-399 dalam The Journal for Transdisciplinary Research in Southern Africa membagi keterampilan sosial dalam 4 dimensi.
Pembagian dimensi tersebut adalah sebagai berikut:
In the context of the article, we focused on enhancing the sosial skills as indicated by the data collection instrument which we used,cooperation learning to work
with others, giving attention, allowing all members to participate, sharing apparatus, assertion listening to others, asking clarifying questions, learning
how to evaluate, praising others, reflecting on group work, thinking and reasoning, empathy feeling sorry for a friend in need, listening to friends,
making friends , self-control handling conflicts, controlling temper, asking for help when in need, having respect for others and their belongings, obidiance to
rules and procedures, handling race, gender and cultural differences.
Dimensi pertama, bekerjasama. Dimensi ini dapat dibagi menjadi beberapa indikator yaitu: belajar bekerja sama dengan orang lain, memberikan perhatian,
berbagi peralatan, mengijinkan semua anggota kelompok berpartisipasi. Kedua, dimensi asertif yang dibagi dalam indikator: mendengarkan pendapat, bertanya,
45 belajar untuk mengevaluasi, memuji, berefleksi dengan kelompok. Ketiga,
dimensi empati dibagi menjadi indikator: meminta maaf, mendengarkan teman, menjalin pertemanan. Keempat, dimensi pengendalian diri dibagi dalam indikator:
mengatasi masalah, mengontrol penekanan suara, menghormati satu sama lain, taat pada prosedur dan peraturan, mampu mengatasi perbedaan jender dan budaya.
Berdasarkan pengertian, syarat, dan bagian-bagian keterampilan sosial, maka dapat disintesis indikator yang akan digunakan dalam penelitian pengembangan
model pembelajaran ini adalah: a. Keterampilan komunikasi: mengemukakan pendapat dan mendengarkan
sampai orang tersebut menyelesaikan pembicaraannya. b. Keterampilan membangun timkelompok: membantu orang lain, menerima
kelemahan teman, dan tidak membeda-bedakan teman. c. Keterampilan memimpin: saling memberikan semangat.
d. Keterampilan menyelesaikan masalah: mencari jalan keluar dengan
berdiskusi, respek terhadap pendapat yang berbeda e. Keterampilan pengendalian diri: mengontrol penekanan suara dan taat pada
prosedur kelas.
Dimensi tersebut digunakan dengan pertimbangan bahwa dimensi tersebutlah yang dapat dengan mudah dan dinilai secara objektif dalam model pembelajaran
TAI making correction.
46