Kinerja Keuangan Masa Lalu

PADANG 2009-2014 BAB 3 GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu

Keuangan Daerah merupakan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah. Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, arah kebijakan keuangan daerah adalah untuk penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah didanai dari dan atas beban APBD. Berdasarkan ketentuan undang-undang tersebut, sumber-sumber pendapatan daerah Pemerintahan Daerah Kota Padang dapat dikelompokkan kepada 3 tiga jenis penerimaan yakni: 1. Penerimaan Pendapatan Asli Daerah PAD, yaitu penerimaan dari pajak daerah dan retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan penerimaan lain-lain yang sah. Khusus terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah PAD yang berasal dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah secara khusus diatur oleh UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang seterusnya diganti dengan UU Nomor 28 Tahun 2009. 2. Dana Perimbangan merupakan penerimaan daerah yang diatur dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 terdiri dari : a Dana Bagi Hasil DBH yang meliputi : DBH Pajak Bumi dan Bangunan PBB, DBH Bea Perolehan atas Hak dan Bangunan BPHTB, dan Pajak Penghasilan, serta DBH dari Sumber Daya Alam. b Dana Alokasi Umum DAU dan c Dana Alokasi Khusus DAK. Penetapan dan penyesuaian alokasi pagu dana perimbangan pada masing-masing daerah diatur melalui Peraturan Presiden dan Menteri Keuangan. 3. Sumber-sumber penerimaan lainnya yang sah seperti, bagi hasil dari pajak Propinsi, bantuan dari Propinsi, hibah dan lain-lain pendapatan yang ditetapkan pemerintah termasuk dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang dianggarkan pada lain-lain pendapatan yang sah. Selanjutnya mengenai Anggaran Belanja yang terdiri dari belanja tidak langsung yaitu bagian belanja yang tidak langsung dan belanja langsung. Belanja Daerah Tidak Langsung yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja ini terdiri dari : RPJM Kota Padang 2009-2014 49 - Belanja Pegawai - Belanja Barang dan Jasa - Belanja Perjalanan Dinas - Belanja Pemeliharaan - Belanja Modal - Belanja Bunga - Belanja Subsidi - Belanja Hibah - Belanja Bantuan Sosial - Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan - Belanja Tak Terduga Belanja Daerah Langsung adalah belanja yang dikeluarkan dan dianggarkan terkait secara langsung kepada pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja ini terdiri dari : - Belanja Pegawai - Belanja Barang dan Jasa - Belanja Perjalanan Dinas - Belanja Pemeliharaan - Belanja Modal Pengalokasian Belanja Daerah ini didasarkan kepada anggaran kinerja yang berorientasi kepada pencapaian input dan hasil yang direncanakan. Hal ini dimaksudkan untuk akuntabilitas, efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran yang telah dialokasikan dalam masing-masing kelompok belanja tersebut.

