Aspek Pelayanan Umum 1. Pendidikan

2.3. Aspek Pelayanan Umum 2.3.1. Pendidikan Rasio Pendidikan SD dan MI Berdasarkan hasil laporan Dinas Pendidikan, angka rasio siswa per sekolah SD dan MI di Kota Padang cukup tinggi yaitu satu sekolah SD dan MI rata-rata dapat menampung sekitar 236 siswa dalam kurun waktu empat tahun terakhir ini. Sementara itu, rata-rata jumlah siswa SD dan MI di Kota Padang adalah sebanyak 27 orang siswa dalam satu kelas. Adapun perbandingan siswa per guru pada SD dan MI rata-rata 20 siswa untuk satu orang guru. Sedangkan rasio kelas per ruang kelas hampir mendekati angka satu kelas untuk satu ruang kelas. Demikian halnya dengan kondisi rasio kelas per guru dimana kondisi terakhir tahun ajaran 200910 terlihat bahwa hampir satu orang guru dapat mengajar dalam satu kelas. Gambaran selengkapnya kondisi rasio pada tingkat pendidikan SD dan MI dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.22 Rasio Pendidikan SD dan MI TA 200607 sd TA 201011 NO RASIO 2006 07 2007 08 2008 09 2009 10 1 SiswaSekolah 237 229 242 237 2 SiswaKelas 23 30 28 28 3 KelasRuang Kelas 1,46 1,60 1,26 1,07 4 KelasGuru 0,91 0,69 0,65 0,62 Sumber: Dinas Pendidikan, Profil Pendidikan Kota Padang 2006-2009 Rasio Pendidikan SMP dan MTs Dari hasil laporan Dinas Pendidikan Kota Padang, terlihat rata-rata satu sekolah SMP dan MTs dapat menampung 413 siswa sekolah. Di sisi lain, jumlah siswa dalam satu kelas pada tingkat SMP dan MTs rata-rata 37 orang siswa. Sementara itu, rasio kelas per ruang kelas adalah satu kelas untuk satu ruang kelas selama tahun ajaran 2006-2008 sedangkan di tahun ajaran 2008-2009 satu kelas menggunakan 3 ruang kelas pada masing-masing SMP dan MTs. Kondisi ini diduga cukup banyaknya siswa sehingga satu kelas menggunakan 3 hingga empat ruang kelas. Tabel 2.23 Rasio Pendidikan SMP dan MTs TA 200607 sd TA 201011 NO RASIO 2006 07 2007 08 2008 09 2009 10 1 SiswaSekolah 412 421 405 428 2 SiswaKelas 37 37 38 35 3 KelasRuang Kelas 0,98 1,09 3,35 3,13 4 KelasGuru 0,32 0,32 1,00 1,00 Sumber: Dinas Pendidikan, Profil Pendidikan Kota Padang 2006-2009 RPJM Kota Padang 2009-2014 35 Rasio Pendidikan SMMA Dari data profil pendidikan Kota Padang yang diterbitkan setiap tahunnya selama tahun 2006-2009, rata-rata siswa Sekolah Menengah SM dan Madrasah Aliyah MA adalah 413 siswa dalam satu sekolah. Di sisi lain, jumlah rata-rata siswa dalam satu kelas adalah sebanyak 37 siswa dalam satu kelas. Perbandingan satu siswa dengan guru sebanyak 1 guru untuk 11 siswa. Kondisi ini disebabkan dalam satu kelas sekolah menengah diajar oleh berbagai macam guru bidang studi. Sedangkan perbandingan kelas per ruang kelas kondisi terakhir adalah satu ruang kelas untuk satu kelas. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.24 Rasio Pendidikan SM dan MA TA 200607 sd TA 201011 NO RASIO 2006 07 2007 08 2008 09 2009 10 1 SiswaSekolah 471 481 460 408 2 SiswaKelas 38 37 36 29 3 KelasRuang Kelas 1,21 0,95 1,00 1,00 4 KelasGuru 0,29 0,29 0,29 1,00 Sumber: Dinas Pendidikan, Profil Pendidikan Kota Padang 2006-2009 Kondisi Ruang Kelas Kondisi rusak berat ruang kelas SD dan MI dari tahun ke tahun selama TA 200607 sampai dengan TA 20082009 terus berkurang