67 tidak terdapat kendala dan permasalahan yang menghambat jalannya usaha.
Permasalahan seperti mutu buah belimbing dewa dan hama yang menyerang dapat diatasi oleh para petani.
6.1.3. Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek manajemen dan hukum terkait dengan sistem organisasi manajerial tenaga kerja yang digunakan serta badan hukum dan kelembagaan yang dimiliki
usaha budidaya Belimbing Dewa di Kota Depok. 1.
Manajemen Proses perekrutan atau pemeilihan tenaga kerja yang berasal dari luar
ataupun non keluarga, dilakukan secara sederhana, yaitu dengan mencari masyarakat yang membutuhkan pekerjaan. Tenaga kerja yang dipilih adalah
tenaga kerja yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang tata cara budidaya belimbing seperti pembungkusan, penyemprotan, pemangkasan dan
pemupukan. Hal ini dikarenakan kegiatan seperti pembungkusan mebutuhkan keahlian serta tehnik khusus. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan yang
belum memiliki pengalaman untuk menjadi tenaga kerja, karena mereka akan diberi bimbingan lebih lanjut mengenai budidaya Belimbing Dewa dari pemilik
usaha ataupun tenaga kerja lainnya. Pekerjaan yang akan mereka lakukan adalah pemupukan atau penyemprotan yang tidak memerlukan keahlian khusus.
Tenaga kerja yang digunakan pada usaha budidaya Belimbing Dewa adalah pria. Hal ini disebabkan pria mampu melakukan pekerjaan yang lebih berat
dibandingkan dengan wanita. Rata-rata jam kerja petani budidaya Belimbing Dewa adalah delapan jam perhari yang dimulai dari pukul delapan pagi sampai
empat sore. Jumlah upah dari tenaga kerja dihitung per HOK
2
sebesar Rp 56.500,00. Kegiatan perawatan yang meliputi pengolahan lahan,pemupukan dan
penyemprotan dilakukan oleh tiga orang pekerja sebanyak 57 HOK. Untuk jumlah pohon rata-rata 62, kegiatan pembungkusan dilakukan oleh lima orang
pekerja sebanyak 35 HOK. Dalam jumlah pohon rata-rata 62 , kegiatan pemangkasan dilakukan oleh empat orang pekerja sebanyak 8 HOK. Kegiatan
pemetikan atau panen dilakukan untuk jumlah pohon rata-rata 62 oleh lima orang
2
1 HOK = 8 jam
68 pekerja sebanyak 10 HOK. Pada tahun pertama terdapat tenaga kerja untuk
penanaman yang dilakukan oleh tiga orang pekerja sebanyak 21 HOK Usaha budidaya Belimbing Dewa tidak memiliki struktur organisasi yang
baku. Struktur organisasi usaha budidaya Belimbing Dewa terdiri dari pemilik yang juga berperan sebagai tenaga kerja , serta tenaga kerja lainnya yang berasal
dari keluarga maupun non keluarga masyarakat Gambar 10.
2. Hukum
Seluruh usaha budidaya Belimbing Dewa yang ada, belum memiliki badan hukum resmi dari pemerintahan setempat. Para petani budidaya Belimbing Dewa
hanya tergabung dalam kelompok petani. Ada beberapa kelompok tani di Kota Depok, diantaranya adalah Kelompok Tani Rangkapan Jaya Baru, Kelompok Tani
Sakati Makmur, Kelompok Tani Subur Makmur. Kelompok tani – kelompok tani ini telah memiliki legalitas dari pemerintahan setempat yang ditandai dengan
adanya surat keputusan dari kelurahan tentang pembentukan kelompok tani. Petani pelaku usaha budidaya Belimbing Dewa yang tergabung dalam
kelompok tani mendapatkan banyak keuntungan. Dalam kelompok tani, para petani dapat tukar pendapat mengenai permasalahan-permasalahn yang terjadi.
Selain itu dengan bergabungnya petani kedalam kelompok tani, para petani mendapat bantuan berupa pupuk, obat-obatan dan mulsa. Melalui kelompok tani
petani diharapkan dapat memiliki bargaining position yang tinggi sehingga terdapat iklim usaha yang menguntungkan serta para petani memiliki kemampuan
untuk menentukan harga jual yang nantinya pendapatan yang mereka peroleh sesuai dengan upaya yang telah mereka lakukan.
Usaha budidaya Belimbing Dewa, pada aspek manajemen dan hukum, layak untuk dijalankan. Walaupun tidak memiliki struktur organisasi yang baku serta
tidak memiliki badan hukum secara pribadi, namun para petani tergabung dalam
Gambar 12. Struktur Organisasi Usaha Budidaya Belimbing
Pemilik Tenaga Kerja
Tenaga Kerja Keluarga
Tenaga Kerja Non Keluarga
Tenaga Kerja Non Keluarga
Tenaga Kerja Non Keluarga
Tenaga Kerja Keluarga
Tenaga Kerja Non Keluarga
69 kelompok tani-kelompok tani yang telah memiliki legalitas. Kelompok tani yang
telah memiliki legalitas dan adanya kelengkapan data dari aparat serta diterbitkannya surat ijin, menjadi tolak ukur kelayakan dari aspek hukum. Dengan
adanya legalitas kelompok tani, usaha ini dapat dijalankan dengan baik, dan tidak terdapat pekerjaan yang menyimpang dari tugas masing-masing tenaga kerja.
Selain itu, dengan tergabung dalam Kelompok Tani, para petani merasakan banyak manfaat.
6.1.4. Aspek Sosial-Ekonomi-Budaya