Kebijakan Anggaran Berimbang Utang Luar Negeri

cxi

5. Kebijakan Pemerintah yang ikut mempengaruhi Perkembangan Moneter

a. Kebijakan Anggaran Berimbang

Pemerintah untuk mengantisipasi defisit anggaran negara melakukan kebijakan anggaran pendapatan dan belanja yang berimbang balance of budget policy dalam APBN. Dalam prinsip anggaran yang berimbang, pengeluaran disesuaikan dengan pendapatan negara. Dalam kebijakan ini pemerintah melakukan pengekangan secara ketat terhadap pengeluaran, agar dapat menyesuaikan dengan besarnya pengeluaran dan penerimaan negara. Untuk menutupi terjadinya kebocoran anggaran pembelanjaan terlebih dahulu sebelumnya APBN harus disahkan oleh DPR. Patmnono SK, 1998: 73. Hal ini sesuai dengan Tap MPRS No. XIII Tahun 1966 pasal 47 bahwa “Dalam penjusunan anggaran pendapatan dan belandja negara harus diusahakan agar defisit dalam waktu jang singkat dapat dihapuskan sehingga dengan demikian sumber utama inflasi dapat ditiadakan”. Pada pasal 48 juga menyatakan bahwa “Dalam penjusunan anggaran belandja harus tertjermin imbangan jang sehat antara pembiajaan dibidang materiil, spirituil dan politik”. Perimbangan dalam APBN tersebut mengikuti teori ekonomi adalah bentuk persamaan U = O + K, dimana U adalah pengeluaran-pengeluaran pemerintah, O adalah penerimaan- penerimaan pemerintah, dan K adalah penerimaan-penerimaan pemerintah dalam rupiah yang disebabkan kredit-kredit luar negeri. Dengan demikian untuk mencapai keseimbangan, pengeluaran baik yang berupa belanja rutin, pembangunan, maupun pertahanan terpaksa dikurangi. Sedangkan penerimaan- penerimaan negara terus diupayakan untuk ditingkatkan. Patmnono SK, 1998: 80 Kebijakan anggaran pendapatan dan belanja yang berimbang dalam kegiatan rutin pemerintah dibiayai oleh penerimaan dalam negeri sedangkan anggaran pembangunan dibiayai dari bantuan luar negeri. Tim LP3ES, 1995: 163 cxii

b. Utang Luar Negeri

Untuk melaksanakan APBN berimbang tersebut pemerintah harus mendapatkan bantuan luar negeri yang merupakan salah satu komponen dalam APBN yang menempatkan bantuan luar negeri sebagai penerimaan pembangunan. Dengan begitu defisit tidak dibiayai oleh pencetakan uang baru, karena hal tersebut akan menimbulkan inflasi, seperti yang telah terjadi sebelumnya. Dengan memperoleh kredit luar negeri, untuk membiayai program pembangunan sehingga inflasi yang bersumber dari defisit anggaran dapat dicegah. Selain itu, anggaran yang terarah kepada rehabilitasi prasarana dan produksi masyarakat akan mendorong produksi dan peningkatan ekonomi, sehingga efek inflasi yang bersumber dari pengeluaran pemerintah dapat diimbangi dengan meningkatnya arus barang. Tim LP3ES, 1995: 164 Untuk melaksanakan hal tersebut pemerintah harus mengupayakan penjadwalan kembali utang luar negeri pemerintahan sebelumnya dan memperoleh utang baru dari luar negeri serta membicarkan hal-hal yang berhubungan dengan ekonomiperdagangan antara Indonesia dengan negara-negara lain. Memo dari Menteri Keuangan kepada J.M Presidium Kabinet Dwikora

c. Indonesia Kembali Ke Dalam IMF