dari semula 13,84 dapat berkurang menjadi 10,94 di TA 20082009. Akan tetapi akibat gempa September 2009; jumlah ruang kelas yang rusak berat meningkat drastis menjadi 45,30 di TA 20092010. Sedangkan kondisi ruang kelas rusak berat pada tingkat pendidikan SMP dan MTs Terus mengalami peningkatan dari semula 2,74 pada TA 20062007 menjadi 13,2 di TA 20092010. Sementara itu, kondisi rusak berat pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah dan Madrasah Aliyah dari semula relatif kecil yaitu 0,66 di tahun ajaran 20082009 meningkat drastis menjadi 50,70 di tahun 20092010. Tabel 2.25 Kondisi Ruang Kelas SD+MI, SMP+MTs, SM+MA TA 200607 sd TA 200910 Sekolah Kondisi Ruang Kelas 2006 07 2007 08 2008 09 2009 10 SD + MI Baik 56,71 58,44 66,09 3,17 Rusak Ringan 29,45 24,72 22,97 51,53 Rusak Berat 13,84 16,84 10,94 45,30 SMP + MTs Baik 87,21 84,70 76,34 71,07 Rusak Ringan 10,05 13,14 16,18 15,73 Rusak Berat 2,74 2,16 7,48 13,2 SM + MA Baik 56,90 85,55 87,13 42,10 Rusak Ringan 42,70 13,69 12,20 7,21 Rusak Berat 0,39 1,53 0,66 50,70 Sumber: Dinas Pendidikan, Profil Pendidikan Kota Padang 2006-2009 RPJM Kota Padang 2009-2014 36 Angka Putus Sekolah Angka putus sekolah di Kota Padang dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan. Dari semula angka putus sekolah SD dan MI 1,19 di tahun ajaran 200607 telah dapat ditekan menjadi 0,04 di tahun ajaran 20092010. Demikian halnya dengan angka putus sekolah SMP dan MTs dari semula 1,77 di tahun ajaran 20062007 telah dapat menurun menjadi 0,06 di tahun ajaran 20092010. Hal senada juga terjadi pada tingkat pendidikan sekolah menengah dan madrasah aliyah dari semula 1,64 di tahun ajaran 200607 telah dapat ditekan hingga angka 0,67 di tahun ajaran 200910. Kondisi 20092010 tentu cukup menggembirakan, mengingat meskipun terjadi musibah gempa akan tetapi siswa putus sekolah masih dapat tertanggulangi. Tabel 2.27 Angka Putus Sekolah SD+MI, SMP+MTs, SM+MA TA 200607 sd TA 200809 URAIAN 2006 2007 2007 2008 2008 2009 2009 2010 SD + MI 1,19 0,02 0,03 0,04 SMP + MTs 1,77 0,47 0,38 0,06 SM + MA 1,64 0,99 0,86 0,68 Sumber: Dinas Pendidikan, Profil Pendidikan Kota Padang 2006-2009 Angka Lulusan Seiring dengan terus menurunnya angka putus sekolah, angka lulusan juga terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun ajaran 20072008 dari semula angka lulusan SD dan MI 85,30 dapat terus meningkat menjadi 99,74 di tahun ajaran 200809 dan 98,28 di tahun ajaran 20092010. Hal yang sama juga terjadi pada angka lulusan SMP dan MTs dimana semula 79,76 di tahun ajaran 200607 dapat terus ditingkatkan menjadi 95,51 di tahun 20092010. Kondisi serupa juga terjadi pada angka lulusan sekolah menengah dimana sebelumnya di tahun ajaran 200607 dapat mencapai 78,73 dapat terus ditingkatkan di tahun 200809 menjadi sebesar 91,78. Tabel 2.28 Angka Lulusan SD+MI, SMP+MTs, SM+MA TA 200607 sd TA 200910 URAIAN 2006 2007 2007 2008 2008 2009 2009 2010 SD + MI na 85,30 99,74 98,28 SMP + MTs 79,76 95,56 90,65 95,51 SM + MA 78,73 88,26 88,42 91,78 Sumber: Dinas Pendidikan, Profil Pendidikan Kota Padang 2006-2009 RPJM Kota Padang 2009-2014 37 Angka Melanjutkan Berdasarkan laporan Dinas Pendidikan tentang angka melanjutkan