pada kelompok umur 19-29 tahun. Jumlah terbanyak adalah pada tingkat usia kerja 20 – 24 tahun, sedangkan titik treshold terjadi pada usia kerja 24 atau 25
tahun dan kemudian pada usia 25-29 tahun secara perlahan mulai turun, mulai usia kerja usia 30 sampai 75 tahun keatas. Secara lengkap perkembangan jumlah
penduduk usia kerja 15 tahun keatas Kota Padang dapat dilihat tabel berikut :
Tabel 2.8 Penduduk Usia Kerja Menurut Kelompok Umur
Tahun 2006-2009
Kelompok 2006
2007 2008
2009 Umur
Jumlah Jumlah
Jumlah Jumlah
15-19 87,209
14.90 93.092
15.58 84.468
13,68 86.336
13,69 20-24
97,114 16.59
104.463 17.49
105.587 17,11
107.917 17,11
25-29 73,486
12.55 75.241
12.60 71.912
11,65 73.501
11,65 30-34
63,146 10.79
65.267 10.93
64.234 10,41
65.563 10,39
35-39 58,388
9.97 58.708
9.83 60.629
9,82 61.969
9,82 40-44
54,601 9.33
53.651 8.98
56.298 9,12
57.541 9,12
45-49 47,544
8.12 46.067
7.71 49.990
8,10 51.096
8,10 50-54
38,817 6.63
35.000 5.86
42.951 6,96
43.900 6,96
55-59 19,624
3.35 18.863
3.16 29.909
4,85 30.570
4,85 60-64
15,924 2.72
16.620 2.78
15.845 2,57
16.195 2,57
65-69 11,867
2.03 11.957
2.00 15.247
2,47 15.584
2,47 70-74
9,175 1.57
9.301 1.56
9.287 1,50
9.492 1,50
75+ 8,577
1.46 9.103
1.52 10.923
1,77 11.164
1,77 Jumlah
585,472 100.00
597,333 100
617.280 100
630.828 100
Sumber ; Padang dalam Angka Tahun 2009
2.2. Aspek Kesejahteraan Umum Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sering dipakai untuk mengukur kinerja kegiatan ekonomi makro dan kesejahteraan umum suatu
daerah. Pertumbuhan ekonomi mencerminkan terjadinya ekspansi kegiatan ekonomi, baik secara keseluruhan sektor maupun secara parsial satu sektor
ekonomi.
Berdasarkan paparan diatas, dapat dikemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Padang tahun 2007 dan 2008 masih cukup tinggi yaitu sebesar
6,14 dan 6,21. Akan tetapi pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kota
RPJM Kota Padang 2009-2014
26
Padang sedikit menurun akibat terjadinya bencana gempa bumi sehingga pada tahun tersebut tercatat pertumbuhan ekonomi sebesar 5,08. Sub sektor
lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan rata-rata cukup tinggi itu antara lain lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan tanpa bank serta sub sektor
lapangan usaha listrik. Pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan perkembangan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000. Selengkapnya
gambaran pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.9 PDRB AHK dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Padang
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2009
LAPANGAN USAHA PDRB AHK Rp Miliar
Pertumbuhan Ekonomi
2006 2007
2008 2009
2007 2008
2009 1. PERTANIAN
494,41 521,84
552,96 583,18
5,55 5,96
5,47
a. Tanaman Pangan Holtikultura 136,35
144,11 152,37
160,84 5,70
5,73 5,56
b. Tanaman Perkebunan 4,54
4,79 5,04
5,30 5,39
5,27 5,13
c. Peternakan Hasil-hasilnya 76,57
79,18 82,29
85,36 3,40
3,93 3,74
d. Kehutanan 3,24
3,24 3,28
3,31 0,08
1,00 1,02
e. Perikanan 273,71
290,52 309,98
328,37 6,14
6,70 5,93
2. PERTAMBANGAN PENGGALIAN 146,76
156,19 165,25
173,46 6,42
5,80 4,97
a. Pertambangan Tanpa Migas 0,00
0,00 0,00
0,00 b. Penggalian
146,76 156,19
165,25 173,46
6,42 5,80
4,97 3. INDUSTRI PENGOLAHAN
1.625,75 1.705,20
1.787,05 1.854,25
4,89 4,80
3,76
a. Industri Migas 0,00
0,00 0,00
0,00 b. industri Tanpa Migas
1.625,75 1.705,20
1.787,05 1.854,25
4,89 4,80
3,76 4. LISTRIK GAS DAN AIR BERSIH