3.1.1 Kebijakan Umum Anggaran

Sesuai dengan prinsip “good governance”, sasaran yang ingin dicapai melalui kebijakan umum anggaran adalah tercapainya pengelolaan keuangan daerah yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel. Dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dijelaskan bawa pengelolaan keuangan daerah dilakukan melalui suatu sistem anggaran berbasis kinerja dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dan efektivitas dalam pencapaian keluaran dan hasil capaian Untuk mendorong pengelolaan keuangan daerah efisien dan efektif, transparan dan akuntabel sesuai ketentuan yang berlaku pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya antara lain mengelola keuangan daerah mengikuti ketentuan PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 sebagai perubahan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Kedua peraturan menteri ini mengubah secara signifikan berbagai aspek pengelolaan keuangan daerah di Kota Padang. RPJM Kota Padang 2009-2014 50 Dalam kurun waktu 2009-2014 terus diupayakan peningkatan dan pemantapan kebijakan pengelolaan keuangan daerah dengan tetap mengacu kepada UU Nomor 17 Tahun 2003 dengan menindaklanjuti PP Nomor 58 Tahun 2005 tersebut serta berbagai perubahannya. Oleh karena itu, dalam pengelolaan keuangan daerah dan penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kota Padang tahun 2009-2014 akan selalu melakukan penyesuaian dengan pedoman pengelolaan keuangan daerah dan petunjuk teknisnya serta perkembangan dengan tetap mempertimbangkan berbagai kondisi Pasca Gempa Tahun 2009 Sama halnya dalam periode RPJMD Kota Padang Tahun 2004 - 2008, proses dan tahapan pengelolaan keuangan daerah selama tahun 2009 - 2014 diawali dengan penyusunan Kebijakan Umum Anggaran KUA dan Program Prioritas Anggaran Sementara PPAS sebagai proses awal penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah RAPBD . Sesuai dengan PP Nomor 58 Tahun 2005, menjelaskan bahwa pengelolaan keuangan daerah selalu memperhatikan keterkaitan antara unsur perencanaan pembangunan daerah dan anggaran. Oleh karena itu, penyusunan KUA-APBD dan PPAS-APBD setiap tahun harus memedomani dan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD . Selanjutnya terkait dengan kebijakan anggaran pembiayaan daerah, Pemerintahan Daerah Kota Padang mengambil kebijakan anggaran yang berimbang balance budget. Walaupun kebijakan ini tidak diharuskan. Langkah ini perlu dilakukan, artinya kalaupun terjadi defisit atau surplus anggaran, yaitu suatu kebijakan dalam mengatasi pembiayaan pembangunan daerah melalui sumber- sumber penerimaan lain yang sah kreativitas anggaran, pinjaman daerah ataupun penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, sehingga dalam pengelolaan keuangan daerah tidak ada lagi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran SILPA tahun sebelumnya. Walaupun Pemerintah Daerah Kota Padang diperbolehkan mengambil kebijakan anggaran yang defisit, namun dalam perencanaan pengelolaan keuangan daerah Penyusunan APBD, selama belum ada kebutuhan daerah yang mendesak untuk melakukan kebijakan tersebut sebaiknya anggaran yang defisit tidak dilakukan. Demikian juga sebaliknya, Pemerintahan Daerah Kota Padang juga tidak perlu mengambil kebijakan anggaran yang surplus. Meskipun Pemerintah Kota Padang sudah menerapkan anggaran berbasis kinerja, namun prinsip pengelolaan anggaran yang efisien, efektif, transparan dan akuntabel masih perlu ditingkatkan. Karena itu, titik berat anggaran belanja daerah akan diarahkan untuk meningkatkan kewajiban daerah dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat khususnya dalam menangani berbagai program rehabilitasi dan rekonstruksi Pasca gempa tahun 2009. Titik berat anggaran tersebut akan diwujudkan dalam bentuk peningkatan program pendidikan, program kesehatan, program pengembangan fasilitas sosial dan fasilitas umum serta infrastruktur yang memadai. Selanjutnya, untuk anggaran belanja modalbelanja pembangunan diprioritaskan kepada kebutuhan dasar masyarakat sesuai dengan tuntutan dan dinamika yang berkembang guna meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan umum kepada masyarakat dan sekali gus melaksanakan rehabilitasi dan rekonstruksi Pasca Gempa 30 September 2009. Kebijakan penyusunan anggaran belanja modal untuk pembangunan infrastruktur sebaiknya melibatkan peran serta dunia usaha dan partisipasi masyarakat, sehingga program ini dapat mengurangi RPJM Kota Padang 2009-2014 51 beban APBD dan menciptakan lapangan kerja baru. Menurunkan angka kemiskinan serta untuk dapat menumbuhkan rasa memiliki bagi warga kota. Selanjutnya untuk mengoptimalkan pengimplementasian anggaran berbasis kinerja, maka anggaran belanja maupun pembangunan hendaklah benar-benar dialokasikan sesuai dengan prioritas pembangunan yang sudah disusun dan direncanakan. Untuk itu akan disusun standar pelayanan minimum serta standar analisa belanja oleh Pemerintah Kota Padang. Sehingga dengan demikian, tujuan dan sasaran pembangunan kota, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas pelayanan kepada masyarakat dapat dicapai sesuai yang diharapkan.

