BAB 4
ISU-ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN KOTA
Dalam proses pembangunan, setiap kota akan dihadapkan kepada beberapa isu strategis dengan intensitas yang berbeda karena tidak sama
kekuatan dan peluang serta prospek pengembangannya. Kota Padang sebagai ibukota Propinsi Sumatra Barat merupakan kota besar yang memiliki kekuatan
dan peluang untuk berkembang menjadi Kota Metropolitan. Disamping kondisi geografis yang menguntungkan di pantai barat Pulau Sumatra, Kota Padang
memiliki kekuatan strategis dengan adanya fasilitas perhubungan utama, berupa Pelabuhan Teluk Bayur dan Bandara Internasional Minangkabau BIM .
Dalam periode 2004-2008 strategi dan kebijakan pembangunan Kota Padang diarahkan kepada pusat jaringan ekonomi dan transportasi regional, pusat
utama pelayanan sosial dan pusat pemerintahan, sehingga terbuka peluang pengembangan yang bersifat kumulatif. Prospek Kota Padang ke depan sangat
bergantung kepada kemampuan dalam mengakumulasikan kekuatan dan peluang melalui pola pengembangan yang berjaringan melalui peningkatan kapasitasnya
menuju Metropolitan. Konsekuensi dari Metropolitan adalah menyelaraskan pola pengembangan kawasan yang melibatkan daerah bertetangga dengan dukungan
Pemerintah Propinsi dan Pusat melalui pola kerja sama antar lembaga dan kemitraan dalam pengembangannya.
Hal di atas dikaitkan dengan strategi menuju Padang Metropolitan untuk memacu pengembangan kawasan melalui pembangunan pusat-pusat
pertumbuhan dan pelayanan bagi percepatan pengembangan sektor industri, perdagangan dan jasa. Manfaatnya akan dirasakan oleh semua daerah yang
terlibat dalam kerja sama pembangunan bahkan memberi efek berganda terhadap daerah-daerah lain yang terkait dengan pengembangan kawasan yang terpadu
dengan pola metropolitan tersebut. Isu-isu strategis itu tidak dapat dilepaskan dari target nasional dalam menghadapi tantangan global yaitu AFTA tahun 2010,
MDG’s tahun 2015 dan Globalisasi Dunia tahun 2020. Penguatan kapasitas melalui pendekatan metropolitan diharapkan dapat memetik peluang sekaligus
mampu mengatasi ancaman sebab perekonomian kota makin menguat melalui sektor industri, perdagangan, pariwisata dan jasa-jasa sebagai upaya antisipasi
reorientasi ekonomi economic shifting.
4.1 Permasalahan Pembangunan
Pembangunan kota metropolitan berasaskan konsep modernisasi dan industrialisasi yang didukung oleh reformasi birokrasi dalam kerangka
transformasi pembangunan Indonesia. Masalah pembangunan kota metropolitan berlandaskan kepada keempat faktor tersebut, sehingga dalam jangka pendek
dapat diupayakan peningkatan kesejahteraan sosial dan dalam jangka panjang untuk mencapai kedaulatan negara dan kemandirian bangsa. Oleh sebab itu
persoalan pembangunan kota metropolitan dilihat dari ketimpangan gap antara konsep dan realita serta kekuatan dan peluang. Berdasarkan analisis
ketimpangan dapat diketahui sumber masalah dan titik masuk entry point bagi
RPJM Kota Padang 2009-2014
68
penyelesaiannya, sehingga dapat dicapai perubahan yang signifikan dalam jangka waktu perencanaan yang disepakati.