160,03 176,33
191,46 203,48
10,19 8,58
6,28
a. Listrik 144,44
159,79 173,84
184,93 10,63
8,79 6,38
b. Gas 0,00
0,00 0,00
0,00 c. Air Bersih
15,59 16,54
17,62 18,55
6,11 6,54
5,27 5. BANGUNAN
404,26 430,86
458,91 481,03
6,58 6,51
4,82 6. PERDAGANGAN, HOTEL RESTORAN
2.135,32 2.249,15
2.351,21 2.432,01
5,33 4,54
3,44
a. perdagangan Besar Eceran 2.096,96
2.209,05 2.309,12
2.388,55 5,35
4,53 3,44
b. Hotel 22,36
23,35 24,50
25,26 4,44
4,90 3,13
c. restoran 15,99
16,74 17,59
18,19 4,68
5,06 3,42
7. PENGANGKUTAN KOMUNIKASI 2.263,33
2.426,34 2.623,52
2.805,27 7,20
8,13 6,93
a. Angkutan 1.576,45
1.650,59 1.736,75
1.818,39 4,70
5,22 4,70
1. Angkutan Kereta Api 23,76
25,40 27,43
29,04 6,91
7,99 5,87
2. Angkutan Jalan Raya 927,49
972,40 1.021,60
1.070,44 4,84
5,06 4,78
3. Angkutan Laut 233,42
240,44 253,57
264,12 3,01
5,46 4,16
4. ASDP 54,86
56,49 58,10
59,35 2,97
2,86 2,14
5. Angkutan Udara 0,00
0,00 0,00
0,00 6. Jasa Penunjang Angkutan
336,92 355,86
376,04 395,44
5,62 5,67
5,16 b. Komunikasi
686,88 775,75
886,77 986,88
12,94 14,31
11,29 8. KEU, PERSEWAAN JASA USAHA
748,77 805,85
864,31 915,99
7,62 7,25
5,98
a. Bank 270,52
293,16 315,17
331,47 8,37
7,51 5,17
b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank Jasa penunjang
179,62 199,10
218,46 235,19
10,85 9,72
7,66 c. Sewa Bangunan
259,37 272,60
287,64 304,53
5,10 5,52
5,87 d. Jasa Perusahaan
39,27 41,00
43,03 44,80
4,41 4,96
4,12 9. JASA-JASA
1.598,86 1.693,99
1.802,60 1.896,97
5,95 6,41
5,24
a. Pemerintahan Umum Pertahanan 789,67
831,18 884,87
927,82 5,26
6,46 4,85
b. Swasta 809,19
862,82 917,73
969,15 6,63
6,36 5,60
RPJM Kota Padang 2009-2014
27
1. Sosial Kemasyarakatan 342,02
363,53 386,22
410,43 6,29
6,24 6,27
2. Hiburan Rekreasi 145,26
154,62 163,75
173,71 6,44
5,91 6,08
3. Perorangan Rumah tangga 321,92
344,67 367,76
385,01 7,07
6,70 4,69
Total 9.577,50
10.165,76 10.797,26
11.345,64 6,14
6,21 5,08
Sumber : BPS Kota Padang,
Laju Inflasi Kota Padang
Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat menggambarkan kenaikan atau penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap
daya beli masyarakat selama 1 tahun. Inflasi didasarkan pada Indeks Harga Konsumen IHK secara sampel di 45 Kota di Indonesia Warta Perundang-
undangan No. 2755, 2008. Angka inflasi juga merupakan salah satu tolok ukur untuk menggambarkan tentang tingkat kestabilan perekonomian suatu
negaradaerah. Oleh karena sampai sekarang ini perhitungan inflasi baru ada pada Ibu kota Propinsi Kota Padang, maka angka acuan inflasi untuk seluruh
kota-kota di Sumatra Barat masih mengacu kepada angka inflasi Kota Padang tersebut. Angka inflasi di Kota Padang tampaknya mengalami fluktuasi dari tahun
ke tahun. Pada tahun 2005 misalnya angka inflasi adalah tertinggi dalam kurun waktu lima tahun terakhir yaitu sebesar 20,47 . Kenyataan yang demikian dipicu
oleh perkembangan perekonomian nasional yang belum stabil akibat dari adanya krisis ekonomi global. Kemudian pada tahun 2006 angka inflasi tersebut turun
menjadi 8,05 . Dibanding angka inflasi nasional, angka inflasi Kota Padang sedikit lebih tinggi. Pada tahun 2007 inflasi di Kota Padang kembali menurun
menjadi 6,9 sedangkan inflasi nasional meningkat meningkat 7,36. Pada tahun berikutnya terjadi inflasi kedua tertinggi yaitu sebesar 12,68 bahkan
sedikit lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 11,06. Inflasi tinggi di tahun 2008 ini terjadi dipicu oleh kenaikan harga BBM yang berdampak pada kenaikan harga.
