24
NaCl = [vol AgNO 3 × N AgNO 3
− vol NH4 CNS × NH4 CNS] × 54,44 × 100 berat contoh × 1000
Hasil uji kimia ditabulasi dengan Microsoft Excel, kemudian analisis dengan analisis keragaman ANOVA kemudian dilakukan uji lanjutan
dengan program Statistical Package Social Science SPSS Versi 20 untuk mengetahui apakah contoh yang diamati memenuhi standar SNI atau tidak.
Langkah ini merupakan penegasan terhadap hasil analisis contoh.
4. Analisis Fishbone Diagram
Diagram sebab akibat merupakan analisis yang dapat digunakan untuk menggambarkan dengan jelas macam-macam penyebab yang dapat
mempengaruhi mutu produk dan menganalisis hal-hal yang sesungguhnya terjadi dalam suatu proses. Menurut Gaspersz 1997, langkah-langkah
pembuatan diagram sebab akibat adalah:
1. Penentuan karakteristik mutu, karakter inilah yang akan diperbaiki dan dikendalikan.
2. Menggambar panah besar dari kiri ke kanan. Menulis karakteristik mutu efekakibat pada sisi kanan panah.
3. Penulisan faktor utama yang mungkin menyebabkan efek pada pangkal panah yang mengarah pada panah utama.
4. Pada setiap item cabang, dituliskan faktor rinci yang dapat dianggap sebagai penyebab yang akan menyerupai ranting. Pada setiap ranting,
dituliskan faktor lebih rinci dengan gambar panah yang lebih kecil; dan 5. Memastikan semua item telah masuk pada semua diagram sebab akibat.
Diagram sebab akibat fishbone diagram dilihat pada Gambar 4.
5. Analisis Pareto Diagram
Diagram Pareto Pareto Chart adalah diagram yang dikembangkan oleh seorang ahli ekonomi Italia yang bernama Vilfredo Pareto pada abad
XIX Nasution, 2004. Diagram Pareto digunakan untuk membandingkan berbagai kategori kejadian yang disusun menurut ukurannya, dari yang
Gambar 4 Diagram Fishbone diagram
Lingkungan
Efek
Manusia Prosedur
Material
Masalah utama
25 paling besar di sebelah kiri ke yang paling kecil di sebelah kanan. Susunan
tersebut membantu menentukan pentingnya atau prioritas kategori kejadian- kejadian atau sebab-sebab kejadian yang dikaji atau untuk mengetahui
masalah utama proses. Kegunaan Diagram Pareto sebagai berikut: 1 Menunjukkan prioritas sebab-sebab kejadian atau persoalan yang perlu
ditangani, 2 Membantu memusatkan perhatian pada persoalan utama yang harus ditangani dalam upaya perbaikan, 3 Menunjukkan hasil upaya
perbaikan. Setelah dilakukan tindakan koreksi berdasar proritas, kita dapat mengadakan pengukuran ulang dan memuat diagram Pareto baru. Apabila
terdapat perubahan dalam diagram Pareto baru, maka tindakan korektif ada efeknya, 4 Menyusun data menjadi informasi yang berguna, data yang
besar dapat menjadi informasi yang signifikan.
Menurut Mitra 1993 dan Bestfield 1998, proses penyusunan Diagram Pareto meliputi enam langkah, yaitu:
1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya
berdasarkan masalah, penyebab, jenis ketidaksesuaian dan sebagainya.
2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan karakteristik-karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit dan
sebagainya. 3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah ditentukan
4. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari
yang terbesar hingga yang terkecil
5. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang
digunakan.
6. Menggambar diagram batang menunjukkan tingkat kepentingan relative masing-masing masalah. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting
untuk mendapatkan perhatian.