Penilaian dan Perbandingan Risiko

89

6.3.3. Penilaian dan Perbandingan Risiko

Berdasarkan data risiko harga dan produksi yang ada, dapat diketahui tingkat risiko dari keduanya, risiko manakah yang paling tinggi dan paling rendah. Untuk mengetahui tingkat risiko tersebut, perlu diketahui probabilitas atau peluang yang terjadi pada setiap kondisi, baik itu dari risiko harga maupun risiko produksi. Nilai probabilitas diapatkan dari rasio antara intensitas dengan periode di setiap kondisi Tabel 25. Tabel 25. Probabilitas yang Terjadi pada Ketiga Skenario dalam Risiko Produksi Kondisi Probability NPVi Rp Tertinggi 0,3 1.565.577.984,88 Normal 0,5 694.054.839,45 Terendah 0,2 229.298.171,61 Berdasarkan rasio tersebut, diketahui bahwa probabilitas dari risiko produksi kondisi tertinggi adalah 0,3. Sementara pada kondisi terendah adalah sebesar 0,2. Sedangkan pada risiko harga, probabilitas pada kondisi harga tertinggi adalah 0,2, sementara probabilitas dari terjadinya risiko harga terendah adalah sebesar 0,3. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Probabilitas yang Terjadi pada Ketiga Skenario dalam Risiko Harga Kondisi Probability NPVi Rp Tertinggi 0,2 434.269.505,38 Normal 0,5 694.054.839,45 Terendah 0,3 1.015.205.058,90 Sementara itu, komponen lain yang digunakan untuk penilaian risiko dalam investasi adalah NPV yang diharapkan ENPV, standar deviasi dan koefisien variasi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 27. NPV yang diharapkan menunjukkan harapan dari pelaku usaha terhadap manfaat bersih yang ingin diterima selama usaha dijalankan. NPV yang diharapkan dari kedua kondisi risiko adalah Rp 862.560.449,5untuk risiko produksi dan Rp 738.442.838,5 untuk risiko harga. Semakin tinggi NPV yang diharapkan maka tingkat risiko semakin tinggi. 90 Tabel 27. Perbandingan Risiko Produksi dan Risiko Harga dalam Investasi Usaha Budidaya Belimbing Dewa Melalui SOP Standar deviasi merupakan penyimpangan yang terjadi dari usaha budidaya belimbing dewa melalui SOP. Semakin besar nilai standar deviasi maka semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi dalam usaha ini. Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa nilai standar deviasi dari risiko produksi sebesar 492.616.878,9. Sedangkan standar deviasi dari risiko harga sebesar 206.079.180,3. Nilai standar deviasi dari risiko produksi lebih besar dibandingkan dengan risiko harga. Sehingga, risiko yang diterima petani pada komponen produksi lebih tinggi dibandingkan risiko pada komponen harga. Namun, nilai standar deviasi tidak dapat menentukan serta membandingkan tingkat risiko secara keseluruhan, karena terdapat perbedaan NPV yang diharapkan dari kedua risiko tersebut. Tingkat risiko keseluruhan dapat dibandingkan dengan melakukan perhitungan koefisien variasi. Koefisien variasi diukur dari rasio standar deviasi dari NPV dengan NPV yang diharapkan. Semakin besar nilai koefisien variasi maka semakin tinggi tingkat risiko yang dihadapi. Pada risiko produksi, nilai koefisen variasi yang didapatkan adalah 0,571, sedangkan pada risiko harga sebesar 0,279. Dengan nilai tersebut, dapat disimpulkan bahwa dari dua risiko yang dihadapi, risiko produksi memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan risiko harga atau dengan kata lain, dari kedua jenis risiko yang memiliki tingkat risiko lebih tinggi yaitu ketika kegiatan budidaya belimbing dewa dihadapkan pada risiko produksi. Penentuan risiko ini juga mengacu pada konsep risiko berdikari dimana risiko dinilai hanya terjadi pada satu perusahaan, dan tidak dapat dibandingkan dengan risiko yang terjadi di perusahaan lain, karena antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya memiliki perbedaan diantara komponen yang menyusunnya. Jenis Risiko NPV yang diharapkan Rp Standar Deviasi Koefisien Variasi Tingkat Risiko Produksi 862.560.449,5 492.616.878,9 0,571 Tinggi Harga Output 738.442.838,5 206.079.180,3 0,279 Rendah 91 Pengurangan Risiko harga serta produksi yang dihadapi oleh petani budidaya belimbing dewa dilakukan dengan manajemen risiko secara sederhana, yakni dengan menjaga kualitas dan kuantitas belimbing yang dihasilkan seperti menerapkan SOP dengan baik karena SOP sendiri dikeluarkan untuk meminimalkan risiko. Selain itu, manajemen risiko yang dilakukan para petani budidaya belimbing adalah dengan menanam berbagai jenis tanaman. Biasanya para petani budidaya belimbing dewa di Kota Depok juga menanam jambu merah di kebunnya. Sebagian melakukannya dengan memiliki pekerjaan tambahan sebagai kuli bangunan atau pekerja musiman. 92 BAB VII. PENUTUP

7.1. Kesimpulan