Implikasi KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

clxxiii yang telah lama menderita akibat stagnasi ekonomi. 2 Pemerintahan Orde Baru menciptakan birokrasi sipil yang efektif dan setia pada kekuasaan eksekutif untuk mendukung program pembangunan ekonomi. Untuk itulah Pemerintahan Orde Baru melakukan reformasi birokrasi dengan jalan mengalihkan wewenang pemerintahan ke tingkat birokrasi yang lebih tinggi, mengikutsertakan perwira ABRI dan teknokrat sipil yang menduduki departemen-departemen dan badan-badan pemerintahan, penempatan gubernur atau bupati yang dapat dikendalikan langsung Jakarta. 3 Orde Baru muncul sebagai Negara-Borokratik-Otoriter NBO sebagai konsekuensi terciptanya stabilitas politik yang mendukung pembangunan ekonomi 4 Ketergantungan pada Mafia Berkeley dan bantuan luar negeri, ini terlihat dari penyerahan sepenuhnya presiden Soeharto kepada kaum teknokrat Mafia Berkeley untuk melakukan pembenahan ekonomi. Sesuai pandangan kaum teknokrat untuk membiayai pembangunan ekonomi sumber-sumber luar negeri sangat diperlukan. Sumber-sumber luar negeri ini diperoleh dari IMF, Bank Dunia, IGGI, serta negara donor seperti Jepang, Amerika Serikat.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis Menurut teori, tugas kebijakan moneter di negara-negara berkembang pada umumnya jauh lebih berat dan rumit daripada negara-negara maju. Faktor yang menyebabkan hal tersebut yaitu 1 tugas menciptakan penawaran uang yang cukup sehingga pertambahan uang dapat selalu selaras dengan pembangunan. Kurangnya modal dan terbatasnya pendapatan negara sering kali menimbulkan dorongan yang kuat pemerintah untuk meminjam uang secara berlebihan kepada bank sentral. Kalau hal tersebut dilakukan, laju jumlah uang beredar akan bergerak lebih cepat daripada yang dibutuhkan, sehingga terjadi kenaikan harga- harga barang dan jasa. Pada akhirnya jumlah uang beredar yang terlalu cepat dapat menimbulkan inflasi. Dengan begitu inflasi dapat terjadi karena permintaan clxxiv masyarakat terhadap barang lebih besar dari pada penawaran barang, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran. Artinya kebutuhan barang dan jasa dari masyarakat besar namun produksi barang dan jasa untuk mencukupinya rendah; 2 tugas dalam mengawasi perkembangan valuta asing dan mengawasi kegiatan ekspor dan impor, karena kegiatan tersebut sangat mudah menimbulkan inflasi di negara-negara berkembang. Menurut teori, kebijakan moneter harus disesuaikan dengan masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang. Karena jumlah uang yang beredar uang kertas dan uang logam, merupakan bagian terbesar dari penawaran uang, maka kebijakan moneter diarahkan untuk mempengaruhi penawaran uang tunai dari masyarakat, yaitu dengan menarik yang uang tunai dari masyarakat melalui sistem bank. Kemudian digunakan untuk modal yang lebih produktif. Selain itu, diperlukan koordinasi antara kebijakan moneter, kebijakan fiskal dan kebijakan ekonomi makro lainya untuk mengatasi kemerosotan ekonomi. Kebijakan tersebut sesuai dengan yang terjadi di Indonesia tahun 1966-1971, pemerintahan Orde Baru dalam mengatasi kemerosotan ekonomi melakukan pendekatan ekonomi yang berbeda dengan pemerintahan Orde Lama yaitu melakukan koordinasi antara kebijakan moneter, kebijakan fiskal, kebijakan lalu lintas devisa serta kebijakan ekonomi makro lainya. Pada intinya semua kebijakan tersebut dibawa untuk mempengaruhi penawaran uang dengan membawa kepada sistem bank untuk membentuk modal, selanjutnya tabungan tersebut dialirkan kepada pengusaha untuk mengembangkan ekonomi, baik sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor industri. Langkah- langkah tersebut akan membantu mempercepat pembangunan ekonomi. 2. Implikasi Praktis Setiap negara mempunyai hanya satu bank sentral karena bank sentral mempunyai kedudukan penting dan strategis dalam perekonomian suatu negara. Bank Indonesia sebagai bank sentral merupakan salah satu perwujudan dari kedaulatan rakyat. Hal ini diwujudkan dari tugas Bank Indonesia yang mempunyai hak eksklusif untuk mencetak uang dan bertanggung jawab menyediakan perbankan dan sistem kredit dan untuk memelihara stabilitas mata clxxv uang nasional. Namun keistimewaan tersebut telah dirampas hanya untuk kepentingan politik dan tanpa mempertimbangkan akibatnya. Ini terbukti pada masa Pemerintahan Presiden Soekarno Bank Indonesia menjadi salah satu instrumen pemerintah untuk mencetak uang guna menyiasati defisit anggaran belanja negara. Akibatnya situasi moneter mengalami kekacauan dan juga merupakan kegagalan Bank Indonesia menjalankan fungsinya sebagai penjaga stabilitas moneter. Keistimewaan bank sentral tersebut tidaklah cukup untuk menjaga stabilitas ekonomi, tetapi juga dibarengi keseriusan pemerintah melakukan pembenahan di sektor ekspor dan sektor riil. Karena kebijakan moneter yang dilakukan penguasa moneter hanya efektif dalam jangka pendek, sehingga menunjang pembangunan ekonomi diperlukan pembenahan sektor ekspor dan sektor riil.

C. Saran