Masalah pembangunan dapat digambarkan melalui pemetaan proses pembangunan yang memberi informasi tentang subjek dan objek serta keterkaitan
diantara keduanya untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan. Subjek pembangunan yaitu semua lembaga sebagai pelaku pembangunan dan objek
yaitu sumber daya yang dikembangkan melalui proses partisipatif. Hubungan dan kaitan melalui penetapan kebijakan dan strategi serta prioritas dan indikator
keberhasilannya sehingga proses pembangunan mencapai hasil yang efektif dan efisien. Selalu terdapat kesenjangan antara kemampuan pelaku pembangunan
dan ketersediaan sumber daya sehingganya hasil tidak optimal. Oleh sebab itu dikembangkan pendekatan analisis dalam memahami masalah pembangunan
dengan pola hubungan atau relasional seperti dinyatakan di atas.
Faktor input dalam pembangunan adalah tanah, manusia, dana, teknologi, sosial budaya dan faktor proses adalah institusi, informasi komunikasi dan jejaring
kerja. Kelima faktor input dikembangkan melalui faktor proses untuk mencapai hasil dengan berencana untuk memberikan hasil yang bermanfaat bagi kehidupan
dan kelangsungannya di masa depan. Oleh karena itu Pemerintah membuat sistem administrasi dan membentuk regulasi serta memfasilitasi dan menstimulasi
dalam rangka mewujudkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Mekanisme ini menjadikan pola partisipatif ini dapat dilembagakan melalui institusi
yang terlibat dan jejaring kerja dikembangkan untuk memperkuat pola tersebut. Pemerintah berhak mengarahkan dan mengatur penyelenggaraan serta
mengendalikan dampaknya dalam rangka mewujudkan keadilan dan kemakmuran.
Masalah Pembangunan yang dikemukakan di atas dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Masalah tanah atau lahan dalam pembangunan berkaitan dengan ketersediaan dari aspek lokasi dan teknis serta status, sehingga
Pemerintah harus meregulasi ketiga faktor ini agar ketersediaan tanah dapat dijamin untuk pembangunan prasarana dan sarana serta pelestarian
lingkungan. Tanah ulayat dapat disewakan agar statusnya tidak berubah sehingga kedudukan hukum ulayat dalam kerangka pewarisan budaya
termasuk asetnya dapat diupayakan. Ganti rugi lahan masyarakat dapat berupa pembelian, tukar guling, tukar tambah, penyertaan saham dan
gabungan ketiganya. Tukar guling lahan milik Pemerintah khususnya TNIPolri untuk optimalisasi fungsi lahan dan peningkatan nilai produktifnya
bagi perbaikan kesejahteraan, sekalipun juga menjamin kelancaran proses penataan ruang. Mekanisme ini belum sepenuhnya dapat diupayakan
karena berbagai hambatan organisasi, budaya dan psikologis sehingga perlu pendekatan terpadu dan terkendali. Pendekatan agama, adat, budaya
diharapkan dapat mengatasi hambatan struktural, fungsional dan emosional melalui pembinaan dan pendidikan serta komunikasi publik
dalam kerangka meningkatkan kompetensi publik.
2. Masalah manusia dalam pembangunan, berkaitan dengan kegiatan produksi dan konsumsi sehingga perlu pendekatan yang memadukan
kemampuan produksi dan konsumsi agar keseimbangan ekonomi dapat diwujudkan. Peningkatan kemampuan produksi melalui pengembangan
kreativitas dan produktivitas serta tingkat konsumsi melalui peningkatan
RPJM Kota Padang 2009-2014
69
pendapatan untuk mendukung daya beli. Peningkatan jumlah penduduk terutama kualitas sangat berpengaruh terhadap kegiatan produksi dan
konsumsi, sehingga perlu kebijakan khusus bagi pengendalian urbanisasi melalui kerja sama antar daerah. Operasi justitusi bertujuan memberi
prioritas kepada warga kota untuk mengembangkan kegiatan ekonomi produktif bagi peningkatan kesejahteraan melalui pengaturan persaingan
usaha sesuai kapasitas ekonomi kota. Pengaturan kependudukan ini sangat menentukan kesejahteraan karena penduduk yang berlebihan dan
persaingan berlebihan apalagi tidak produktif akan mengganggu perwujudan visi dan misi serta tujuan dan sasaran pembangunan.
