49
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Analisis Aspek Non Finansial
Analisis mengenai aspek non finansial, dilakukan untuk mengetahui sejauh mana usaha budidaya Belimbing Dewa dengan pengembangan melalui SOP di
Kota Depok layak untuk dilaksanakan. Aspek non finansial yang akan dikaji lebih dalam antara lain adalah aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial-
ekonomi-budaya, serta lingkungan.
6.1.1. Aspek Pasar
Aspek pasar memegang peranan penting menentukan kelayakan suatu usaha. Hal ini disebabkan, aspek pasar menganalisis dari output yang dihasilkan.
Berikut ini adalah analisis lebih lanjut mengenai komponen-komponen dari aspek pasar:
1. Permintaan dan Penawaran
Kesadaran masyarakat akan nilai gizi dan manfaat serta khasiat dari buah- buahan kian meningkat. Tidak hanya buah segar, olahan dari buah-buahan ini kian
dicari. Belimbing merupakan buah yang telah dikenal masyarakat akan khasiat dan kesegarannya. Selain dikonsumsi langsung, telah banyak industri pengolahan
belimbing. Selain itu, kini belimbing telah mulai di ekspor untuk keperluan industri rumah makan sebagai penghias.
Konsumen Belimbing Dewa Kota Depok adalah konsumen dari Jakarta, Sumatera dan Jawa. Dengan berkembangnya industri pengolahan buah
belimbing, maka kebutuhan akan belimbing khususnya Belimbing Dewa terus meningkat. Berapun belimbing dewa yang dihasilkan selalu habis terjual. Di
Indonesia permintaan akan belimbing diperkirakan mencapai 70 ton. Penawaran terhadap belimbing khususnya belimbing dewa dapat dilihat dari
perkembangan produksi selama kurun waktu lima tahun 2003-2008. Produksi tahun 2008 mencapai 42.732 kwintal. Para petani budidaya belimbing yang ada di
Kota Depok rata-rata dapat menghasilkan 10.333 kilogram. Hal ini mengindikasikan masih adanya permintaan belimbing manis untuk kebutuhan di
dalam negeri. Dengan mengetahu permintaan dan penawaran, dapat diketahui pula market share dari usaha budidaya belimbing dewa di Kota Depok.
50
Tabel 7. Perkembangan Produksi Belimbing Dewa Kota Depok Tahun 2003-2008
Tahun Produksi KW
Presentasepersen 2003
6.062
- 2004
6.962
14,84 2005
50.514
625,56 2006
40.473
-19,87 2007
35.956,30 -11,15
2008 42.732
18,84
Sumber: Dinas Pertanian Kota Depok, 2008
Market share menunjukkan proporsi penjualan suatu usaha terhadap penjualan industri secara keseluruhan Solihin, 2007, yang dapat dirumuskan
sebagai berikut : ℎ
=
∑ ∑
Berdasarkan perumusan tersebut, market share dari usaha budidaya belimbing dewa di Kota Depok, dengan asumsi harga jual belimbing per kilogram
Rp 5.313,00, dan diasumsikan konstan selama tahun 2011 maka:
Mar ket Shar e Petani Budidaya Belimbing Dewa Kota Depok =
10.333 kg × Rp 5.313 × 3 kali panen 427.3200 kg × Rp 5.313
= 164.697.687
22.703.511.600 = 0,72
Market share yang diterima petani budidaya belimbing dewa di Kota Depok adalah sebesar 0,72 dari keseluruhan industri.
2. Harga
Berdasarkan data primer yang diperoleh harga Belimbing Dewa terendah mencapai Rp 3.875,00 kg.
Sedangkan harga normal Belimbing Dewa sebesar Rp 5.313,00kg. Harga Belimbing Dewa tertinggi mencapai Rp 6.875,00kg. Data
harga tersebut diperoleh berdasarkan pengalaman yang didapat petani selama mengusahakan budidaya Belimbing Dewa melalui SOP.
51 3.