sekolah SD dan MI melanjutkan ke SMP dan MTs dari semula di tahun ajaran 200607 sebesar 96,62 mengalami sedikit penurunan menjadi sebesar 87,55 di tahun ajaran 20092010. Meskipun demikian di tahun ajaran 200708 terjadi peningkatan yang cukup besar hingga dapat mencapai angka 111,52. Kondisi ini diduga disebabkan oleh besarnya animo masyarakat untuk melanjutkan sekolah di tahun tersebut dan pelayanan sekolah yang baik di tahun tersebut. Sebaliknya angka melanjutkan dari SMP dan MTs ke Sekolah Menengah dan Madrasah terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari semula 92,72 di Tahun Ajaran 200607 menjadi 122,43 di Tahun Ajaran 20092010. Tentunya, angka melanjutkan dari SMP dan MTs ke tingkat sekolah menengah dan Madrasah Aliyah ini dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan sehingga pemerataan pendidikan dapat lebih dapat optimal. Tabel 2.29 Angka Melanjutkan SD+MI ke SMP+MTs dan SMP+MTS ke SM+MA TA 200607 sd TA 200809 URAIAN 2006 2007 2007 2008 2008 2009 2009 2010 Angka Melanjutkan dari SD+MI ke SMP + MTs 96,62 111,52 90,85 87,55 Angka Melanjutkan dari SMP + MTs ke SM + MA 92,72 72,89 122,25 122,43 Sumber: Dinas Pendidikan, Profil Pendidikan Kota Padang 2006-2009

2.3.2. Kesehatan Rasio Posyandu per Satuan Balita

Posyandu merupakan wadah peran serta masyarakat untuk menyampaikan dan memperoleh pelayanan kesehatan, maka diharapkan pula strategi operasional pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu dan anak secara dini, dapat dilakukan di setiap posyandu. Terkait dengan hal tersebut diatas perlu dilakukan analisis rasio posyandu terhadap jumlah balita dalam upaya peningkatan fasilitasi pelayanan pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan dan agar status gizi maupun derajat kesehatan ibu dan anak dapat dipertahankan dan atau ditingkatkan. Pembentukan posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan Puskesmas agar Rasio Posyandu per 1.000 Balita pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai, idealnya satu posyandu untuk 100 orang balita. Tabel 2.30 Rasio Posyandu per 1.000 balita Tahun 2006-2009 NO JUMLAH 2006 2007 2008 2009 1 Posyandu 822 822 795 864 2 Kader 3.288 3.288 3.378 3.456 3 Balita 85.075 83.173 86.051 87.171 4 Rasio Posyandu per 1.000 Balita 10 10 9 10 Sumber: Dinas Kesehatan, Profil Kesehatan Kota Padang 2006-2009 RPJM Kota Padang 2009-2014 38 Rasio Puskesmas per Satuan Penduduk Jumlah puskesmas hingga tahun 2009 berjumlah 20 buah dan puskesmas pembantu sebanyak 61 buah serta puskesmas keliling sebanyak 20 buah sehingga di tahun tersebut jumlah puskesmas dan puskesmas pembantu dan puskesmas keliling sebanyak 101 buah. Selama tahun 2006-2009 belum terjadi penambahan jumlah puskesmas sedangkan puskesmas pembantu bertambah 3 buah di tahun 2009. Berdasarkan data yang diperoleh, rasio puskesmas dan puskesmas pembantu serta puskesmas keliling terhadap satuan penduduk masih berkisar 1,15 atau melebihi 1 puskesmas, pustu dan puskel terhadap 10.000 orang penduduk. Tabel 2.31 Rasio Puskesmas per Satuan Penduduk Tahun 2006-2009 URAIAN 2006 2007 2008 2009 Puskesmas 20 20 20 20 Puskesmas Pembantu 56 58 58 61 Puskesmas Keliling 19 20 20 20 Jumlah 95 98 