Akan tetapi di tahun berikutnya yaitu tahun 2009, inflasi sudah dampak terkendali hingga dapat menyentuh angka 2,05 di Kota Padang dan 2,78 di tingkat
nasional. Secara rata-rata pertumbuhan dalam lima tahun terakhir inflasi di Kota Padang masih lebih tinggi dibanding inflasi tingkat nasional. lihat tabel.2.12
Tabel 2.10 Laju Inflasi Kota Padang dan Nasional
Tahun 2005-2009 LAJU
INFLASI 2005
2006 2007
2008 2009
Rata-rata Pertumbuhan
Padang 20.47
8.05 6.90
12.68 2.05
10,03 Nasional
17.11 6.60
7.36 11.06
2.78 8,98
Sumber: BPS, Indikator Ekonomi Kota Padang, 2009
PDRB Per Kapita
PDRB per kapita atas dasar harga berlaku berguna untuk menunjukkan nilai PDRB per kepala atau satu orang penduduk. Dari hasil pengolahan data
jumlah PDRB atas harga berlaku dengan jumlah penduduk pada tahun yang sama diperoleh PDRB per kapita Kota Padang pada tahun tersebut. Secara umum
terjadi peningkatan PDRB per kapita setiap tahunnya. Peningkatan paling besar terjadi di tahun 2007 dimana sebelumnya PDRB per kapita Rp 20,72 Juta
RPJM Kota Padang 2009-2014
28
meningkat 13,59 menjadi Rp 23,54 Juta di tahun 2008. Sampai dengan tahun 2009 jumlah PDRB per kota Padang sebesar Rp 24,94 Juta.
Tabel 2.11 PDRB Per Kapita Menurut Harga Berlaku Kota Padang
Tahun 2006-2009
Tahun PDRB Atas Harga
Berlaku Rp Juta Jumlah
penduduk PDRB Per
Kapita Rp Juta
Peningkatan 2006
15.294.258 819.740
18,66 x
2007 17.369.190
838.190 20,72
11,07 2008
20.142.220 855.709
23,54 13,59
2009 21.837.040
875.750 24,94
5,93
Sumber: BPS, Data Diolah 2009
PDRB per kapita atas harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan nyata ekonomi per kapita penduduk suatu daerah. Secara nyata,
pertumbuhan ekonomi per kapita penduduk masih berkisar 3 sampai dengan 4 setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi per kapita atas dasar harga konstan
tertinggi terjadi di tahun 2008 dimana pada tahun sebelumnya PDRB per kapita atas dasar harga konstan sebesar Rp 12,13 juta meningkat 4,04 menjadi Rp
12,62 juta. Akan tetapi pada tahun berikutnya 2009 pertumbuhan PDRB per kapita atas dasar harga konstan menurun sebesar 2,67 sehingga pada tahun itu
PDRB per kapita atas dasar harga konstan menjadi sebesar Rp 12,96 Juta.
Tabel 2.12 PDRB Per Kapita Menurut Harga Konstan Kota Padang
Tahun 2006-2009
Tahun PDRB Atas Harga
Konstan Rp Juta Jumlah
penduduk PDRB Per
Kapita Rp Juta
Peningkatan 2006
9.577.496 819.740
11,68 x
2007 10.165.760
838.190 12,13
3,81 2008
10.797.250 855.709
12,62 4,04
2009 11.345.630
875.750 12,96
2,67
Sumber: BPS, Data Diolah 2009
Indeks Gini
Pemerataan pendapatan merupakan hal yang penting untuk terus dipantau perkembangannya, karena upaya pemerintah dalam memeratakan hasil
pembangunan merupakan salah satu strategi dan tujuan pembangunan jangka panjang. Karena ketimpangan dalam menikmati hasil pembangunan diantara
kelompok-kelompok penduduk dikhawatirkan akan menimbulkan masalah- masalah sosial, seperti kecemburuan sosial dan lain-lain.
