xxxv lain: tingkat pendapatan nasional, tingkat kesempatan kerja, pengeluaran
konsumsi rumah tangga, saving, investasi nasional, jumlah uang yang beredar, tingkat bunga, neraca pembayaran internasional, stok kapital nasional, hutang
pemerintah. Sadono Sukirno 1985: 14, menjelaskan bahwa ekonomi makro
membahas keadaan keseluruhan dari kegiatan sesuatau perekonomian, dan bukan bagian-bagian kecil dari ekonomi. Artinya ekonomi makro tidak membahas
tentang kegiatan-kegiatan yang dilakukan seorang produsen, seorang konsumen atau seorang pemilik faktor produksi. Selain itu, ekonomi makro dititikberatkan
kepada akibat dari keseluruhan tindakan para konsumen, para pengusaha, pemerintah dan kegiatan perdagangan luar negeri secara keseluruhan. Dalam
ekonomi makro tingkat kegiatan ekonomi negara tergantung kepada berbagai pengeluaran golongan masyarakat pada waktu itu. Pengeluaran-pengeluaran itu
meliputi: pengeluaran rumahtangga, pengeluaran pengusaha, pengeluaran pemerintah dan ekspor ke negara-negara lain.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan ekonomi makro adalah usaha yang dilakukan oleh Pemerintah untuk mengatur, mempengaruhi dan
menetapkan kegiatan ekonomi sebagai keseluruhan kehidupan ekonomi agregatif di dalam suatu negara.
b. Tujuan Kebijakan Ekonomi Makro
Menurut Paul A Samuelson dan William D Norhdaus 1991: 78, untuk mengevaluasi keberhasilan ekonomi makro dapat memandang dari empat bidang
yaitu out put, kesempatan kerja, stabilitas harga, dan perdagangan internasional. Tujuan utama ekonomi makro tersebut secara terperinci sebagai berikut :
1. Output dan tingkat konsumsi yang tinggi dengan laju
pertumbuhannya ekonomi yang cepat. 2.
Kesempatan kerja yang tinggi, dengan pekerjaan yang menarik dan pengangguran yang rendah.
3. Stabilitas harga atau laju inflasi yang rendah dimana harga dan
tingkat upah ditetapkan oleh mekanisme pasar bebas.
xxxvi 4.
Menciptakan perdagangan internasional, baik dalam bidang barang dan jasa maupun permodalan, dimana ekspor seimbang dengan
impor, dan kurs uang nasional terhadap berbagai valuta asing senantiasa stabil.
Menurut Sadono Sukirno 2004: 22, bahwa tujuan kebijakan ekonomi makro dapat dibedakan menjadi lima, yaitu menstabilkan kegiatan ekonomi,
mencapai penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi, menghindari masalah inflasi, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang teguh, dan mewujudkan
kekukuhan pembayaran dan kurs valuta asing. Menurut Stephen M Goldfield 1989: 100, tujuan ekonomi makro adalah untuk menghindari penyakit ekonomi
yaitu inflasi, pengangguran, pertumbuhan ekonomi yang suram, dan kesulitan dalam pembayaran internasional. Artinya sasaran-sasaran tersebut adalah
stabiltias harga, full-empolyment, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan keseimbangan neraca pembayaran.
c. Instrumen Kebijakan Ekonomi Makro
Pemerintah memilih sejumlah instrumen untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi makro. Instrumen kebijakan merupakan suatu variabel ekonomi yang
berada dibawah kontrol pemerintah yang dapat mempengaruhi satu atau lebih sasaran ekonomi makro. Dengan memberlakukan atau mengubah kebijakan
moneter, fiskal atau kebijakan yang lain, pemerintah dapat mengendalikan perekonomian menuju ke suatu komposisi tertentu yang diinginkan.
1. Kebijakan Fiskal
Kebijakan ini berisi dua instrumen pokok, yaitu belanja negara government expenditure dan sistem perpajakan. Yang termasuk dalam
belanja negara adalah seluruh pembelian atau pembayaran barang dan jasa untuk kepentingan nasional, misalnya pembelian persenjataan dan
alat-alat kantor pemerintah, pembangunan jalan dan bendungan, gaji pegawai negeri, angkatan bersenjata, dan sebagainya. Belanja negara
merupakan instrumen pengukur seberapa besar peran sektor pemerintah dan sektor swasta, artinya berapa besar GNP dikonsumsi secara kolektif
xxxvii daripada perseorangan swasta. Dari perspektif ekonomi makro belanja
negara juga merupakan penentu pokok jumlah pengeluaran agregat, sehingga juga merupakan penentu tingkat GNP.