98 101 Jumlah Penduduk 819.74 838.19 856.81 5 875.75 Rasio puskesmas, pustu per satuan penduduk 1,16 1,17 1,14 1,15 Sumber: Dinas Kesehatan, Profil Kesehatan Kota Padang 2006-2009 Rasio Rumah Sakit per Satuan Penduduk Sampai dengan tahun 2009 jumlah rumah sakit umum pemerintah berjumlah 5 buah sedangkan rumah sakit umum swasta telah mencapai 24 buah hingga tahun 2009. Berkurangnya satu buah rumah sakit swasta di tahun 2009 disebabkan belum dibangunnya rumah sakit swasta selasih yang hancur akibat gempa. Ditinjau dari rasio rumah sakit umum maupun swasta terhadap seratus ribu penduduk Kota Padang adalah hampir mencapai 4 rumah sakit dapat melayani seratus ribu penduduk Kota Padang. Kondisi ini tentunya akan mengalami peningkatan di tahun-tahun selanjutnya mengingat pertumbuhan penduduk dan kebutuhan pelayanan kesehatan yang terus meningkat. Gambaran perkembangan jumlah rumah sakit di Kota Padang dapat dilihat tabel berikut ini. Tabel 2.32 Rasio Rumah Sakit per Satuan Penduduk Tahun 2006-2009 URAIAN 2006 2007 2008 2009 Rumah Sakit Umum Pemerintah 5 5 5 5 Rumah Sakit Umum Swasta 25 25 25 24 Rumah Sakit Umum Pemerintah + Swasta 30 30 30 29 Jumlah Penduduk 819,740 838,190 856,815 875,750 Rasio rumah sakit per satuan penduduk 3.66 3.58 3.50 3.31 Sumber: Dinas Kesehatan, Profil Kesehatan Kota Padang 2006-2009 RPJM Kota Padang 2009-2014 39 Rasio Dokter per Satuan Penduduk Perkembangan jumlah dokter umum, dokter gigi maupun dokter umum spesialis belum menunjukkan penambahan dari tahun ke tahun. Akan tetapi ditinjau dari rasio dokter per 1000 penduduk, satu orang dokter telah dapat melayani 1000 orang penduduk di Kota Padang. Kondisi ini tentunya. Tabel 2.33 Rasio Dokter per Satuan Penduduk Tahun 2006-2009 URAIAN 2006 2007 2008 2009 Dokter Umum 479 479 479 479 Dokter Gigi 149 149 149 149 Dokter Umum Spesialis 172 172 172 172 Jumlah 800 800 800 800 Jumlah Penduduk 819,740 838,190 856,815 875,750 Rasio dokter per satuan penduduk 0.98 0.95 0.93 0.91 Sumber: Dinas Kesehatan, Profil Kesehatan Kota Padang 2006-2009 Rasio Tenaga Kesehatan per Satuan Penduduk Ditinjau dari sisi jumlah, tenaga kesehatan di Kota Padang cukup banyak dan meningkat setiap tahunnya terutama tenaga perawat dan bidan. Sedangkan tenaga kesehatan seperti sanitasi, gizi dan farmasi masih sedikit. Berdasarkan jumlah tenaga kesehatan dan jumlah penduduk didapatkan angka rasio tenaga medis per 1.000 orang penduduk. Rasio tenaga medis per jumlah penduduk menunjukkan seberapa besar ketersediaan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada penduduk. Berdasarkan hasil perhitungan terlihat bahwa tenaga perawat dan bidan di Kota Padang hingga tahun 2009 dapat tersedia rata-rata hampir 2 orang untuk 1000 orang penduduk sedangkan tenaga kesehatan lainnya masih kurang dari 1 orang untuk dapat melayani 1.000 orang penduduk. Tabel 2.34 Rasio Tenaga Kesehatan per 1.000 Penduduk Puskesmas Rumah Sakit Tahun 2006-2009 Rasio Tenaga Kesehatan per Satuan Penduduk 2007 2008 2009 Perawat Bidan 1,50 1,77 1,99 Farmasi 0,23 0,23 0,23 Gizi 0,06 0,06 0,06 Teknisi Medis 0,06 0,13 0,17 Sanitasi 0,03 0,04 0,05 Kesmas 0,10 0,11 0,16 Sumber: Dinas Kesehatan, data diolah RPJM Kota Padang 2009-2014 40