Salah satu indikator yang biasa digunakan untuk menggambarkan tingkat ketimpangan pembagian distribusi pendapatan adalah rasio gini dan distribusi
persentase pendapatan yang diterima seluruh masyarakat baik kelompok
RPJM Kota Padang 2009-2014
29
masyarakat yang berpendapatan rendah, berpendapatan sedang menengah dan kelompok masyarakat yang berpendapatan tinggi kriteria Bank Dunia. Rasio Gini
merupakan ukuran pemerataan yang dihitung dengan membagi luas antara garis diagonal dan kurva lorenz dengan luas segitiga dibawah garis diagonal.
Berdasarkan hasil Susenas dapat dilakukan perhitungan indeks gini tahun 2000, 2006 dan 2008 tampaknya terjadi beberapa pergeseran indeks gini dan
perubahan komposisi distribusi pendapatan seluruh masyarakat Kota Padang.
Tabel 2.13 Indeks Gini dan Sebaran Pendapatan Menurut Klasifikasi Bank Dunia
Tahun 2000, 2006 dan 2008
Tahun Indeks Gini
Klasifikasi Bank Dunia 40 pertama
40 kedua 20 ketiga
2000 0,2531
14,34 45,13
40,53 2006
0,2640 22,91
38,43 38,66
2008 0.2637
24.80 36.98
38.22
Sumber: Bappeda Kota Padang, Indeks Gini Tahun 2006
Besaran koefisien Gini atau Indeks Gini berkisar antara 0 sampai dengan 1
1
G
. Distribusi pendapatan antar penduduk di suatu daerah dapat dikatakan merata jika indeks gini mendekati angka 0, demikian juga sebaliknya distribusi
pendapatan penduduk suatu daerah akan semakin tidak merata timpang jika indeks gini mendekati angka 1.
Dari tabel diatas terlihat bahwa tingkat pemerataan distribusi pendapatan penduduk Kota Padang pada tahun 2000 menghasilkan Indeks Gini sebesar
0,2531. Sedangkan pada tahun 2006, Indeks gini sedikit bergeser dan cenderung agak menjauh dari angka 0. Berdasarkan hasil penghitungan indeks gini pada
tahun 2006 tercatat sebesar 0,2640. Akan tetapi pada tahun 2008, Indeks gini semakin membaik sehingga dapat menghasilkan angka 0,2637.
Dengan adanya pergeseran Indeks Gini selama periode tahun 2000-2008 memberikan arti bahwa pada tahun 2008 ketimpangan pendapatan masyarakat
Kota Padang cenderung sedikit meningkat dibandingkan dengan distribusi pendapatan masyarakat Kota Padang yang terjadi pada tahun 2000. Namun
demikian, perubahan distribusi pendapatan tersebut masih relatif sangat kecil.
Kemiskinan
Kota Padang bersama Badan Pusat Statistik telah melakukan serangkaian pendataan terkait dengan kemiskinan. Dari data yang diperoleh jumlah Rumah
Tangga Miskin di Kota Padang tahun 2006 sebanyak 38.120 Kepala Keluarga. Seiring dengan adanya berbagai program dan upaya pemerintah pusat maupun
daerah dalam mengentaskan kemiskinan maka pada tahun 2009 jumlah KK miskin telah terjadi perubahan yang cukup signifikan sehingga pada tahun
tersebut KK miskin telah berkurang menjadi 29.661 KK. Sedangkan jumlah penduduk miskin dari semula 185.054 jiwa di tahun 2006 telah berkurang menjadi
122.205 jiwa di tahun 2009. Ditinjau dari persentase rumah tangga miskin juga telah terjadi penurunan KK miskin dari semula di tahun 2006 sebesar 18,92
menjadi 14,01 di tahun 2009. Hal senada juga terlihat pada persentase
RPJM Kota Padang 2009-2014
30
penduduk miskin dari semula 22,57 di tahun 2006 dapat ditekan menjadi 13,95.
