Proyeksi belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama
Kota Padang tahun 2009-2014
URAIAN 2009
2010 2011
2012 2013
2014
Bel. Tidak Langsung Belanja Pegawai
641.586 734.336,11 768.101,76 800.479,21 825.000,00 875.145,65
Belanja Bunga -
. 2000
2000 2000
Belanja Langsung Belanja Adum
65.627 72.190
79.409 87.350
96.085 105.694
Disiplin Aparatur 4.231
4.654 5.120
5.632 6.195
6.814 Jumlah
711.444 811.180
852.630 895.461
929.280 989.653
Sumber: Data Diolah, DPKA kota Padang 2009
3.2.3. Analisis Pembiayaan Daerah
Analisis pembiayaan daerah merupakan suatu analisa untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kebijakan pembiayaan terhadap surplus dan defisit
belanja Daerah. Dari analisis tersebut digunakan untuk menentukan kebijakan pembiayaan dimasa yang akan datang dalam rangka menghitung sejauh mana
kapasitas pendanaan pembangunan daerah.
Melihat pada perkembangan realisasi pembiayaan daerah maka semenjak tahun 2006 sd 2008 kondisi keuangan daerah mengalami surplus sebagaimana
yang ditampilkan tabel berikut : Tabel 3.7
Penutup Defisit Riil Anggaran Kota Padang tahun 2006 sd 2008
No Uraian
2006 2007
2008 A
PENDAPATAN DAERAH 727.706,75
813.262,48 918.857,41
B BELANJA DAERAH
623.320,04 740.303,25
881.600,96 C
PENGELUARAN PEMBIAYAAN 96.543,62
30.126,63 21.663,52
D Surplus a - b+c
7.843,09 42.832,60
15.592,93 E
Realisasi Penerimaan Pembiayaan
4.129,72 92.253,90
141.864,24 F
F Sisa lebih anggaran tahun
berkenaan D + E 11.972,81
135.085,50 157.457,17
Sumber: Data Diolah, DPKA kota Padang 2009
3.3. Neraca Daerah
Neraca atau laporan posisi keuangan merupakan suatu entitas yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan
RPJM Kota Padang 2009-2014
64
entitas tersebut pada akhir periode tersebut. Neraca terdiri dari tiga unsur, yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas .
Aset atau aktiva adalah harta atau sumber ekonomi yang diharapkan memberikan manfaat usaha di kemudian hari. Aset terdiri dari aset lancar, aset.
Sedangkan liabilitas merupakan kewajiban- kewajiban yang harus dibayar baik dalam periode jangka pendek maupun jangka panjang. Selanjutnya ekuitas
merupakan kekayaan bersih yang dimiliki oleh suatu organisasi baik dalam bentuk ekuitas dana lancar, ekuitas yang diinvestasikan pada aset tetap maupun ekuitas
dana cadangan.
3.3.1 Perkembangan Neraca Daerah
Melihat kepada perkembangan Neraca Pemerintah Kota Padang selama 5 lima tahun terakhir periode tahun 2004 sd 2008 kenaikan rata-rata neraca Baik
aktiva maupun kewajiban dan ekuitas dana daerah pertumbuhannya sekitar 3,42 per tahunnya. Pada aktiva pertumbuhan sebesar 3,42 tersebut terdiri
dari aktiva lancar dengan rata-rata pertumbuhan per tahun 69,85, Investasi jangka panjang dengan pertumbuhan 19,20 per tahun, aktiva tetap dengan
pertumbuhan 2,03 per tahun
Sedangkan pada pertumbuhan sebesar 3,42 per tahun terdiri dari kewajiban 5,64, ekuitas dana dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sekitar
3,41. Untuk lebih lengkapnya perkembangan tersebut selama 5 lima tahun dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.8 Perkembangan Neraca Daerah Kota Padang tahun 2004 sd 2008
Rp. Juta
URAIAN 2004
2005 2006
2007 2008
PERT
Aktiva Lancar 12.965,78
14.713,01 103.886,45
152.526,79 183.802,10
69,95 Investasi Jk Panjang
13.116,05 15.116,05
18.154,53 27.310,99
31.557,61 19,2
Aset Tatap 2.383.067,44
2.423.757,01 2.538.735,01
2.660.146,83 2.634.411,08
2,03 Dana Cadangan
- -
- 7.764,80
- Aset lainnya
- -
24,48 95,03
147,01 TOTAL AKTIVA
2.409.149,27 2.453.586,07
2.660.800,46 2.847.844,44
2.849.917,81 3,42
Kewajiban Jk Pendek 11.309,49
15.468,41 17.945,66
24.234,37 14.878,70
5,64 Kewajiban Jk. Panjang
- -
22.376,27 8.243,50
- KEWAJIBAN