2.3.3. Pekerjaan Umum Jalan Dalam Kondisi Baik

Rasio panjang jaringan jalan dalam kondisi baik merupakan perbandingan antara panjang dan kondisi jalan dalam keadaan baik dengan total panjang jalan. Panjang jalan dalam kondisi baik dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2006 jumlah panjang jalan dalam kondisi baik sepanjang 696,56 km. Hingga tahun 2009 panjang jalan dalam kondisi baik telah mencapai 847,54 km atau dibandingkan dengan tahun 2006 telah terjadi peningkatan sebesar 22. Demikian halnya dengan panjang jalan secara keseluruhan juga telah terjadi peningkatan dari sebelumnya di tahun 2006 sepanjang 942,84 km telah meningkat 74 menjadi 1.642,43 km. Akan tetapi bila ditinjau dari rasio panjang jalan dalam kondisi baik terhadap jumlah panjang jalan secara keseluruhan terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Bahkan di tahun 2006 sebelumnya ada 73,88 jalan dalam kondisi baik kemudian terus menurun di tahun 2009 sebesar 51,60. Kondisi ini disebabkan semakin bertambahnya panjang jalan secara keseluruhan namun tidak diikuti dengan kualitas jalan yang memadai. Oleh sebab itu, tentunya hal ini dapat menjadi perhatian Pemerintah Kota Padang untuk terus berbenah memperbaiki infrastruktur jalan dan meningkatkan kualitas jalan. Tabel 2.35 Persentase Kondisi Jalan Baik Tahun 2006-2009 URAIAN 2006 2007 2008 2009 Panjang jalan kondisi baik Km 696,56 677,22 681,17 847,54 Panjang jalan keseluruhannya Km 942,84 938,26 953,29 1642,43 Kondisi jalan baik 73,88 72,18 71,45 51,60 Sumber: BPS, Data Diolah Padang Dalam Angka 2006-2009 Tempat Ibadah Ditinjau dari perkembangan tempat ibadah di Kota Padang, perkembangan masjid di Kota Padang terus bertambah dari tahun ke tahun. Dari sebelumnya jumlah masjid di Kota Padang berjumlah 532 buah tahun 2006 telah meningkat 14 di tahun 2009 menjadi sebesar 605 buah masjid. Sedangkan perkembangan mushalla mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan sebagian besar oleh peningkatan mushalla menjadi masjid. Di sisi lain, perkembangan jumlah tempat ibadah kelenteng, gereja katolik, gereja Protestan tidak menunjukkan perkembangan yang mencolok dari tahun ke tahun, kecuali jumlah purawihara bertambah menjadi 4 dari sebelumnya hanya ada 2 buah purawihara. Dari hasil jumlah tempat ibadah dan perbandingannya dengan jumlah penduduk maka didapatkan hasil rasio tempat ibadah per 10.000 orang penduduk. Untuk masjid rata-rata tersedia 7 buah masjid untuk 10.000 orang penduduk dan 12 mushalla untuk 10.000 orang penduduk. Gambaran selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. RPJM Kota Padang 2009-2014 41 Tabel 2.36 Rasio Tempat Ibadah per Satuan Penduduk Tahun 2006-2009 Tempat Ibadah 2006 2007 2008 2009 Masjid 532 571 579 605 Mushalla 1.012 1.014 945 962 Kelenteng 1 1 1 1 Gereja Katolik 4 4 4 3 Gereja Protestan 5 5 4 5 PuraWihara 2 2 4 4 Jumlah Penduduk 819.740 838.190 856.815 875.750 Rasio Tempat Ibadah per 10.000 orang penduduk 2006 2007 2008 2009 Masjid 6 7 7 7 Mushalla 12 12 11 11 Kelenteng Gereja Katolik Gereja Protestan PuraWihara Sumber: BPS, Data Diolah Padang Dalam Angka 2006-2009

2.3.4. Perumahan Rumah Tangga Pengguna Listrik