3. Masalah dana dalam pembangunan, berkaitan dengan ketersediaan dan penggunaan atau alokasi dan distribusi sesuai dengan tugas dan fungsi
serta peran masing-masing satuan kerja perangkat daerah dalam proses pembangunan. Ketersediaan dana mempengaruhi kelancaran Pemerintah
dalam penyelenggaraan administrasi dan fungsi pelayanan umum sehingga perlu dirancang mekanisme penganggaran yang dapat menyeimbangkan
antara kemampuan dan kebutuhan. Kemampuan daerah dalam meningkatkan PAD dipengaruhi oleh basis ekonomi kota yang bergantung
kepada upaya penyediaan prasarana dan sarana pendukung serta ketertiban umum sebagai faktor terpenting dalam peningkatan investasi
swasta selain kemudahan dalam perizinan dan perilaku birokrasi yang pro rente ekonomi. Oleh sebab itu perlu dikembangkan sistem dan mekanisme
untuk memacu peningkatan investasi pemerintah dan swasta melalui pendekatan partisipasi masyarakat dalam penyediaan sumber daya
pendukungnya.
4. Masalah teknologi dalam pembangunan berkaitan dengan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung pengembangan kreativitas
dan produktivitas. Proses ini berkait dengan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan administrasi dan
pelayanan umum yang semakin baik. Kebijakan pelayanan terpadu satu atap terpadu dan satu pintu terkendali harus didukung dengan
pelayanan on line agar kecepatan dan ketepatan pelayanan dapat diupayakan. Public computer untuk pelayanan administrasi umum perlu
disediakan di tempat umum seperti pasar besar selain akses langsung masyarakat melalui laman web pelayanan publik. Konsekuensi dari
pelayanan cepat dan tepat terkait dengan kemampuan penyelenggaraan yaitu kompetensi aparatur pengelola serta terkait dengan pembiayaan
sehingga perlu pilihan-pilihan pelayanan yaitu berdasarkan waktu dan tempat serta biaya pelayanan. Masyarakat dapat memilih bentuk layanan
sesuai kebutuhan dan kemampuan sehingga berdasarkan pilihan-pilihan tersebut seluruh masyarakat dapat menikmati pelayanan publik yang
diperlukannya.
5. Masalah sosial budaya dalam pembangunan, berkaitan dengan sikap dan tindakan masyarakat yang dilandasi oleh faktor sosial budaya baik bersifat
positif yang mendukung ataupun sebaliknya yang menghambat proses pembangunan. Sikap dan tindakan masyarakat dipengaruhi latar belakang
keyakinan agama dan adat serta budaya yang membentuknya. Oleh sebab itu perlu penyadaran tentang hak dan kewajiban serta tanggung jawab
sebagai individu dan bagian dari masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kesadaran sebagai individu dalam hubungan antar
RPJM Kota Padang 2009-2014
70
manusia telah diatur dalam agama dan adat, sehingga upaya penyadarannya melalui pendekatan agama dan adat. Diharapkan
terbangun sikap aspiratif dan tanggap terhadap kebijakan serta mampu bekerja sama dalam membangun kelangsungan kehidupan yang lebih baik
secara berkelanjutan.