11.309,49 15.468,41
40.321,93 32.477,87
14.878,70 5,64
Ekuitas Dana Lancar 1.656,29
- 85.940,78
128.292,42 168.923,40
152,18 Ekuitas Dana Cadangan
- 7.764,80
- JUMLAH EKUITAS
DANA 2.397.839,78
2.438.117,66 2.620.478,53
2.815.366,56 2.835.039,11
3,41 TOTAL PASIVA
KEWAJIBAN EKUITAS DANA
2.409.149,27 2.453.586,07
2.660.800,46 2.847.844,44
2.849.917,81 3,42
Sumber: Data Diolah, DPKA kota Padang 2009
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari sumber pembentukan neraca daerah kenaikan yang signifikan adalah pada aktiva lancar dengan pertumbuhan
69,95. Peran yang cukup besar mempengaruhi pembentukan aktiva lancar tersebut terjadi pada sisa kas dimana pada tahun 2004 sekitar Rp. 36,77 juta lebih
pada tahun 2008 menjadi Rp. 156.201,20 juta lebih. Sedangkan pada pasiva
RPJM Kota Padang 2009-2014
65
kenaikan yang signifikan terjadi pada ekuitas dana lancar yang mengalami pertumbuhan sebesar 152,18 dimana pada tahun 2004 berjumlah sebesar Rp.
1.656,29 juta pada tahun 2008 menjadi Rp.168.923,40 juta. Untuk lebih lengkapnya perkembangan Neraca Daerah tersebut dapat dilihat pada lampiran
RPJM. Ini.
3.3.2. Analisis Neraca Daerah
Analisa laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi
organisasi pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja
perusahaan pada masa mendatang.
Analisa rasio keuangan merupakan perbandingan antara duakelompok data laporan keuangan dalam satu periode tertentu. Tujuannya adalah memberi
gambaran kelemahan dan kemampuan finansial organisasi dari tahun ke tahun. Sesuai dengan Permendagri no. 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang tahapan tata cara penyusunan, pengendalian den evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah, maka
jenis-jenis analisa rasio keuangan terdiri dari
1. Rasio Likuiditas 2. Rasio Solvabilitas
3. Rasio Aktivitas
a. Rasio Likuiditas Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan organisasi untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Ada 3 tiga macam rasio likuiditas yang digunakan, yaitu :
1. Current Rasio menggambarkan kemampuan keuangan daerah untuk menutupi kewajiban jangka pendek
2. Quick Rasio menggambarkan sejauh mana persediaan yang ada dapat menutupi kewajiban jangka pendek daerah.
3. Cash Rasio menggambarkan sejauh mana kemampuan kas daerah untuk menutupi kewajiban jangka pendek Daerah.
Melihat perkembangan Rasio Likuiditas kemampuan likuiditas Pemerintah Kota Padang dalam menyelesaikan kewajiban jangka pendek daerah dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel. 3.9 Rasio Likuiditas Neraca Daerah
Pemerintah Kota Padang Persentase
RPJM Kota Padang 2009-2014
66
U r a i a n 2004
2005 2006
2007 2008
2009 Cash Rasio
0,33 1,69
465,26 535,01
1.049,83 2.225,69
Rasio Lancar 114,65
95,12 578,89
629,38 1.235,34
3.085,07 Rasio Quick
12.965,52 14.712,83
103.886,17 152.526,62
183.801,71 133.886,18
Sumber: Data Diolah, DPKA kota Padang 2009
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kemampuan Pemerintah Kota Padang untuk mengatasi kewajiban jangka pendek cukup tinggi. Dari gambaran
tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan Kota Padang dapat melunasi kewajiban jangka pendeknya secara cash, kecuali pada tahun 2004 dan tahun
2005. Sedangkan jaminan atas persediaan maupun harta lancar memiliki tingkat likuiditasnya sangat tinggi kecuali pada tahun 2005. Dengan demikian
kemampuan Kota Padang dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya sangat likuid.
b. Rasio Solvabilitas
Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan organisasi untuk memenuhi seluruh kewajiban-kewajibannya hutang jangka pendek dan hutang jangka
panjang. Ada 4 empat rasio solvabilitas yang digunakan. yaitu : 1.