Ketersediaan listrik merupakan kebutuhan yang cukup penting dalam memenuhi berbagai kebutuhan rumah tangga. Dalam empat tahun terakhir pertumbuhan pelanggan rumah tangga di Kota Padang rata-rata 2,62 setiap tahunnya. Sedangkan rata-rata pertumbuhan daya terpasang cukup berfluktuasi dari tahun ke tahun bahkan di tahun 2008 jumlah daya terpasang meningkat 24,62 dari tahun sebelumnya seperti yang terlihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.37 Jumlah Pelanggan dan Daya Terpasang Listrik Tahun 2006-2009 NO URAIAN 2006 2007 2008 2009 Rata- rata 1 Pelanggan Rumah Tangga Unit 341.463 343.836 368.019 368.546 X 2 Daya Terpasang 000 VA 456.011 408.402 508.985 507.052 X 3 Laju Pertumbuhan Jmh Pelanggan Rumah Tangga X 0,69 7,03 0,14 2,62 4 Laju Pertumbuhan Daya Terpasang X -10,44 24,62 -0,37 4,60 Sumber: BPS, Data Diolah Padang Dalam Angka 2006-2009 RPJM Kota Padang 2009-2014 42 Rumah Tangga Pelanggan PDAM Sebagaimana umumnya kota besar lainnya di Indonesia, jumlah pelanggan PDAM Padang terus meningkat dari tahun ke tahun. Tingkat pelayanan air bersih di Kota Padang sekitar 300.000 penduduk atau sekitar 36 dari total penduduk Kota Padang. Jumlah pelanggan air bersih setiap tahun meningkat rata-rata lebih dari 3.000 pelanggan. Jumlah pelanggan pada tahun 2007 sebanyak 81.112 pelanggan. Volume air yang diproduksi oleh PDAM tahun 2007 sebesar 31.564.065,74 m³ dengan jumlah terdistribusi 30.601.399,74 m³ dan terjual 17.292,230 m³, dan nilai total penjualan Rp. 53.352.837.990. Permasalahan air bersih di kota Padang adalah : 1. Tingkat pelayanan air minum baru 54,6 tahun 2008 2. Masih tinggi tingkat kebocoran yaitu 44,83 Mengacu kepada target MDGs 2015, tingkat pelayanan air minum perkotaan di Kota Padang harus ditingkatkan menjadi 80 pada tahun 2030. Untuk memenuhi target MDGs tersebut, dapat dicapai dengan beberapa cara antara lain adalah : 1. Pasang surut air laut yang mengakibatkan aliran dengan membuat Master Plan Sistem Pelayanan Air Minum . 2. Optimalisasi pemanfaatan kapasitas Instalasi Pengolahan Air IPA terpasang, rehabilitasi jaringan pipa air bersih yang sudah tua, sebagai upaya peningkatan kapasitas pemanfaatan dan meminimalisir tingkat kebocoran. 3. Mencari alternatif baru selain meningkatkan pelayanan PDAM, melalui program-program pemberdayaan masyarakat seperti Program Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat PAMSIMAS. Prasarana Drainase Kota Padang merupakan wilayah yang relatif datar dengan perbedaan elevasi kecil terhadap permukaan air laut yang memungkinkan sebagian wilayah dipengaruhi drainase tidak lancar dan meluasnya daerah genangan. Sistem jaringan drainase Kota Padang terdiri dari jaringan drainase mayor dan minor, dengan total panjang jaringan drainase mayor 124.000 meter. Terdiri dari sungai- sungai besar yang bermuara ke Samudera Hindia sebagaimana yang disajikan pada tabel berikut. RPJM Kota Padang 2009-2014 43 Tabel 2.38 Jaringan Drainase Mayor di Kota Padang No DRAINASE Panjang m Lebar m 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Batang Logam Batang Kandis Batang Tarung Sungai Lareh Batang Kuranji Batang Guo Batang Muar Banjir Kanal Batang Arau Batang Jirak Sungai Gayo Sungai Padang