clviii menggembirakan. Pada akhir September tahun 1972, Tabanas telah mencapai
jumlah Rp. 21.244 juta, sedangkan Taska sejumlah Rp. 144 juta. Berikut ini adalah tabel perkembangan tabanas dan taska.
Tabel 25: Perkembangan Tabanas dan Taska 1971 - 1972 TABANAS
JUMLAH TASKA
Tahunbuian Penabung Posisi
jutaan rupiah Penabung
Penabung Posisi
Jutaan rupiah 1971 : Agustus
40.103 434
1.275 1
41.378 435
September 232.429 1,194
6.596 6
239.025 1.200
Oktober 472.306
2.129 14.871
13 487.177
2.142 Nopember 660.748
3.448 17.441
23 678.199
3.471 Desember
867.240 4.992
19.967 36
887.207 5.028
1972 Januari 1.082.08
6.827 22.094
49 1.104.179
6.876 Pebruari
1.300.47 8.896
22.816 63
1.323.290 8.959
Maret 1.503
11.017 23.648
77 1.527.123
11.094 April
1.693.54 12.734
25.593 94
1.719.141 12.828
M e i 1.862.58
15.153 26.046
109 1.998.629
15.262 J u n i
1.963.16 16.606
26.458 127
1.989.627 16.733
J u 1 i 2.062.56
18.006 26.919
143 2.089.487
18.149 Agustus
2.150.78 19.601
26.835 155
2.177.618. 19.756
September 2.226.23 21.244
26.110 144
2.252.344 21.388
Sumber: www.bappenas.go.idget-file-servernode7136 Perkembangan yang telah terjadi tersebut menandai mulai berubahnya
tingkah laku masyarakat dan sikap menyimpan uang di rumah menjadi penyimpan uang savers Melalui tabungan ini pemerintah berupaya untuk sebanyak mungkin
menyedot kelebihan uang yang ada di masyarakat, dan bersamaan dengan itu juga menangguhkan pengeluaran konsumtif masyarakat. Dengan semakin stabilnya
harga, masyarakat mulai tertarik untuk menabung. Terkumpulnya dana masyarakat di bank berarti mengurangi peredaran uang di dalam masyarakat. Bila
uang menjadi langka, nafsu membeli akan berkurang.
d. Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara.
Keberhasilan juga dialami dalam pelaksanaan anggaran yang menggunakan prinsip “anggaran berimbang” yang berarti dalam pengeluaran pemerintah
dibatasi oleh pendapatan pemerintah. Keberhasilan dalam kebijakan anggaran tersebut merupakan faktor utama berkurangnya penciptaan uang yang berasal dari
clix sektor resmi. Kebijakan ini merupakan instrumen utama dalam stabilisasi dan
berperan besar dalam menekan inflasi. Berikut ini adalah tabel penerimaan dan pengeluaran negara tahun 1966-1972.
Tabel 26: Penerimaan dan Pengeluaran Negara 1966-1972 dalam milyar rupiah
Penerimaan Pengeluaran
Tahun Rutin
Pembangunan Jumlah Rutin Pembangunan Jumlah Surplus
Defisit 1966
- -
13.14 -
- 29.43
- 16.29 1967
- -
84.90 -
- 87.55
- 2.65 1968
149.75 35.54 185.29 149.75
35.54 185.29
1969 243.71 91.05
334.76 216.54 118.13
334.67 0.09 1970
344.60 120.53 465.13 228.17
169.76 457.93 + 7.20
1971 428.61 131.10
559.12 349.09 191.48
540.57 + 18.55 1972
590.61 157.80 748.41 438.10
298.22 736.32 + 12.09
Sumber : Statiscal Poket Book Indonesia Tahun 19721973 354 Dari tabel 26 dapat diketahui bahwa di tahun 1968 untuk pertama kali,
anggaran berimbang dapat direalisasikan. Memasuki tahun 1969 sebagian besar pendapatan dalam negeri dapat disisihkan untuk membiayai pengeluaran
pembangunan sehingga pembiayaan pembangunan tidak lagi hanya bersumber pada penerimaan nilai bantuan luar negeri. Anggaran pendapatan dan belanja
pemerintah dalam tahun 1970 dan selanjutnya malah mengalami surplus dalam anggaran rutin dan anggaran pembangunan.
Penerimaan rutin negara selama periode 1967-1969 tersebut naik dari 13,14 milyar menjadi 748,41 milyar. Kenaikan ini dicapai melalui pengumpulan pajak
yang lebih tekun terutama pajak langsung seperti pajak pendapatan dan pajak perseroan. Peranan pajak tidak langsung telah turun sangat besar dari 80,13
dalam tahun 1966 menjadi 60,09 dalam tahun anggaran 1971. Pentingnya peranan pajak perdagangan luar negeri juga bergeser dari 43,02 dalam tahun
1966 menjadi 34,19 dalam tahun anggaran 1971. Sampai tahun 1969 anggaran pembangunan seluruhnya berasal dari bantuan luar negeri. Sukadji Ranuwihardjo
dalam Faried Wijaya, 1980: 276
clx
e. Ekspor dan Impor