Rasio Total Hutang terhadap total Aset adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana kemampuan Daerah dalam
2. Rasio Total Hutang terhadap Modal adalah rasio untuk menggambarkan
keseimbangan antara posisi modal dengan kewajiban daerah
Melihat pada perkembangan neraca Kota Padang selama tahun 2004 sd tahun 2009 dapat disimpulkan bahwa kemampuan Pemerintah Kota Padang
dalam memenuhi kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang cukup tinggi sangat solvabel. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel. 3.10 Rasio Solvabilitas Neraca Daerah
Pemerintah Kota Padang U r a i a n
2004 2005
2006 2007
2008 2009
Rasio Total Hutang terhadap total Aset
0,4694 0,6304 1,5154 1,1404 0,5221 0,1504 Rasio Hutang
terhadap Modal 0,4717 0,6344 1,5387 1,1536 0,5248 0,1506
Sumber: Data Diolah, DPKA kota Padang 2009
Dari tabel diatas terlihat bahwa aset pemerintah yang terpakai sebagai jaminan terhadap kewajibannya dibawah 1 kecuali pada tahun 2006 dan
tahun 2007. Sedangkan posisi kewajiban terhadap modal dibawah 1 kecuali tahun 2006 dan 2007. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa posisi Neraca
Kota Padang sangat solvabel.
RPJM Kota Padang 2009-2014
67
BAB 4
ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN KOTA
Dalam proses pembangunan, setiap kota akan dihadapkan kepada beberapa isu strategis dengan intensitas yang berbeda karena tidak sama
kekuatan dan peluang serta prospek pengembangannya. Kota Padang sebagai ibukota Propinsi Sumatra Barat merupakan kota besar yang memiliki kekuatan
dan peluang untuk berkembang menjadi Kota Metropolitan. Disamping kondisi geografis yang menguntungkan di pantai barat Pulau Sumatra, Kota Padang
memiliki kekuatan strategis dengan adanya fasilitas perhubungan utama, berupa Pelabuhan Teluk Bayur dan Bandara Internasional Minangkabau BIM .
Dalam periode 2004-2008 strategi dan kebijakan pembangunan Kota Padang diarahkan kepada pusat jaringan ekonomi dan transportasi regional, pusat
utama pelayanan sosial dan pusat pemerintahan, sehingga terbuka peluang pengembangan yang bersifat kumulatif. Prospek Kota Padang ke depan sangat
bergantung kepada kemampuan dalam mengakumulasikan kekuatan dan peluang melalui pola pengembangan yang berjaringan melalui peningkatan kapasitasnya
menuju Metropolitan. Konsekuensi dari Metropolitan adalah menyelaraskan pola pengembangan kawasan yang melibatkan daerah bertetangga dengan dukungan
Pemerintah Propinsi dan Pusat melalui pola kerja sama antar lembaga dan kemitraan dalam pengembangannya.
Hal di atas dikaitkan dengan strategi menuju Padang Metropolitan untuk memacu pengembangan kawasan melalui pembangunan pusat-pusat
pertumbuhan dan pelayanan bagi percepatan pengembangan sektor industri, perdagangan dan jasa. Manfaatnya akan dirasakan oleh semua daerah yang
terlibat dalam kerja sama pembangunan bahkan memberi efek berganda terhadap daerah-daerah lain yang terkait dengan pengembangan kawasan yang terpadu
dengan pola metropolitan tersebut. Isu-isu strategis itu tidak dapat dilepaskan dari target nasional dalam menghadapi tantangan global yaitu AFTA tahun 2010,
MDG’s tahun 2015 dan Globalisasi Dunia tahun 2020. Penguatan kapasitas melalui pendekatan metropolitan diharapkan dapat memetik peluang sekaligus
mampu mengatasi ancaman sebab perekonomian kota makin menguat melalui sektor industri, perdagangan, pariwisata dan jasa-jasa sebagai upaya antisipasi
reorientasi ekonomi economic shifting.
4.1 Permasalahan Pembangunan