Instrumen kedua kebijakan fiskal adalah perpajakan. Dalam teori ekonomi makro, pajak memainkan dua peran penting. Pertama, pajak
akan cenderung mengurangi pengeluaran untuk konsumsi, menurunkan permintaan agregat, dan pada akhirnya menurunkan GNP aktual. Kedua,
pajak juga berpengaruh pada harga pasar, sehingga akan mempengaruhi pula perilaku masyarakat. Sebagai contoh, semakin tinggi pajak yang
dibebankan pada laba sektor usaha bisnis, maka mereka tidak akan bergairah untuk melakukan investasi pada barang-barang modal baru.
Paul A. Samuelson William D. Norhdaus, 1991: 84 2.
Kebijakan Moneter Instrumen pokok kedua dari kebijakan makroekonomi adalah
kebijakan moneter monetary policy. Melalui kebijakan ini, Pemerintah melakukan pengetatan terhadap uang beredar nasional, kredit serta sistem
perbankan. Menurut Sadono Sukirno 1981 : 261, kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan Pemerintah untuk mempengaruhi
penawaran uang dalam masyarakat atau dengan mempengaruhi tingkat bunga. Kebijakan moneter tersebut dapat dilakukan melalui kebijakan:
a merubah tingkat cadangan minimum bank-bank komersiil; b merubah tingkat bunga dari pinjaman Bank Sentral kepada bank-bank
komersiil; c mengadakan operasi pasar terbuka; dan menentukan prioritas dari jenis-jenis pinjaman yang diberikan oleh bank-bank
komersiil kepada langganannya selective credit control. 3.
Kebijakan Ekonomi Internasional Kebijakan ekonomi internasional diterapkan jika perekonomian
suatu negara menjadi semakin terkait dengan negara lain. Kebijakan tersebut digunakan sebagai upaya mempertahankan pasar valuta asing.
Perangkat kebijakan ekonomi internasional antara lain: 1 kebijakan perdagangan, yang terdiri atas tarif, kuota, kebijakan lain yang
xxxviii berhubungan dengan membatasi atau mendorong impor maupun ekspor;
2 pengelolaan pasar valuta asing, bahwa setiap negara melakukan perdagangan internasional dipengaruhi oleh nilai tukarnya, yaitu harga
mata uang negara tersebut terhadap mata uang negara lain. 4.
Kebijakan Pendapatan Merupakan
usaha Pemerintah
untuk secara
langsung mempengaruhi kecenderungan upah dan harga guna menekan laju inflasi
yang akhirnya tercipta stabilitas harga. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ekonomi makro bahwa
tingkat kegiatan ekonomi dalam suatu waktu tertentu tergantung pada pengeluaran berbagai golongan masyarakat pada waktu tersebut. Oleh karena itu tingkat
produksi suatu negara ditentukan oleh tingkat pengeluaran seluruh masyarakat yang terdiri dari pengeluaran rumahtangga, pengeluaran penanamaan modal oleh
pengusaha, pengeluaran pemerintah, ekspor ke luar negeri dan impor ke dalam negeri. Perubahan permintaan seluruh masyarakat tersebut akan menentukan
pendapatan nasional. Apabila permintaan masyarakat sangat tinggi, golongan pengusaha akan menambah produksinya, selanjutnya akan mempertinggi
pendapatan nasional dan kesempatan kerja. Apabila permintaan masyarakat masih terus menerus bertambah lagi, permintaan tersebut akan melebihi kemampuan
perekonomian itu untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Keadaan ini akan menyebabkan kenaikan harga-harga atau inflasi
Oleh karena itu, Pemerintah harus melakukan campur tangan untuk mengatasi inflasi tersebut yaitu pemerintah harus berusaha mencipatakan tingkat
kemampuan kerja penuh tanpa menimbulkan inflasi. Dua alat kebijakan ekonomi makro yang dapat digunakan Pemerintah untuk mengatasi inflasi yaitu kebijakan
fiskal dan kebijakan moneter selain itu juga pemerintah menjaga keseimbangan antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter.
xxxix
3. Kebijakan Moneter