6. Masalah institusi dalam pembangunan berkaitan dengan kelompok- kelompok yang terlibat dalam proses dan kemampuannya
mengembangkan kerja sama dalam pembangunan. Kelompok tersebut mengelola kelima faktor input dalam membangun baik secara mandiri
maupun bermitra, sehingga kemampuan organisasi dan kepemimpinan sangat menentukan. Kelompok ini mengembangkan kegiatan ekonomi,
agama, sosial, budaya dan cinta lingkungan yang berperan aktif dalam meningkatkan kesejahteraan sosial. Oleh sebab itu Pemerintah perlu
mendata dan membina berbagai kelompok ini sebagai rekan kerja dan mengembangkan pola-pola kemitraan yang saling memperkuat dan
menguntungkan. Kerja sama ini dalam kerangka pembangunan partisipatif dimana setiap kelompok sebagai pelaku sekaligus pemangku kepentingan
dalam pembangunan sehingga perlu koordinasi agar proses dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
7. Masalah informasi dan komunikasi dalam pembangunan, berkaitan dengan rencana dan regulasi yang perlu diketahui dan dipahami oleh para
pelaku pembangunan sehingga mampu meningkatkan partisipasi dalam proses pembangunan. Melalui informasi dan komunikasi dapat dicapai
kesepakatan untuk mendukung kegiatan pembangunan dan meningkatkan kerja sama dan kemitraan antar pelaku pembangunan. Informasi tentang
program pembangunan dapat disebarluaskan melalui laman Pemerintah dan bekerja sama dengan media massa serta melalui komunikasi politik
antara pemimpin dan rakyat, sebab akan berpengaruh terhadap dukungan rakyat dalam pembangunan. Informasi dan komunikasi dapat
menggunakan media pendidikan politik bagi rakyat, sehingga daya tanggap dan peduli makin meningkat seterusnya proaktif dalam membangun.
Kendala dan hambatan yang dapat mengganggu kelancaran informasi dan komunikasi dapat dihindari dan diatasi jika kompetensi publik makin
meningkat sehingga partisipasi dapat ditingkatkan.
8. Masalah jaringan kerja dalam pembangunan, berkaitan dengan penguatan kerja sama dan kemitraan antar pelaku melalui pengembangan pola kerja
yang terikat dalam proses yang terarah, terpadu dan terkendali. Jaringan kerja terbangun melalui kesepahaman dan kesepakatan dalam pola yang
melembaga, sehingga semua pihak terkait dan terikat dalam proses yang sinergis untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Jaringan kerja dapat
meningkatkan kreativitas dan produktivitas untuk memacu proses dan mencapai hasil yang optimal, sehingga dapat memberi rangsangan untuk
berprestasi. Pemerintah mengembangkan pola interaksi antar pelaku dalam pembangunan dalam kerangka membangun jaringan kerja, sehingga
proses pembangunan yang berkesinambungan dapat dicapai baik antar sektor maupun antar kawasan. Jejaring kerja juga dikembangkan antar
daerah bahkan antar negara berkaitan dengan peningkatan investasi swasta pada berbagai proyek yang strategis dalam bidang ekonomi dan
sosial budaya serta prasarana sarana dan lingkungan hidup. Oleh sebab itu perlu dikembangkan badan kerja sama pembangunan untuk
RPJM Kota Padang 2009-2014
71
mengakomodasi kerja sama dan kemitraan yang berjaringan sekaligus sebagai badan koordinasi pembangunan.
9. Masalah pembangunan infrastruktur kota. Pasca Gempa 30 September 2009 sebagaimana daerah Propinsi Sumatra Barat lainnya, Kota Padang
ditimpa musibah cukup besar, yaitu Gempa 7,9 SR. Gempa yang terjadi 30 September 2009 tersebut merupakan rentetan dari gempa-gempa besar
sebelumnya, yaitu Gempa 6,9 SR pada tanggal 6 Maret 2007 dan Gempa 7,2 SR tanggal 12-13 September 2007. Rentetan gempa tersebut
mengakibatkan dampak yang cukup luas dalam kondisi infrastruktur fisik Kota Padang, terutama prasarana dan sarana pemerintahan, perdagangan,
hotel dan restoran, pendidikan dan kesehatan serta prasarana dan sarana lainnya.