3.1.2. Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah

Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, arah kebijakan keuangan daerah adalah untuk penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah didanai dari dan atas beban APBD. Berdasarkan ketentuan undang-undang tersebut, sumber-sumber pendapatan daerah Pemerintahan Daerah Kota Padang dapat dikelompokkan kepada 3 tiga jenis penerimaan yakni: Penerimaan Pendapatan Asli Daerah PAD, yaitu penerimaan dari pajak daerah dan retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan penerimaan lain-lain yang sah. Khusus terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah PAD yang berasal dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah secara khusus diatur oleh UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dana Perimbangan merupakan penerimaan daerah yang diatur dalam UU Nomor 33 Tahun 2004 terdiri dari : a Dana Bagi Hasil DBH yang meliputi : DBH Pajak Bumi dan Bangunan PBB, DBH Bea Perolehan atas Hak dan Bangunan BPHTB, dan Pajak Penghasilan, serta DBH dari Sumber Daya Alam. b Dana Alokasi Umum DAU dan c Dana Alokasi Khusus DAK . Penetapan dan penyesuaian alokasi pagu dana perimbangan pada masing-masing daerah diatur melalui Peraturan Presiden dan Menteri Keuangan. Secara teknis setiap tahun disampaikan melalui Surat Edaran Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan Republik Indonesia perihal Alokasi DBH, DAU, DAK dan Dana Penyesuaian lainnya. Untuk tahun 2008 mengacu kepada Surat Edaran DitJen Perimbangan Keuangan Nomor S-592PK2007 tanggal 10 Oktober 2007. Sumber-sumber penerimaan lainnya yang syah seperti, bagi hasil dari pajak Propinsi, bantuan dari Propinsi, hibah dan lain-lain pendapatan yang ditetapkan pemerintah termasuk dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang dianggarkan pada lain-lain pendapatan yang sah. Selain itu pada sumber penerimaan ini akan menampung berbagai dana yang diberikan oleh Pemerintah Pusat atau Propinsi terkait dalam upaya pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Gempa September 2009 dan kondisi khusus lainnya selama periode tahun 2009-2014. Selanjutnya dengan diberlakukannya PP No. 58 Tahun 2005, pengelolaan keuangan daerah Kota Padang telah banyak melakukan perubahan, antara lain RPJM Kota Padang 2009-2014 52 melakukan penyesuaian dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 dan Nomor 59 Tahun 2007 sebagai pedoman teknis pengelolaan penyusunan keuangan daerah dan melakukan berbagai perubahan terhadap struktur pendapatan daerah terutama struktur penerimaan daerah.

3.1.3 Arah Pengelolaan Belanja Daerah

Tujuan utama dari pengelolaan belanja daerah adalah untuk mewujudkan efektivitas dan efisiensi pengeluaranbelanja Pemda. Ada beberapa strategi kebijaksanaan yang perlu mendapat perhatian. Pertama, Adanya komitmen dan keinginan Pemda baik pihak eksekutif maupun pihak legislatif untuk benar-benar mengalokasikan dan menggunakan anggaran secara efektif dan efisien serta bermanfaat bagi masyarakat. Kedua, adanya desentralisasi manajemen belanja daerah kepada SKPD sekretariat, badan, dinas dan kantor. Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mendekatkan pengelolaan keuangan dengan pelaksanaan pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan prinsip otonomi itu sendiri. Ketiga, perlu peningkatan peran swasta untuk turut berinvestasi menyediakan sarana dan prasarana perkotaan yang bersifat komersial, sehingga anggaran Pemda dapat diprioritaskan untuk peningkatan penyediaan jasa umum dan pemberdayaan masyarakat.