Pemasaran Output dari usaha ini berupa Belimbing Dewa segar tanpa proses
pengolahan. Belimbing Dewa segar dipasarkan ke daerah sekitar Depok, Pulau Jawa bahkan Luar pulau Jawa. Oleh karena itu dibutuhkan lembaga pemasaran
yang akan memasarkan Belimbing Dewa. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa petani, lembaga pemasaran
yang terlibat dalam pemasaran Belimbing Dewa antara lain: petani, pengumpul tengkulak, Koperasi, Pedagang grosir, pengecer, supermarket, industri
pengolahan, konsumen. Saluran pemasaran Belimbing Dewa di Kota Depok terbagai dalam enam saluran.
Pada saluran pertama, belimbing yang dihasilkan dijual ke pengumpul. Penjualan ke pengumpul ini petani tidak mengeluarkan banyaka biaya terutama
transport dikarenakan pengumpul sendiri yang akan datang ke kebun dan dianhkut dengan mobil milik pengumpul. Setelah mengumpulkan dari pengumpul,
belimbing dijual ke pedagang grosir di pasar induk. Sebagian besar pengumpul yang ada menjualnya ke daerah Pasar Minggu. Selanjutnya belimbing akan
sampai pada pengecer lalu ke konsumen. Belimbing pada saluran ini biasanya belimbing Dewa dengan indeks empat dan lima dimana belimbing berwarna
kuning muda hingga kemerahan.
Gambar 2. Saluran Pemasaran Belimbing Dewa Kota Depok
Saluran kedua, petani tetap menjual kepada pengumpul, selanjutanya pengumpul mejual kepada supermarket di daerah Depok, Jakarta dan sekitarnya.
Penjualan oleh pengumpul ke supermarket dilakukan dengan perjanjian dan
4 5
6 4
3 1
2
Supermarket Pedagang
Grosir Pengumpul
Petani Belimbing
Dewa Pengecer
Konsumen
Koperasi Industri Pengolahan
52 syarat-syarat yang ketat dan mengikat. Belimbing yang dijual untuk supermarket
yaitu belimbing dengan indeks empat. Belimbing dengan indeks empat berwana kuning kehijauan dengan presentase warna hijau 10-30. Hal ini dikarenakan
belimbing untuk supermarket akan disimpan lebih lama. Saluran tiga, setelah petani memanen belimbing dengan indeks enam dan
tujuh, buah belimbing sudah sangat matang, mereka menjual ke koperasi. Dari koperasi buah belimbing dijual pada industri-industri pengilahan belimbing
seperti jus, sirup, selai, manisan dan sale di sekitar Depok dan Jakarta. Tidak banyak petani yang menjual ke koperasi dengan alasan pembayaran yang
dilakukan koperasi adalah dicicil tidak seperti pengumpul atau tengkulak yang membayar secara kontan. Selain alasan pembayaran, petani tidak banyak menjual
ke koperasi karena kekecewaan petani pada koperasi yang memberikan kuota jumlah belimbing yang dapat di jual ke koperasi. Ketika kuota telah melebihi,
koperasi tidak akan menerima hasil panen belimbing. Saluran ke empat, dari petani ke koperasi kemudian koperasi menjual ke
pedagang pengumpul lalu ke pengecer dan sampai ke konsumen. Pada saluran kelima petani langsung menjual kepada pengecer. Belimbing yang dijual kepada
pengecer jumlahnya tidak terlalu banyak. Saluran yang terakhir adalah saluran ke enam. Pada saluran ini, petani langsung menjajakan hasil panennya. Para petani
menjajakan dagangannya dipinggir jalan sekitar Depok. Selain itu belimbing yang langsung dijual ke konsumen biasanya konsumen yang sedang mengadakan acara
dan sudah kenal dengan petani. Dari ke enam saluran yang ada, petani Belimbing Dewa Kota Depok lebih
banyak terdapat pada saluran satu dan dua. Pada saluran satu dan dua hasil panen langsung dijual kepada pengumpul walaupun harga jual yang diterima tidak
begitu besar. Belimbing hasil panen petani pasti akan diambil semua oleh pengumpul. Selanjutnya pengumpul yang akan memasarkan Belimbing Dewa ke
daerah-daerah seperti Jakarta, Jawa dan Sumatera. Berdasarkan uraian tesebut, pada aspek pasar usaha budidaya Belimbing
Dewa layak untuk dijalankan. Hal ini disebabkan, masih terbukanya peluang pasar dalam kapasitas yang lebih besar ditunjukkan dengan nilai market share.
53
6.1.2. Aspek Teknis