Indonesia Kembali Ke Dalam IMF Kebijakan Lalu Lintas Devisa

cxii

b. Utang Luar Negeri

Untuk melaksanakan APBN berimbang tersebut pemerintah harus mendapatkan bantuan luar negeri yang merupakan salah satu komponen dalam APBN yang menempatkan bantuan luar negeri sebagai penerimaan pembangunan. Dengan begitu defisit tidak dibiayai oleh pencetakan uang baru, karena hal tersebut akan menimbulkan inflasi, seperti yang telah terjadi sebelumnya. Dengan memperoleh kredit luar negeri, untuk membiayai program pembangunan sehingga inflasi yang bersumber dari defisit anggaran dapat dicegah. Selain itu, anggaran yang terarah kepada rehabilitasi prasarana dan produksi masyarakat akan mendorong produksi dan peningkatan ekonomi, sehingga efek inflasi yang bersumber dari pengeluaran pemerintah dapat diimbangi dengan meningkatnya arus barang. Tim LP3ES, 1995: 164 Untuk melaksanakan hal tersebut pemerintah harus mengupayakan penjadwalan kembali utang luar negeri pemerintahan sebelumnya dan memperoleh utang baru dari luar negeri serta membicarkan hal-hal yang berhubungan dengan ekonomiperdagangan antara Indonesia dengan negara-negara lain. Memo dari Menteri Keuangan kepada J.M Presidium Kabinet Dwikora

c. Indonesia Kembali Ke Dalam IMF

Selain kebijakan melalui sektor keuangan, pemerintah harus menghapus isolasi perekonomian Indonesia dari dunia internasional, dengan kembali menjadi anggota IMF dan IBRD Bank Dunia. Keanggotaan kembali 2 badan keuangan internasional sangat penting untuk mengembalikan kepercayaan internasional bahwa Indonesia sedang menuju pada proses stabilisasi politik. Dengan begitu segala transaksi perdagangan internasional, transaksi keuangan, dan perbankan internasional diakui oleh negara-negara internasional. Keanggotaan kembali Indonesia dalam dua lembaga keuangan internasional tersebut dituangkan dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 1966 yang pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1967 tanggal 16 Juni 1967. Dalam undang-undang tersebut, pemerintah memberi wewenang kepada Menteri Keuangan untuk menandatangi atau mengusahakan cxiii penandatangnaan persetujuan dana dan melakukan pinjaman dari pembayaran pinjaman tersebut atas nama pemerintah. Sesuai dengan persetujuan dari IMF, BNI Unit I sebagai Bank sentral bertindak sebagai badan perwakilan keuangan Republik Indonesia dalam, transaksi dengan IMF dan ditunjuk serta diberi kuasa menjadi penyimpan dana yang dipereoleh dari IMF dan IBRD. Tim Penulis Bank Indonesia, 2006: 165-166

d. Kebijakan Lalu Lintas Devisa

Sejalan dengan peniadaan campur tangan pemerintah dalam perdagangan luar negeri usaha stabilisasi ekonomi dilakukan dengan penghapusan sistem kurs devisa berganda multiple exhange rate system yang berlaku pada sistem Bukti Ekspor, sejak pertama kalinya diciptakan oleh dewan moneter di masa Kabinet Djuanda dan mulai berlaku sejak 20 Juni 1957. Bukti Ekspor tersebut tidak langsung dicabut, melainkan diubah dan diarahkan kepada sistem kurs devisa yang mengambang. Dengan adanya Sistem Bonus Ekspor yang baru bertujuan untuk menggairahkan ekspor, dengan memperbolehkan dipindah-tangankan atau diperjual-belikan devisa hasil ekspor itu di pasar bebas dengan harga yang berubah setiap waktu floating excahnge rate system. Dalam rangka mengatasi inflasi, sistem Bonus Ekspor, pada taraf tertentu diharapkan akan dapat memperlancar arus barang yang gilirannya akan memberikan dampak positif terhadap harga. Tim Penulis LP3ES, 1995: 162 Pada tahun 1970 dikeluarkan kebijakan baru dibidang ekspor, impor dan lalu lintas devisa, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1970. Dengan peraturan baru tersebut maka ketentuan-ketentuan maupun prosedur yang tadinya ditetapkan oleh Biro Lalu Lintas Devisa BLLD sekarang dialihkan pada Bank Indonesia yang diserahi tugas melakukan pengawasan atas pelaksnaaan ketentuan dan prosedur dalam lalu lintas devisa. Kebijakan baru itu pada pokoknya bertujuan untuk: 1 Memberikan penghasilan yang lebih besar bagi kegiatan proses produksi dan perdagangan; cxiv 2 Mengurangi dan menghapuskan berbagai jenis pungutan yang merupakan beban berat bagi golongan pengusaha, khususanya dalam pelaksanaan ekspor-impor; 3 Penyederhanan prosedur ekspor dan impor serta aspek-aspek perbankan dan perpajakan yang berkaitan dengan hal itu; 4 Menyederhanakan sistem dan prosedur lalu lintas devisa sehingga sistem dan prosedur lalu lintas devisa sehingga penggunaannya dapat lebih efektif dan efisien dan dan; 5 Memelihara kebebasan tukar–menukar mata uang asing. Tim Penulis LP3ES, 1995: 202 Program stabilisasi pemerintah tersebut dilakukan dengan menyederhanakan dan mengarahkan sistem kurs devisa berganda multiple exhange rate system ke sistem nilai tukar tunggal. Dengan dihapuskannya perbedaan antara dalam bentuk Bukti Eskpor BE dan Devisa Pelengkap DP. Selanjutnya hanya dikenal dua macam devisa, yaitu: 1 Devisa umum yang diperoleh dari hasil ekspor, penjualan jasa atau transfer. 2 Devisa kredit yang berasal dari bantuan negara-negara donor berupa kredit danatau berbentuk hibah grant uang sebelumnya dikenal sebagai BE Kredit. Tim Penulis BI, 2006: 167 Kurs devisa umum ditentukan oleh perimbangan antara penawaran dan permintaaan di bursa asing. Kurs dan penggunaan devisa kredit ditentukan dan diatur oleh Menteri Keuangan bersama-sama dengan Menteri Perdagangan. Perdagangan devisa umum itu telah memberikan peranan yang meningkat kepada bank-bank devisa dalam arti yang sebenarnya, yaitu memberikan pelayanan dalam lalu lintas pembayaran luar negeri dan melayani jual-beli devisa kepada nasabahnya. Devisa yang merupakan hasil ekspor wajib dijual kepada Bank sentral dengan kurs yang berlaku di bursa valuta asing. Dengan cara ini maka Bank Indonesia dapat melakukan kontrol terhadap lalu lintas devisa dan cadangan devisa negara. Tim Penulis LP3ES, 1995: 202 cxv

e. Penanaman Modal Asing