Keberhasilan penurunan persentase penduduk maupun KK miskin ini tidak terlepas dari berbagai program dan kegiatan yang cukup efektif dalam menekan
angka kemiskinan. Namun demikian, penurunan signifikan ini tentunya perlu terus diupayakan dan disempurnakan untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Tabel 2.14 Rumah Tangga dan Jumlah Penduduk Miskin Kota Padang
Tahun 2006-2009
No Keterangan
2006 2007
2008 2009
1 Rumah Tangga Miskin KK 38.120
38.120 38.099
29.661 2 Jumlah Rumah Tangga KK
201.440 205.856 210.840 211.654
3 Penduduk Miskin jiwa 185.054 185.054 185.001
122.205 4 Jumlah Penduduk jiwa
819.740 838.190 856.815 875.750
5 Persentase Rumah Tangga Miskin 18,92
18,52 18,07
14,01 6 Persentase Penduduk Miskin
22,57 22,08
21,59 13,95
Sumber: Bappeda Kota Padang, data sosbud 2009
Angka Melek Huruf
Angka Melek Huruf adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Berdasarkan
data BPS tahun 2006 hingga tahun 2009 menunjukkan Angka Melek Huruf di Kota Padang diatas rata-rata Angka Melek Huruf Propinsi Sumatra Barat. Gambaran
Angka Melek Huruf di Kota Padang dan Sumatra Barat dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.15 Angka Melek Huruf Kota Padang dan Sumatra Barat
Tahun 2006-2009 Tahun
Kota Padang Sumatra Barat
2006 99,48
96,35 2007
99,48 96,49
2008 99,48
96,66 2009
99,48 96,81
Sumber: BPS Kota Padang, 2009
Angka Rata-rata Lama Sekolah
Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis
pendidikan formal yang pernah dijalani. Berdasarkan hasil perhitungan BPS yaitu kombinasi antara partisipasi sekolah, jenjang pendidikan yang sedang dijalani,
kelas yang diduduki dan pendidikan yang ditamatkan maka diperolehlah angka rata-rata lama sekolah. Angka rata-rata lama sekolah Kota Padang dalam empat
tahun terakhir ini cenderung tidak mengalami peningkatan maupun penurunan
RPJM Kota Padang 2009-2014
31
yaitu pada angka 10,80. Dari berbagai kota yang ada di Propinsi Sumatra Barat, Kota Padang masih sebagai kota dengan rata-rata lama sekolah tertinggi.
Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.16 Rata-rata Lama Sekolah Berbagai Kota di Sumatra Barat
Tahun 2006-2009
KOTA 2006
2007 2008
2009 Padang
10,80 10,80
10,80 10,80
Solok 9,80
9,80 9,80
9,80 Sawahlunto
8,60 8,74
8,77 8,77
Padang Panjang 10,20
10,20 10,20
10,20 Bukittinggi
10,10 10,43
10,43 10,43
Payakumbuh 9,00
9,04 9,07
9,07 Pariaman
9,30 9,30
9,33 9,33
Sumber: BPS Kota Padang, 2009
APK dan APM
Angka Partisipasi Kasar APK adalah rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah
penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. Sedangkan Angka Partisipasi Murni APM persentase siswa dengan usia yang
berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. Kelompok APK dan APM untuk SD, SMP, dan SMA berturut-turut adalah untuk
umur 7-12, 13-15,16-18 tahun.
Tabel 2.17 APK dan APM Kota Padang
Tahun 2006-2009
Tahun SD + Paket A
SLTP + Paket B SLTA + Paket C
APK APM
APK APM
APK APM
2006 115,27
96,10 85,76
65,60 71,80
53,20 2007
113,30 97,60
88,28 70,60
64,71 49,13
2008 104,26
87,66 81,69
60,23 73,47
52,72 2009
116,48 97,05
83,73 58,37
79,49 63,64
Sumber: Bappeda, Profil Daerah Kota Padang 2006-2009
APK SD sama dengan jumlah siswa yang duduk di bangku SD dibagi dengan jumlah penduduk kelompok usia 7 sampai 12 tahun. Dari Tabel 4.4 terlihat
bahwa angka APK untuk Sekolah Dasar dari tahun 2006 hingga 2009 cenderung stabil dan melebihi angka 100. Kondisi ini menunjukkan bahwa partisipasi
penduduk dalam mengikuti pendidikan dasar SD tidak saja dari penduduk Kota Padang tetapi juga besar dugaan penduduk dari kota dan kabupaten lain yang
bersekolah di Kota Padang. Selanjutnya selisih APM dengan APK mengindikasikan proporsi siswa yang tertinggal atau terlalu cepat bersekolah.