Aru Sungai Padang Idas Batang Kampung Jua Batang Aru Batang Kayu Aro Sungai Timbalun Sungai Sarasah Sungai Pisang 15.000 20.000 12.000 5.000 17.000 5.000 400 5.500 5.000 6.000 5.000 5.000 2.500 6.000 5.000 3.000 2.000 3.000 2.000 25 20 12 11 60 5 24 60 60 30 12 30 6 30 30 15 8 7 6 Kota Padang 124.000 Sumber : Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Propinsi Sumatra Barat. Sistem jaringan drainase mikro terdiri dari 19 areal drainase dengan luas cakupan 3.986 Ha, yang keseluruhannya mengalir ke arah sungai-sungai besar. Kondisi jaringan mikro sebagian kurang terawat dengan baik, yang menyebabkan sebagian fungsinya belum optimal. Di samping itu perubahan tata guna lahan di luar kawasan pusat kota yang tidak didukung perencanaan drainase yang terintegrasi dengan jaringan yang telah ada, ikut menyebabkan menurunnya tingkat pelayanan jaringan drainase yang ada di wilayah Kota Padang. RPJM Kota Padang 2009-2014 44 Tabel 2.39 Areal Tangkapan Drainase Kota Padang No Areal Drainase Luas Wilyah Tangkapan Ha Badan Penerima 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Air Pacah Pasir Putih Tabing Bandara Baung Panjalinan Siteba Sawah Liat Kandis Lapai Ulak Karang Lolong Alai Purus Jati Ujung Gurun Aur Duri Olo Nipah Kali Mati Rawang Barat 426 60 307 352 291 128 174 85 164 223 304 136 120 322 303 271 197 50 73 Batang Balimbing Batang Air Dingin Batang Tabing Batang Balimbing Baung Panjalinan Pond Batang Balimbing Batang Kuranji Batang Kuranji Batang Kuranji Batang Kuranji Saluran Lolong Banjir Kanal Banjir Kanal Batang Arau Banjir Kanal Batang Arau Batang Arau Batang Arau Batang Jirak Kota Padang 3.986 Sumber : Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Propinsi Sumatra Barat. Pengelolaan Sampah Tingkat pelayanan persampahan mencapai 70 dengan area pelayanan sekitar 91.000 Ha. Pola penanganan bersifat individual tidak langsung, yaitu sampah dikumpulkan di containerTPSdepo kemudian diangkut oleh truk ke Tempat Pembuangan Akhir TPA yang terletak di Air Dingin. Total timbulan volume sampah sekitar 2.000 m³hari, sedangkan yang dapat terangkut sebesar 1.500 m³ atau sekitar 75. Dari luas TPA di Air Dingin 30,3 Ha, hingga saat ini telah terpakai sekitar 15 Ha atau 50. Sistem pengelolaan di TPA memakai controlled landfill. Arahan pengelolaan sampah di Kota Padang pada masa yang akan datang adalah : 1. Pengembangan prasarana persampahan diarahkan untuk meminimalkan volume sampah dan pengembangan prasarana pengolahan sampah dengan teknologi yang berwawasan lingkungan. 2. Pengembangan prasarana persampahan ditujukan untuk mencapai target penanganan 90 dari RPJM Kota Padang 2009-2014 45 jumlah total sampah yang dilakukan baik pada sumbernya, proses pengangkutan maupun pengelolaan di TPA yang berlokasi di Air Dingin. 3. Sistem pengelolaan sampah direncanakan dengan sistem pengolahan sampah terpadu. 