3.1.4. Perkembangan Realisasi Pendapatan Daerah

Perkembangan Pendapatan Daerah selama 5 lima tahun terakhir dari tahun 2004 sd 2008 telah menunjukkan perkembangan yang cukup baik, dengan rata-rata peningkatan per tahunnya sebesar 17,36. Peningkatan tersebut ditopang oleh adanya peningkatan Pendapatan Asli daerah yang selama 5 lima tahun tumbuh sebesar 10,75, dana perimbangan tumbuh sebesar 19,03 per tahun dan lain-lain pendapatan yang sah dengan pertumbuhan sebesar 10,58. Secara lengkap gambaran perkembangan pendapatan daerah dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel. 3.1 Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2004 sd Tahun 2008 Kota Padang dalam juta URAIAN 2004 2005 2006 2007 2008 Rata2 Pert PENDAPATAN DAERAH 412.627,34 460.373,43 727.706,75 813.262,48 918.857,41 17,36 Pendapatan Asli Daerah 70.655,22 87.261,58 98.546,20 106.471,17 117.728,88 10,75 - Pajak Daerah 49.240,37 58.647,19 63.586,17 69.540,86 76.795,69 9,30 - Retribusi Daerah 16.181,27 23.449,59 21.378,62 22.016,80 24.793,29 8,91 - Hasil Perusahaan Milik Daerah dan hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 4.341,88 3.645,29 3.698,53 3.308,61 3.788,86 2,69 Lain-lain PAD yang sah 891,70 1.519,51 9.882,88 11.604,90 12.351,04 69,16 Dana Perimbangan 319.438,56 353.263,05 592.801,90 689.634,72 763.364,12 19,03 Bagi Hasil PajakBukan Pajak 27.064,67 32.668,50 40.094,28 57.973,65 58.870,43 16,82 Dana Alokasi Umum 272.154,00 287.033,00 503.906,00 565.100,00 624.642,09 18,08 Dana Alokasi Khusus 3.558,00 12.630,00 26.050,00 32.293,80 43.829,00 65,24 Bagi hasil pajak dan bantuan Keuangan dari Propinsi 16.661,89 20.931,55 22.751,62 34.267,28 36.022,61 16,67 Lain-lain Pendapatan yang sah 22.533,56 19.848,80 36.358,65 17.156,59 37.764,40 10,88 Hibah - - 15.120,00 7.066,91 9.500,00 13,01 Darurat RPJM Kota Padang 2009-2014 53 Bantuan Dana Kontijensi 22.533,56 19.848,80 21.238,65 10.089,68 28.264,40 4,64 Sumber: Data Diolah, DPKA kota Padang 2009 Dari gambaran tabel diatas dapat dilihat bahwa Pendapatan Daerah yang pada tahun 2004 sebesar Rp.413,63 Miliar lebih selama periode 5 tahun telah mengalami peningkatan sebesar 505,22 Miliar atau 122,14 sehingga pada tahun 2008 menjadi Rp. 918,85 Miliar lebih. Pendapatan ini bersumber dari Pendapatan Asli daerah, Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan yang sah. Pendapatan Asli Daerah yang pada tahun 2004 sebesar Rp. 70,65 Miliar selama 5 lima tahun mengalami peningkatan sebesar Rp.47,07 Miliar lebih atau 66 sehingga pada tahun 2008 menjadi Rp.117,72 Miliar. Pendapatan asli Daerah ini ditopang oleh penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, Lain-lain PAD yang sah. Dana perimbangan yang pada tahun 2004 sebesar Rp. 70,65 Miliar selama 5 lima tahun mengalami peningkatan sebesar Rp.47,07 Miliar lebih atau 66 sehingga pada tahun 2008 menjadi Rp.117,72 Miliar. Pendapatan asli Daerah ini ditopang oleh penerimaan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, Lain-lain PAD yang sah. Peningkatan dana perimbangan yang sangat besar terjadi di tahun 2006, yaitu sekitar 84,00 dari pendapatan daerah, yang sumbernya berasal dari penerimaan berasal dari Dana Alokasi Umum DAU , Dana Alokasi khusus DAK dan Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak. Jumlah realisasi pendapatan daerah pada APBD Tahun 2006 adalah sebanyak Rp. 706,854 Miliar, sedangkan yang realisasi yang berasal dari DAU tersebut adalah sebanyak Rp 592,802 Miliar atau sekitar 71,00 . Ini berarti ketergantungan terhadap dana perimbangan, khususnya sumber penerimaan DAU relatif tinggi. Pada tahun 2006 jumlah realisasi penerimaan yang berasal dari dana perimbangan hanya sekitar Rp 592,80 Miliar sedangkan pada tahun 2008 naik menjadi Rp 727,34 Miliar. Kenaikan yang cukup tinggi ini terjadi karena sejak diberlakukannya PP Nomor 58 Tahun 2005 membawa konsekuensi terhadap peningkatan pembiayaan penerimaan untuk keperluan belanja tidak langsung yang sebagian besar dibiayai dari DAU. Pada tahun 2006 jumlah realisasi penerimaan yang berasal dari DAU adalah sebanyak Rp 503,91 Miliar. Jumlah tersebut setiap tahun terus mengalami peningkatan, sehingga tahun 2008 jumlah realisasi pendapatan daerah adalah