RPJM Kota Padang 2009-2014
32
Selisih APK dan APM pada SLTP maupun SLTA umumnya berkisar 10 hingga 20 persen. Hal ini mengindikasikan ada sekitar 10 hingga 20 persen murid SLTP
maupun SLTA yang putus sekolah atau mengulang kelas. Angka Kelangsungan Hidup Bayi
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Angka Kelangsungan Hidup Bayi
AKHB adalah probabilitas bayi hidup sampai dengan usia 1 tahun. Berdasarkan angka yang diperoleh dari Dinas Kesehatan, terlihat bahwa Angka Kelangsungan
Hidup Bayi di Kota Padang cukup tinggi artinya program-program imunisasi, pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan
tentang gizi dan pemberian makanan sehat untuk ibu hamil dan anak cukup efektif.
Tabel 2.18 Angka Kelangsungan Hidup Bayi per 1000 kelahiran hidup
Kota Padang Tahun 2006-2009
Tahun Jumlah Bayi
Mati Jumlah
Kelahiran Hidup AKB
AKHB 2006
41 15.219
3 997
2007 235
14.239 17
983 2008
164 15.639
10 990
2009 107
16.449 7
993
Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kota Padang 2006-2009
Angka Usia Harapan Hidup
Angka usia harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut
umur. Angka usia harapan hidup di Kota Padang dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Tahun 2006 angka harapan hidup di Kota sebesar 70,10 dan meningkat
di tahun 2007 menjadi 71,50. Akan tetapi selanjutnya di tahun 2008 angka usia harapan hidup sedikit menurun hingga menjadi 70,90 dan seterusnya tahun 2009
kembali membaik mencapai angka 71,13. Secara umum angka harapan hidup di Kota Padang sudah cukup baik, meskipun masih perlu penajaman pada beberapa
program kesehatan yang terkait dengan kebutuhan masyarakat luas.
Tabel 2.19 Angka Usia Harapan Hidup Kota Padang
Tahun 2006-2009
TAHUN ANGKA USIA HARAPAN HIDUP
2006 70,10
2007 71,50
2008 70,90
2009 71,13
Sumber: Bappeda, Profil Daerah Kota Padang 2006-2009
RPJM Kota Padang 2009-2014
33
Balita Gizi Buruk
Gizi Buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein KEP tingkat berat akibat kurang mengonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit
dalam waktu lama. Ditandai dengan status gizi sangat kurus menurut BB terhadap TB danatau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus,
kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor. Secara umum persentase kasus gizi buruk di Kota Padang tergolong kecil di Kota Padang yaitu sekitar 0,15 persen.
Berdasarkan data terakhir, tahun 2009 dilakukan penanggulangan kasus balita gizi buruk. Dari 135 kasus, 16 kasus ditangani rawat inap pada puskesmas Nanggalo,
1 orang meninggal dunia dari puskesmas Lubuk Buaya sedangkan selebihnya dapat ditangani melalui rawat jalan maupun Pemberian Makanan Tambahan
Pemulihan PMT-P.
Tabel 2.20 Persentase Balita Gizi Buruk Kota Padang
Tahun 2007-2009
No Uraian
2007 2008
2009 1
Jumlah BalitaJmh Pdd 0-4 thn orang
77.125 78.889
78.345 2 Jumlah Balita Gizi Buruk orang
124 84
135 3 Persentase Balita Gizi Buruk
0,16 0,11
0,17
Sumber: Bappeda, Profil Kota Padang 2007-2009
Angka Pengangguran
Kota Padang menghadapi persoalan pengangguran yang cukup pelik. Tingkat pengangguran terbuka meningkat dari 14,61 di tahun 2008 menjadi
15,86 di tahun 2009. Bahkan dalam empat tahun terakhir ini rata-rata tingkat pengangguran di Kota Padang adalah sebesar 16. Pada dasarnya tingginya
angka pengangguran disebabkan oleh ketidakseimbangan antara penawaran dan pemerintahan tenaga kerja. Ketidakseimbangan ini lebih spesifik disebabkan oleh
ketidaksesuaian pendidikan dan keterampilan pencari kerja dengan kebutuhan pasar tenaga kerja di Kota Padang. Selengkapnya angka pengangguran di Kota
Padang dari tahun 2006 hingga tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.21 Angka Pengangguran Penduduk Umur 15 thn keatas Kota Padang
Tahun 2006-2009
Uraian 2006
2007 2008
2009
Laki-laki 11,84
14,51 13,17
13,95 Perempuan
14,32 23,30
17,18 19,31
Laki-laki + Perempuan
13,16 17,63
14,61 15,86
Sumber: Bappeda, Profil Daerah Kota Padang 2006-2009
RPJM Kota Padang 2009-2014
34
2.3. Aspek Pelayanan Umum 2.3.1. Pendidikan