4. Optimalisasi pengelolaan sampah dilakukan melalui : - Pemanfaatan sampah non-organik pada sumber produksi sampah. - Komposter sampah organik pada sumber domestik. - Pemanfaatan incenerator di Tempat Pembuangan Sementara TPS. - Komposter sampah di TPS dan TPA. Prasarana Pengolahan Air Limbah Pengelolaan air limbah di Kota Padang bersifat individual dengan sistem setempat on-site system menggunakan cubluk dan septic tank. Persentase penduduk yang menggunakan jamban yang layak sekitar 90 dari penduduk keseluruhan, yang terdiri 35 dilengkapi septic tank dan 55 menggunakan cubluk. Pengelolaan dilakukan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Fasilitas pengelolaan adalah 2 truk tinja dengan kapasitas masing-masing 2.000 liter. Instalasi Pembuangan Limbah Tinja IPLT yang ada mempunyai kapasitas 83 m³ terletak di Nanggalo. Pengolahan limbah industri dan Rumah Sakit dilakukan masing-masing. Pengelolaan air limbah di Kota Padang ke depan diarahkan pada upaya : 1. Mengembangkan pelayanan pengelolaan air limbah sistem perpipaan tertutup melalui pengembangan sistem terpusat. 2. Meminimalkan tingkat pencemaran pada badan air dan tanah serta meningkatkan sanitasi kota. 3. Kerjasama dan peningkatan pengelolaan sanitasi, melalui program- program pemberdayaan masyarakat seperti Program Indonesia Sanitation Sector Development Program ISSDP.

2.3.5. Sosial Politik

Masalah disintegrasi bangsa menjadi persoalan besar yang dihadapi setelah bergulirnya era reformasi. Berbagai tuntutan yang selama ini didukung oleh penguasa orde baru yang otoriter secara bersamaan muncul ke permukaan. Trauma masa lalu dan berbagai persoalan sosial lainnya menyebabkan masyarakat bertindak sesuka hatinya dan melakukan pembenaran atas apa yang mereka perbuat. Ditambah lagi rendahnya penegakan hukum law enforcement menyebabkan masyarakat menjadi apatis dan acuh tak acuh sehingga bertindak di luar koridor hukum demokrasi dan masih banyaknya permasalahan- permasalahan lain yang dapat mengganggu keamanan, ketertiban dan kenyamanan masyarakat serta memungkinkan terjadinya disintegrasi bangsa. Oleh sebab itu perlunya pembinaan kesatuan bangsa yang terpadu dan RPJM Kota Padang 2009-2014 46 komprehensif demi tegaknya kehidupan yang demokratis, aman, sejahtera serta mengusung semangat otonomi daerah dalam kerangka NKRI. Seiring dengan pembinaan kesatuan bangsa, partai politik yang terdaftar di daerah Kota Padang sebanyak 44 parpol dan hanya 9 partai politik yang memperoleh kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Padang sebagai berikut: Tabel Jumlah Kursi dan Suara Partai Politik Peserta Pemilu 2009 No Nama Partai Politik Jumlah Kursi Jumlah Suara 1 Partai Keadilan Sejahtera 6 39.638 2 Partai Amanat Nasional 5 39.205 3 Partai Golongan Karya 5 29.413 4 Partai Persatuan Pembangunan 3 12.571 5 Partai Demokrat 17 111.469 6 Partai Bulan Bintang 2 13.916 7 Partai Demokrasi Perjuangan 1 7.174 8 Partai Hanura 4 13.390 9 Partai Gerindra 2 11.631 Sumber: Kesbanglinmas Kota Padang, 2009 Selain memiliki tujuan secara umum dan secara khusus, partai politik berfungsi sebagai sarana: 1. Pendidikan politik anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat. 2. Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa untuk kesejahteraan masyarakat. 3. Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa untuk kesejahteraan masyarakat. 4. Melakukan sosialisasi Undang-undang dan Peraturan Pemerintah kepada anggota partai politik di Kota Padang.

2.4. Aspek Daya Saing Daerah Investasi