Eschericia Coli Uji Mikrobiologi

22

3. Salmonella

Salmonella adalah enterobacteriaceae yang terdistribusi secara luas di dalam lingkungan, dan meliputi lebih dari 200 tipe. Salmonella thypi adalah agen infeksi demam tipus, suatu penyakit yang tidak segera diobati dapat menyebabkan kematian. Salmonella thypi tersebut menghasilkan endoktrin yang dapat menyebabkan demam, mual dan diare Bitton, 1994. Pengujian Salmonella didasarkan pada pertumbuhan bakteri ini pada media selektif melalui tahapan pra pengayaan, pengayaan dan tahap isolasi, kemudian dilanjutkan dengan uji biokimia dan serologi. Penentuan Salmonella pada produk perikanan mengacu pada SNI 01-2332.2-2006, BSN 2006.

4. Vibrio cholerae

V. cholerae adalah bakteri gram negatif berbentuk batang melengkung, bakteri ini berpindah melalui air. V. cholerae mengeluarkan suatu endoxtrin yang menyebabkan diare ringan sampai diare hebat, muntah dan dapat menyebabkan kehilangan cairan dengan cepat, serta dapat menyebabkan kematian dalam waktu yang relatif singkat. Pengujian V. cholerae didasarkan pada pertumbuhan bakteri pada contoh yang diuji. Contoh ditumbuhkan terlebih dahulu pada media pengayaan dan dideteksi dengan menumbuhkan pada media agar selektif. Koloni-koloni yang diduga V. cholerae pada media agar selektif diisolasi kemudian dilanjutkan dengan konfirmasi melalui uji biokimia dan uji serologi untuk meyakinkan ada atau tidaknya V. cholerae. Selama melakukan pengujian diterapkan teknis aseptis dan dilakukan di ruangan atau laminar air flow yang terkontrol. Komposisi dan berat contoh yang akan diuji diambil dengan ketentuan yang diatur dalam SNI 01-2332.4-2006, BSN 2006.

5. Staphylococcus aureus

S. aureus merupakan bakteri Gram-positif berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2 µm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 C, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar 20-25 C. Keracunan makanan dapat disebabkan kontaminasi enterotoksin dari S. aureus. Waktu on set dari gejala keracunan biasanya cepat dan akut yaitu tergantung pada daya tubuh dan banyaknya toksin termakan. Jumlah toksin yang dapat menyebabkan keracunan adalah 1,0 µg gr -1 makanan. Gejala keracunan ditandai oleh rasa mual, muntah-muntah, dan diare yang hebat tanpa disertai demam Warsa diacu Kusuma, 2009. Penentuan S. aureus pada produk perikanan mengacu pada SNI 01- 2332.9-2011, BSN 2011. Dalam standar ini cara penentuan S. aureus dengan dua metode yaitu metode cawan hitung Plate Count agar sebar dan metode angka paling memungkinkan APM. Metode cawan hitung agar sebar dilakukan dengan menuangkan media baird parker agar BPA kedalam cawan Petri steril, biarkan membeku, kemudian contoh sebanyak satu ml disebar di atas permukaan media. Konfirmasi koloni terduga S. aureus dilakukan dengan uji koagulase dan uji tambahan. Metode ini sesuai untuk menganalisis makanan yang diduga mengandung koloni lebih dari 100 S. aureus g -1 . Sedangkan Metode APM dilakukan dengan menumbuhkan bakteri pada media cair dalam tabung reaksi. Menggunakan 23 tiga tabung seri pengenceran setelah diinkubasi pada waktu dan suhu tertentu. Tabung yang menunjukkan kekeruhan diinokulasi kedalam media BPA. Konfirmasi koloni terduga S. aureus dilakukan dengan uji koagulase dan uji tambahan. Metoda ini sesuai untuk pengujian rutin pada produk yang diduga mengandung jumlah S. aureus dengan populasi rendah. Selama melakukan analisis perlu untuk menjaga keamanan, keselamatan dan lingkungan kerja.

c. Uji Kimia KA dan Garam

1. KA

Pengujian KA mengacu pada SNI 01-2354.2-2006, BSN 2006. Prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut: Contoh dilumatkan hingga homogen dan di masukkan ke dalam wadah plastik atau gelas yang bersih dan tertutup. Kondisikan contoh pada suhu ruang dan dipastikan contoh masih tetap homogen sebelum ditimbang. Oven dikondisikan pada suhu yang akan digunakan hingga stabil, setelah itu cawan kosong di masukkan ke dalam oven minimal dua jam. Cawan kosong tadi di pindahkan ke dalam desikator sekitar 30 menit sampai mencapai suhu ruang dan ditimbang bobot kosong A. Contoh yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak dua gram ke dalam cawan B. Cawan yang telah berisi contoh di masukkan ke dalam oven tidak vakum pada suhu 105ºC selama 16–24 jam. Cawan yang berisi contoh dipindahkan menggunakan penjepit ke dalam desikator selama 30 menit C. Pengujian dilakukan minimal duplo dua kali. Penghitungan KA menggunakan rumus sebagai berikut: KA = � − � B − A � 100 Keterangan : A : berat cawan kosong dinyatakan dalam gram B : berat cawan + contoh awal dinyatakan dalam gram C : berat cawan + contoh kering dinyatakan dalam gram

2. Kadar Garam

Pengujian kadar garam contoh mengacu pada SNI 01-2359-1991. Prosedur kerja yang dilakukan adalah sebelum dilakukan pengujian kadar garam, terlebih dahulu harus diketahui jumlah KA pada contoh yang akan diuji sesuai dengan SNI pengujian KA. Selanjutnya untuk pengujian kadar garam, satu sampai tiga gram contoh ditimbang dengan akurat dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml. 25-50 ml AgNO3 0,1 N dipipet ke dalam labu erlenmeyer, HNO3 pekat ditambahkan dan dididihkan perlahan menggunakan hotplate dalam kamar asam. Setelah itu ditambahkan 50 ml air bebas halogen dan didinginkan pada suhu kamar, tiga ml indikator Ferri ditambahkan dan ditittrasi dengan NH4 CNS 0,1 N sampai larutan berwarna coklat muda yang permanen. Untuk menghitung kadar garam pada produk perikanan digunakan rumus berikut: