xxv yang diinginkan, sedangkan menurut Hochman dan Person yang dikutip dari Jan
Erik Lane dan Staven Ersson 1994: 2-3, Kebijakan Pemerintah artinya negara atau Pemerintah pada akhirnya mampu mengusahakan redistribusi pendapatan dan
kemakmuran melalui instrumen anggaran, jadi Pemerintah yang mampu mengambil sebagian kekayaan dari pihak yang berlebih melalui pajak dan
membaginya kepada kelompok sosial yang kekurangan melalui progam-program tunjangan bahkan kesejahteraan sosial.
Menurut Bintoro Tjokroamidjojo dan Mustopadidjaya 1988: 111, Kebijakan Pemerintah Government Policy adalah setiap keputusan yang
dilakukan oleh Pejabat PemerintahNegara atas nama instansi yang dipimpinanya Presiden, Menteri, Gubernur, Sekjen, Dirjen dan sebagainya dalam rangka
melaksanakan fungsi umum pemerintahan tertentu atau mencapai tujuan tertentu; atau dalam rangka melaksanakan produk-produk keputusan atau peraturan
perundangan yang telah ditetapkan, dan lazimnya dituangkan dalam bentuk aturan perundangan tertentu atau bentuk keputusan formal tertentu.
d. Pola Kepemimpinan Dalam Pembuatan Kebijakan
Di negara-negara berkembang, pemerintah diharapkan lebih banyak mewujudkan tugas kepemimpinannya untuk memperbaiki kondisi politik,
ekonomi, sosial masyarakat. Menurut Likert yang dikutip oleh Albert Widjaja 1982: 75 membedakan empat pola kepemimpinan dan masing-masing
mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap yang dipimpin. Ke-empat macam pola kepemimpinan adalah:
1 Otoriter ekploitatif
Tipe pemimpin ini hanya memperhatikan kepentingan pimpinan dan statusnya. Kebijakannya banyak mengandung pembatasan dan
ancaman dan ancaman tersebut menumbuhkan ketakutan agar tercipta kepatuhan dari pengikutnya. Komunikasi pola kepimpinanan ini pada
umumnya mengarah dari atas ke bawah, baik secara komando maupun informasi. Kebijakan dan program selalu datang dari atas ke bawah. Selain
xxvi itu yang dipimpin selalu mengganggap sepi kebijakan-kebijakan karena
merasa sebagai bagian dari organisasi. 2
Otoritas setengah hati Tipe pemimpin ini lebih lunak dari otoriter dimana pemimpin
lebih sensitif pada kebutuhan bawahan. Pemimpin berkenan percaya pada bawahan, keputusan masih berada ditangan pemimpin, namun bawahan
diberi kesempatan turut dalam memberikan masukan atas keputusan itu. 3
Konsultatif Tipe pemimpin ini dalam komunikasi dari bawah ke atas, dimana
pemimpin masih memberikan kesempatan pada bawahan menyampaikan masukan. Keputusan berada di tangan pemimpin, namun bawahan
memiliki andil dalam keputusan tersebut. 4
Kelompok partisipatif Tipe pemimpin ini melihat bahwa motivasinya kepentingan
ekonomi, politik, sosial tidak jauh berbeda dengan motivasi yang dipimpin serta dengan tujuan organisasi. Tipe pemimpin ini mengambil
bagian dalam usaha bersama secara lumes dan bekerja sama secara kreatif dengan yang dipimpin. Kebijakannya tidak dipandang sebagai perintah
akhir, tetapi terbuka bagi penyempurnaan dan peningkatan sesuai dengan tanggapan-tanggapan dan perubahan sosial.
Herbert Feith, membedakan tipe kepemimpinan menjadi dua yaitu tipe administrator dan solidarity makers. Dalam tipe adminsitrator kepemimpinan
didefinisikan lebih sebagai kemampuan untuk menciptakan negara modern dengan segala perangkat teknis-administratifnya pemimpin, dalam tipe itu,
bukanlah seseorang yang menguasasi retorika dan teknik-teknik persuasi. Walaupun memiliki kekuasaan politik yang amat besar, ia sesungguhnya adalah
seorang nonpolitisi par excellence, teknokrat, birokrat, militer. Keahliannya bukanlah dalam membujuk dan merayu masyarakat, tetapi dalam memecahkan
masalah teknis – dengan duduk di belakang meja – serta merealisasi wewenang birokratisnya. Tipe adminsitrator lebih mementingkan bidang pembangunan
ekonomi, melihat keadaan negaranya, pembangunan ekonomi harus dijalankan
xxvii secara bertahap dan mau menerima modal asing dan tenaga asing. wwwhttp.
article id=226:tipe-kepemimpinan-barucatid=46:tulisan-rmItemid=120
Menurut Herbert Feith yang dikutip oleh Moedjanto 1989: 80, tipe solidarity maker merupakan kebalikan dari tipe administrator. Dalam tipe
solidarity maker kepemimpinan lebih sebagai penganjur persatuan karena mempunyai kemampuan untuk mempersatukan berbagai golongan yang memiliki
hubungan sangat akrab dengan massa, mempunyai kemampuan berbicara tentang berbagai ide, gagasan atau memberi harapan-harapan yang muluk-muluk, tetapi
tidak mempunyai kecakapan untuk mewujudkannya. Dalam bidang pembangunan kurang praktis-rasional dan menekankan sikap sentimentil terhadap modal dan
tenaga asing secara tegas. Karena akan mengurangi kedaulatan 100.
e. Ruang Lingkup Kebijakan Pemerintah