Munculnya NBO Negara-Biokratik-Otoriter Politik

clxvi mengikutsertakan perwira ABRI dan teknokrat sipil yang menduduki departemen- departemen dan badan-badan pemerintahan. Birokrasi tersebut diharapkan tanggap dan taat pada kemauan pimpinan eksekutif puncak dan mampu melaksanakan perubahan. Untuk mencapai tujuan tersebut yaitu dengan menempatkan kaum teknokrat dan perwira yang mendukung program-program pemerintahan Orde Baru pada jabatan-jabatan birokrasi yang langsung. Terutama sejak dibentuknya Kabinet Pembangunan I tahun 1968, sebagian besar departemen dan badan pemerintahan dikepalai oleh perwira ABRI atau teknokrat sipil. Posisi-posisi seperti inspektur jenderal, sekretaris jenderal dan direktur jenderal juga diduduki birokrasi yang loyal kepada pimpinan eksekutif. Sedangkan pos-pos yang tidak penting diberikan pada politisi partai. Ketiga, penempatan gubernur atau bupati yang dapat dikendalikan langsung Jakarta. Kaum ABRIlah yang mendapatkan kepercayaan pemerintah pusat untuk menduduki posisi itu. Pada tahun 1960 hanya beberapa gubernur saja yang berasal dari ABRI, maka tahun 1968 hampir 68 dari gubernur-gubernur propinsi berasal dari ABRI, dan jumlah itu meningkat menjadi 92 pada awal tahun 1970. Jabatan bupati pada tahun 1968 hampir 59 dipegang perwira ABRI. Mohtar Mas’oed, 1989: 150-154

c. Munculnya NBO Negara-Biokratik-Otoriter

Dalam pemerintahan Orde Baru, pembangunan ekonomi di pahami sebagai serangkaian upaya untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat, melalui langkah pencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dengan dukungan stabilitas politik yang tinggi, karena dinamika politik merupakan hambatan bagi perkembangan ekonomi. Oleh Pemerintah Orde Baru Stabilitas politik dipercaya dapat mempengaruhi pertumbuhan pembangunan ekonomi. http:dhenov.blogspot.com200903analisa-kebijakan-ekonomi-post-orde.html Untuk menciptakan stabilitas politik sebagai tindakan untuk mendukung pembangunan ekonomi, Orde Baru muncul sebagai Negara-Borokratik-Otoriter NBO. Menurut O’ Donnell, yang dikutip oleh Mohtar Mas’oed 1989: 9-10, bahwa Negara-Birokratik-Otoriter NBO memiliki karakteristik sebagai berikut, pertama: posisi-posisi puncak pemerintahan biasanya di jabat oleh orang-orang yang sebelumnya telah berhasil ketika mereka berada dalam organisasi birokrat, clxvii misalnya, organisasi militer, pemerintah dan perusahaan-perusahaan swasta besar. Kedua, dalam NBO akan selalu ada pembatasan partisipasi politik yang ketat political exclusion. Ketiga, dalam NBO juga ada pembatasan dalam partisipasi ekonomi economic exclusion. Keempat, negara mengembangkan kebijaksanaan depolitisasi dan demobilisasi massa. Secara ringkas, NBO ini dicirikan oleh adanya peran dominan para birokrat, khususnya militer yang daripadanya lahir kebijaksanaan pembatasan partisipasi politik dan ekonomi, serta muncul kebijaksanaan depolitisasi dan demobilisasi. Ia juga menggabungkan konsep koporatisme yaitu pengaturan hubungan negara dengan kelompok kepentingan dimana kebijakan pemerintahan dihasilkan melalui interaksi antara birokrasi negara dengan sejumlah kelompok kepentingan yang kuat, seperti usahawan. Menurut Mas’oed 1989: 28-30 lahirnya kembali bentuk negara otoriter di Indonesia pada awal Orde Baru disebabkan oleh : pertama, oleh warisan krisis ekonomi dan politik yang terjadi pada pertengahan tahun 1960-an. Struktur politik yang ditinggalkan oleh masa sebelumnya memiliki kecendrungan untuk memberikan kekuasaan yang berlebihan pada pemerintahan. Lebih dari itu, pada masa tersebut Orde Baru hendak berusaha secara cepat memproleh legitimasi politiknya, karena menurutnya, Soekarno masih memiliki pengaruh yang tidak kecil dan pendukung yang tidak sedikit. Kedua, koalisi intern Orde Baru yang memaksa untuk segera melakukan restrukturisasi ekonomi secara radikal juga menyebabkan lahirnya NBO di Indonesia. Orde Baru memilih untuk dengan segera melakukan stabilisasi ekonomi yang memberikan peluang yang besar kepada modal domestik dan modal internasional untuk terlibat. Ketiga, orientasi ekonomi keluar yang dirumuskan oleh Orde baru pada masa akhir tahun 1960-an dan berlanjut pada tahun 1970-an adalah adalah satu faktor yang mendesak pemerintah untuk memilih bentuk NBO Menurut Mothar Mas’oed 1989: 204-208 bahwa semua karakteristik struktural NBO yang di kemukakan oleh O’ Donnell sepenuhnya dapat di jumpai pada sistem Politik Orde Baru . Pertama, pemerintah Orde Baru hampir dapat dikatakan berada di bawah kendali militer secara organisatoris yang bekerja sama dengan teknokrat sipil. Kedua, modal domestik swasta besar yang memiliki hubungan khusus dengan negara, dan modal internasional memiliki peran ekonomis yang menentukan. Ketiga, hampir seluruh bentuk kebijaksanaan clxviii pembangunan yang dilahirkan, sejak dari proses perencanaan sampai pada evaluasinya sepenuhnya berada pada tangan birokrat dan teknokrat. Kelima, dalam menanggapi kritik dan para penentangnya, pemerintah Orde Baru tidak segan-segan melakukan tindakan tegas. Terakhir, dan merupakan ciri khusus untuk Indonesia, dapat dijumpai pada otonomi dan besarnya peran kantor kepresidenan, yang diwujudkan dengan demikian luas wewenang yang ada pada Sekretariat Negara. Implikasi kebijakan stabilitas politik dengan munculnya NBO telah membawa imbas yang positif terhadap pembangunan ekonomi, seperti yang telah dijelaskan diatas.

d. Ketergantungan Pada Mafia Berkeley dan Bantuan Luar Negeri