Hasil Uji Escherichia coli

40

3. Hasil Uji Salmonella

Salmonella adalah salah satu bakteri yang seringkali menyebabkan penyakit cukup serius apabila mencemari makanan yang dikonsumsi manusia. Pada pengujian identifikasi bakteri Salmonella, metode yang digunakan adalah metode analisa kualitatif positifnegatif. Metode analisa kualitatif memiliki tahapan-tahapan tertentu dengan tujuan mengetahui ada tidaknya suatu mikroorganisme dalam makanan. Tujuan pengidentifikasian bakteri Salmonella pada metode ini adalah untuk mengetahui mutu ataupun suatu produk berdasarkan kemasan atau sifat mikrobiologinya. Pengujian mikrobiologi pada contoh makanan akan selalu mengacu kepada persyaratan makanan yang sudah ditetapkan sesuai SNI. Hasil pengujian terhadap contoh produk disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Hasil pengujian identifikasi bakteri Salmonella Kode Contoh Media uji Kesimpulan Hasil LB RV TTB HEA XLDA BSA TSIA LIA A + - - - - - - - Negatif B + - - - - - - - Negatif C + - - - - - - - Negatif D + - - - - - - - Negatif E + - - - - - - - Negatif Keterangan: 1. LB : Media Uji Lactose broth 2. RV : Media Uji Rappaport-Vassiliadis 3. TTB : Media Uji Tetrathionate Broth 4. HEA : Media Uji Hektoen Enteric Agar 5. XLDA : Media Uji Xylose Lysine Deoxycholate Agar 6. BSA : Media Uji Bismuth Sufite Agar 7. TSIA : Media Uji Triple Sugar Iron Agar 8. LIA : Media Uji Lysin Iron Agar LIA Tabel 8 menunjukkan, bahwa keseluruhan contoh yang diuji negatif Salmonella. Menurut Oscar, et. al 2009 hasil pemeriksaan yang positif Salmonella memang jarang ditemukan, karena potensi penyebaran bakteri ini memang lebih rendah dibandingkan dengan bakteri lainnya seperti E. coli. Kemungkinan lain penyebab tidak adanya cemaran pada produk ikan pindang Bandeng adalah faktor pemanasan dalam proses pemindangan yang dapat mencapai suhu 100-120 C. Pada suhu ini Salmonella tidak mampu bertahan hidup, suhu optimum untuk pertumbuhan Salmonella adalah pada suhu 38 C.

4. Hasil Uji Vibrio Cholerae

Vibrio Cholerae merupakan bakteri gram negatif, berbentuk basil batang dan bersifat motil dapat bergerak. Spesies V. Cholerae kerap dikaitkan dengan sifat patogenesisnya pada manusia, terutama V. Cholerae penyebab penyakit kolera. Di Negara berkembang yang memiliki 41 keterbatasan akan air bersih dan memiliki sanitasi yang buruk, V. Cholerae kerap ditemukan. Gejala-gejala kolera dapat bervariasi dari diare cair yang ringan sampai diare akut yang ditandai dengan kotoran yang berwujud seperti air cucian beras. Gejala awal penyakit ini umumnya terjadi dengan tiba-tiba, dengan masa inkubasi antara enam jam sampai lima hari. Kram perut, mual, muntah, dehidrasi, dan shock turunnya laju aliran darah secara tiba-tiba. Kematian dapat terjadi apabila korban kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar. Penyakit ini disebabkan karena korban mengkonsumsi bakteri hidup yang kemudian melekat pada usus halus dan menghasilkan racun kolera. Metode yang digunakan untuk pengujian contoh mengacu pada SNI 01.2332.4 tahun 2006. Pengujian dilakukan secara kualitatif dengan metode pengkayaan enrichment yaitu contoh yang diuji ditumbuhkan terlebih dahulu pada media pengkayaan dan dideteksi dengan menumbuhkan pada media agar selektif. Koloni-koloni yang diduga V. Cholerae pada media agar selektif diisolasi kemudian dilanjutkan dengan konfirmasi melalui uji biokimia dan uji serologi untuk meyakinkan ada atau tidaknya V. Cholerae. Hasil pengujian terhadap lima contoh produk ikan pindang bandeng yang di produksi oleh Cindy Group dinyatakan negatif.

5. Hasil Uji Staphyloccocus aureus.

Staphyloccocus aureus merupakan bakteri coccus gram positif, susunannya bergerombol dan tidak teratur seperti anggur. S. aureus tumbuh pada media cair dan padat seperti NA Nutrient Agar dan BAP Blood Agar Plate dan dengan aktif melakukan metabolisme, mampu fermentasi karbohidrat dan menghasilkan bermacam-macam pigmen dari putih hingga kuning. Gejala keracunan makanan yang terkena bakteri S. aureus sifatnya ringan dan akan sembuh dengan sendirinya meskipun tanpa pengobatan. Gejala keracunan makanannya sendiri biasanya muncul cukup cepat yakni antara 2-8 jam setelah makanan yang tercemar dikonsumsi. Korban yang terkontaminasi bakteri ini akan merasakan gejala yang relatif singkat yakni antara 3-6 jam. Metode yang digunakan untuk pengujian contoh mengacu pada SNI 2332.9 tahun 2011. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode cawan hitung plate count agar sebar. Metode cawan hitung agar sebar adalah dengan cara menuangkan media Baird Parker Agar kedalam cawan petri steril, dibiarkan membeku, kemudian contoh sebanyak satu ml disebar diatas permukaan media. Konfirmasi koloni terduga S. aureus dilakukan dengan uji koagulase dan uji tambahan. Metode ini sesuai untuk menganalisis makanan yang diduga mengandung koloni lebih dari 100 Staphylococcus aureus per gram. Hasil pengujian terhadap lima contoh produk ikan pindang bandeng yang di produksi oleh Cindy Group berada dibawah ambang batas jumlah standar SNI 1,0 x 10 3 koloni g -1 . Secara keseluruhan rataan hasil uji bakteri S. aureus adalah sebesar 3,2 x 10 2 koloni g -1 , sehingga dikatakan bahwa jumlah nilai S. aureus pada contoh ikan pindang Bandeng dari Cindy Group masih berada di bawah ambang batas jumlah standar SNI Ikan pindang bandeng 2717:2009. Nilai pengujian digunakan untuk mengukur derajat pencemaran, sehingga dilihat dari hasil uji contoh produk dapat dikatakan