86
Tabel 21. Kriteria Investasi pada Kondisi Risiko Produksi
Kriteria Kondisi Tertinggi
Kondisi Normal tanpa risiko
Kondisi Terendah
NPV Rp 1.565.577.984,88 Rp 694.054.839,45
Rp 229.298.171,61 IRR
40,80 23,97
13,02 Net BC
5,30 2,91
1,70 Payback
Periode 4 tahun 8 bulan
6 tahun 9 bulan 12 tahun 6 bulan
Berdasarkan perhitungan kriteria investasi untuk risiko produksi, pada skenario tertinggi, nilai NPV yang dihasilkan Rp 1.565.577.984,88; artinya
kegiatan budidaya belimbing dewa Kota Depok melalui SOP pada kondisi tertinggi selama umur usaha yaitu 15 tahun dengan menggunakan tingkat discount
factor 6,75 memberikan keuntungan sebesar Rp 1.565.577.984,88. Nilai IRR sebesar 40,80 serta Net BC 5,30. Hasil yang ada menunjukkan bahwa usaha
budidaya belimbing dewa Kota Depok melalui SOP pada risiko produksi kondisi tertinggi layak untuk dijalankan dengan waktu pengembalian atas investasi selama
empat tahun delapan bulan. Pada kondisi terendah, usaha budidaya belimbing dewa Kota Depok
melalui SOP juga menunjukkan kelayakan. Hal ini terlihat dari NPV yang diperoleh lebih besar dari 0, yakni Rp 229.298.171,61yang artinya kegiatan
budidaya belimbing dewa Kota Depok melalui SOP pada kondisi terendah selama umur usaha yaitu 15 tahun dengan menggunakan tingkat discount factor 6,75
memberikan keuntungan sebesar Rp 229.298.171,61. Nilai IRR yang didapat lebih besar dari tingkat diskonto dan nilai Net BC lebih besar sama dengan satu,
yakni 13,02 dan 1,70 dengan payback periode selama 12 tahun enam bulan
6.3.2. Risiko Harga
Risiko harga output diindikasikan dengan adanya fluktuasi harga output yang diterima petani sampel. Hal ini dapat dilihat pada tabel 22. Fluktuasi harga
belimbing dewa mengindikasikan adanya kondisi terbaik dengan harga tertinggi mencapai Rp 6.875,00 dimana harga ini terjadi selama 2 kali. Kondisi buruk
dengan harga terendah sebesar Rp 3.875,00 dengan intensitas 3 kali. Kondisi terakhir adalah kondisi normal tanpa risiko dengan harga normal yang diterima
87 sebesar Rp 5.313,00 dengan intensitas 5 kali. Periode waktu yang digunakan
adalah tiga tahun atau 10 kali panen dimana petani belimbing dewa Kota depok telah menerapkan SOP.
Tabel 22. Harga Output Budidaya Belimbing Dewa Melalui SOP pada Setiap
Kondisi
Kondisi Harga Rp
Intensitas Periode
Kondisi tertinggi 6.875,00
2 10 panen
Kondisi normal tanpa risiko
5.313 5
10 panen Kondisi terendah
3.875 3
10 panen Faktor penyebab munculnya risiko harga output budidaya belimbing dewa
Kota Depok melalui SOP pada kondisi harga tertinggi disebabkan oleh tingginya tingkat permintaannamun ketersediaan belimbing dewa rendah. Hal ini
menyebabkan para konsumen terutama pengumpul berkompetisi untuk menjamin ketersediaan belimbing dewa.
Selain itu, faktor penyebab munculnya risiko harga output budidaya belimbing dewa Kota Depok melalui SOP pada kondisi terburuk,harga terendah,
disebabkan oleh ketersediaan belimbing dewa yang melimpah. Hal ini dikarenakan terjadinya over supply sebagai akibat musim panen yang serempak.
Risiko harga yang terjadi mengakibatkan perubahan dalam penerimaan yang diterima oleh petani Tabel 23. Penerimaan belimbing dewa pada kondisi
harga tertinggi dimana produksinya rendah, penerimaan yang diterima oleh petani yaitu sebesar Rp 127.875.000,00 pada kondisi optimal yang dimulai dari tahun
kelima. Pada tahun pertama belimbing belum berproduksi sehingga tidak ada penerimaan yang diterima. Pada tahun ke dua penerimaan yang diterima petani
belum optimal, sehingga penerimaan yang diterima hanya sebesar Rp 31.968.750,00.
Skenario berikutnya merupakan kondisi dimana petani mendapatkan harga paling rendah dikarenakan oversupply atau panen raya. Pada tahun pertama petani
belum mendapatkan penerimaan karena belimbing dewa belum berproduksi. Sementara pada tahun ke dua dan ke lima penerimaan petani sebesar Rp
52.554.649,00 dan Rp 210.218.363,00.
88
Tabel 23. Penerimaan Belimbing Dewa pada Kondisi Risiko Harga Rp
Kondisi Tahun ke-1
Tahun ke-2 Tahun ke-5
Tahun ke-15 Kondisi
tertinggi 31.968.750
127.875.000 481.173.021
Kondisi normal
tanpa risiko 41.174.422
164.697.687 517.995.700
Kondisi terendah
52.554.649 210.218.363
563.516.384 Penerimaan dari buah belimbing dewa yang terjadi pada kondisi risiko,
memiliki perbedaan dibandingkan dengan penerimaan pada kondisi tanpa risiko. Hal ini menyebabkan, perbedaan pada kempat kriteria investasi Tabel 24. Nilai
NPV yang diperoleh pada kondisi tertinggi adalah sebesar Rp 434.269.505,38. Nilai ini lebih besar dari nol, sehingga menunjukkan bahwa pada kondisi harga
tertinggi yang terjadi saat produksi rendah, usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai IRR dan Net BC yang diterima sebesar 18,09 dan 2,19. Nilai IRR
lebih besar dari diskonto yakni 6,75 sehingga menunjukkan bahwa usaha ini layak dengan tingkat pengembalian 18,09. Net BC pada kondisi harga tertinggi
ini lebih besar dari satu, sehingga menunjukkan usaha layak.
Tabel 24. Kriteria Investasi pada Skenario Risiko Harga
Kriteria Kondisi tertinggi
Kondisi Normal Kondisi terendah
NPV Rp 434.269.505,38
Rp 694.054.839,45 Rp 1.015.205.058,90
IRR 18,09
23,97 30,59
NET BC 2,19
2,91 3,79
Payback periode
8 tahun 3 bulan 6 tahun 9 bulan
5 tahun 5 bulan Sementara pada kondisi harga terendah yang terjadi ketika produksi tinggi,
nilai dari NPV adalah sebesar Rp 1.015.205.058,90; IRR sebesar 30,59, serta Net BC sebesar 3,79. Pada kondisi harga terendah usaha budidaya belimbing
dewa Kota Depok melalui SOP layak untuk dijalankan, karena nilai NPV bernilai positif, demikian halnya layak pada IRR dan Net BC yang lebih besar sama
dengan satu. Waktu pengembalian dari investasi yang ditanamkan pada kondisi ini adalah lima tahun lima bulan.
89
6.3.3. Penilaian dan Perbandingan Risiko