sebanyak Rp 919,72 Miliar. Diantaranya sebanyak Rp 720,67 Miliar berasal dari dana perimbangan dan sebanyak Rp 624,64 Miliar atau sekitar 79 ,00 diantaranya adalah penerimaan dari DAU. Namun ke depan, sejalan dengan rencana perubahan UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ruang untuk meningkatkan PAD Kota Padang masih terbuka, karena kedua komponen tersebut umumnya cukup potensial bagi daerah. Beberapa hal yang dapat dilakukan Pemerintahan Daerah Kota Padang untuk dapat memenuhi kebutuhan dan target penerimaan diantaranya: 1. Terus melakukan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dengan tidak membebani masyarakat, misalnya dengan melakukan penggalian sumber-sumber PAD, perluasan basis pajak dan retribusi sejalan dengan rencana perubahan UU Nomor 34 Tahun 2000. RPJM Kota Padang 2009-2014 54 Beberapa pajak daerah yang menjadi primadona PAD Kota Padang, seperti pajak galian golongan C, pajak hotel, pajak restoran, pajak penerangan jalan dan pajak reklame yang perlu diupayakan terus untuk diintensifkan penerimaannya. 2. Melakukan upaya intensifikasi PBB dan BPHTB, bekerja sama dengan kantor Pelayanan Pajak PBB untuk selalu melakukan pembaharuan data objek pajak. 3. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian pengelolaan keuangan daerah terhadap penyimpangan prosedur sesuai dengan ketentuan yang dapat merugikan Pemerintahan Daerah, baik secara yuridis, teknis maupun penatausahaan. Dalam kaitan kebijakan di atas maka beberapa langkah perlu diupayakan terkait dengan Pendapatan Daerah yaitu a Pendapatan Asli Daerah b Dana Perimbangan, c Lain-lain Pendapatan yang sah. Dalam perencanaan pendapatan daerah dari kelompok PAD ditetapkan secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi penerimaan tahun-tahun sebelumnya, potensi, asumsi pertumbuhan ekonomi yang dapat mempengaruhi penerimaan tersebut, objek penerimaan dan rincian objek penerimaan. Dalam upaya peningkatan PAD tidak ditetapkan kebijakan pemerintah yang dapat memberatkan subjek pajak masyarakat dan dunia usaha . Oleh karena itu dalam penetapan PAD upaya yang dilakukan antara lain dengan melakukan peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan penyederhanaan prosedur dan sistem administrasi pemungutan, Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah PAD yang sah. Sejalan dengan perkembangan Kota ke depan maka dinamika Kota semakin meningkat. Mobilisasi penduduk Hinterland, antar daerah dalam propinsi maupun luar propinsi akan semakin meningkat. Fungsi Kota sebagai Pusat Pendidikan, Pusat Pemerintahan dan Pusat perdagangan akan mengalami dinamika yang lebih tinggi, khususnya di wilayah-wilayah pengembangan dan pusat-pusat pertumbuhan. Hal ini akan membutuhkan sarana dan prasarana pelayanan dari pemerintah dan peluang usaha bagi masyarakat khususnya di bidang perdagangan, pariwisata, perindustrian, jasa dan lain sebaginya. Meningkatnya pelayanan Pemerintah dan aktivitas dunia usaha akan berdampak pada peningkatan PAD baik melalui Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah dan Lain-lain PAD yang sah. Pajak Daerah akan diupayakan mengalami peningkatan sejalan dengan perkembangan dan keberhasilan pembangunan. Berkembangnya pusat-pusat pertumbuhan kota sebagai pusat konsentrasi kegiatan ekonomi dan kemasyarakatan akan dapat mendorong berkembangnya potensi Pajak Daerah terutama dari Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Hiburan dan Pajak Galian Golongan C. Sejalan dengan efektivitas penggalian potensi daerah, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah juga akan mengalami peningkatan. :Peningkatan penerimaan retribusi sejalan dengan peningkatan pelayanan, baik pelayanan jasa usaha maupun pelayanan perizinan. Diharapkan hubungan efektivitas pemanfaatan potensi daerah mempunyai hubungan linear dan proporsional. Sebaliknya hubungan linear dan proporsional ini dipertahankan dalam penerimaan Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan bersumber dari penyertaan modal pada Badan Usaha Milik Daerah, dan Pendapatan Lain-lain RPJM Kota Padang 2009-2014 55 PAD yang sah bersumber dari penjualan aset daerah dan penerimaan jasa giro, sehingga terjadi peningkatan penerimaan daerah.