Di bidang pemerintahan sebagian besar bangunan fisik kantor-kantor pemerintahan mengalami kerusakan berat, bahkan tidak dapat digunakan
lagi dan harus dicarikan solusi agar roda pemerintahan dan pelayanan publik dapat berjalan sebagai mana mestinya. Hal yang sama terjadi pula di
bidang perdagangan dan perhotelan dan restoran sebagian besar rusak berat dan tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya serta harus
dibangun kembali. Pasar Raya sebagai satu-satunya pusat perdagangan tradisional mengalami kerusakan berat dan pemerintah kota mengambil
kebijakan darurat membangun kios-kios darurat untuk menampung para pedagang. Namun pembangunan kios-kios darurat masih tetap menjadi
masalah yang rumit diselesaikan. Kejadian yang juga terjadi di bidang infrastruktur pendidikan dan
kesehatan. Sebagian besar sekolah-sekolah dan puskesmas hancur, sehingga fungsi pelayanan publik tidak berjalan seperti yang diharapkan. Di
bidang perhubungan menyisakan masalah tersendiri dimana prasarana dan sarana yang ada tidak dapat menampung kebutuhan penduduk yang
semakin meningkat. Transportasi dari dan ke tempat-tempat pemukiman penduduk dengan pusat-pusat konsentrasi kegiatan sering terjadi traffic,
sehingga menimbulkan kongestion dalam kegiatan ekonomi penduduk. Disamping itu, prasarana dan sarana perhubungan di Kota Padang
mempunyai fungsi ganda, yaitu 1 sarana penghubung penduduk antara pusat-pusat pemukiman dengan pusat-pusat konsentrasi kegiatan tempat
bekerja, 2 sebagai jalur evakuasi pada saat isu gempa dan tsunami datang. Kedua isu tersebut merupakan masalah yang rumit diselesaikan.
10. Masalah pembiayaan dan pendanaan pembangunan. Sebagai dampak Pasca Gempa 30 September 2009 sangat dirasakan dalam upaya
peningkatan pendapatan asli daerah PAD dan penerimaan lainnya yang sah sebagai sumber pendapatan daerah dalam menunjang pelaksanaan
pembangunan daerah. Di satu pihak muncul tuntutan melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi prasarana dan sarana yang rusak akibat
musibah gempa yang mendukung perekonomian rakyat serta peningkatan pelayanan Publik, di lain pihak keterbatasan kemampuan dan kapasitas
meningkatkan PAD dan Penerimaan Lain-Lain Yang Sah. Pada gilirannya masalah pembiayaan dan pendanaan akan banyak tergantung kepada
APBN dana dekonsentrasi dan dana perimbangan. Ke depan, masalah ketergantungan pembiayaan dan pendanaan pemerintah daerah kepada
APBN ini akan berlangsung cukup panjang.
RPJM Kota Padang 2009-2014
72
1 pertumbuhan ekonomi, 2 perubahan sosial, 3 penyediaan prasarana dan sarana serta pengelolaan lingkungan dan 4 peningkatan kerja sama, kemitraan
serta jejaring kerja dalam pembangunan. Masalah lainnya adalah 5 pengendalian bahaya dan bencana serta dampaknya yang dipengaruhi oleh
kemampuan dalam penerapan pembangunan berwawasan lingkungan dalam kerangka pembangunan berkelanjutan. Kebijakan pro publik ini harus berwawasan
lingkungan untuk menghindari biaya dan risiko akibat dari bahaya dan bencana yang dapat berdampak buruk terhadap kesejahteraan masyarakat berupa proses
pemiskinan dan penyingkiran. 6 Isu yang menonjol Pasca Gempa 30 September 2009 adalah ketergantungan kepada alokasi dana APBN. Semakin sulitnya
pemerintah daerah keluar dari ketergantungan kepada pemerintah APBN merupakan suatu isu yang menonjol. Hal ini sangat dirasakan dalam penyusunan
RAPBN, dimana terlihat struk APBD kota menjadi tidak seimbang, dimana untuk pendapatan daerah didominasi oleh dana perimbangan dan untuk belanja daerah
sangat besar untuk belanja tidak langsung.
4.2 Isu Strategis Pembangunan Kota Padang