3.1.5 Perkembangan Realisasi Belanja Daerah

Perkembangan realisasi belanja Daerah selama 5 lima tahun mulai dari tahun 2004 sd tahun 2008 mengalami peningkatan setiap tahunya dengan rata- rata pertumbuhannya sebesar 16,74. Pada tahun 2004 belanja daerah sebesar Rp. 406,61 Miliar lebih, selama lima tahun mengalami peningkatan sebesar Rp. 427,99 Miliar lebih sehingga pada tahun 2008 jumlah anggaran belanja sebesar Rp. 881,60 atau mengalami peningkatan lebih dari 100.sekitar naik sebesar. Selanjutnya belanja daerah tersebut dialokasikan kepada belanja tidak langsung dan kepada belanja langsung. Belanja tidak langsung pada dari tahun 2004 sd tahun 2008 selalu mengalami peningkatan dengan tingkat pertumbuhannya sebesar 14,21. Pada tahun 2004 belanja tidak langsung berjumlah Rp. 306,56 Miliar lebih selama 5 lima tahun mengalami peningkatan sebesar Rp. 189,18 Miliar atau 60 sehingga pada tahun 2008 menjadi Rp.595,74 Miliar. Anggaran Belanja tidak langsung ini sebagian besar digunakan untuk pembayaran gaji dan tunjangan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Padang. Sejalan dengan belanja tidak langsung belanja langsung juga mengalami peningkatan setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2008 yang mengelami penurunan dari tahun anggaran sebelumnya. Rata-rata pertumbuhan setiap tahunya sebesar 23,36. Dilihat dari jumlahnya pada tahun 2004 jumlah anggaran sebesar Rp. 100,05 Miliar lebih, selama 5 lima tahun mengalami peningkatan sebesar Rp. Selanjutnya belanja langsung selama periode tahun 2004-2008 telah mengalami peningkatan sebesar Rp. 185,80 Miliar lebih atau 185., sehingga pada tahun 2008 menjadi 285,85 Miliar lebih. Untuk lebih jelasnya perkembangan realisasi anggaran belanja dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. 3.2 Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Belanja Tahun 2004 sd Tahun 2008 Kota Padang URAIAN 2004 2005 2006 2007 2008 PERT. BELANJA DAERAH 406.617,35 459.085,60 623.320,04 740.303,25 881.600,96 16,74 BELANJA TIDAK LANGSUNG 306.564,02 312.373,65 392.551,20 440.524,71 595.748,62 14,21 - Belanja Pegawai 286.259,97 287.982,74 360.906,97 401.713,81 532.700,49 13,23 - Belanja Bunga - - 903,30 750,00 - - Belanja Subsidi - - - 100,00 - - Belanja Hibah - - - 19.874,06 29.146,95 - Belanja Bantuan Sosial - - 27.588,42 13.662,17 13.169,09 - Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan 17.198,72 21.764,88 - 1.406,00 20.215,51 3,29 - Belanja Tak Terduga 3.105,33 2.626,02 3.152,52 3.018,66 516,57 30,14 RPJM Kota Padang 2009-2014 56 URAIAN 2004 2005 2006 2007 2008 PERT. - - - - - BELANJA LANGSUNG 100.053,33 146.711,95 230.768,84 299.778,55 285.852,34 23,36 - Belanja Pegawai 17.884,26 18.013,11 19.949,49 46.690,70 40.334,17 17,66 - Belanja Barang dan Jasa 43.996,20 64.961,44 78.175,95 129.572,95 125.309,99 23,29 - Belanja Perjalanan Dinas 5.932,41 7.900,80 14.385,95 - - - Belanja Pemeliharaan 14.804,52 21.217,55 35.779,45 - - - Belanja Modal 17.435,95 34.619,06 82.478,00 123.514,90 120.208,18 47,13 Sumber: Data Diolah, DPKA kota Padang 2009 Dari tabel diatas terlihat bahwa selama 5 lima tahun terakhir sebagian besar belanja tidak langsung digunakan untuk pembayaran gaji dan tunjangan PNS dengan rata-rata kenaikan setiap tahunnya sebesar 13,23. Selanjutnya belanja tidak langsung digunakan untuk pembayaran belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan dan belanja tidak terduga. Selama tahun 2004 sd 2008 terjadi beberapa kebijakan keuangan pada belanja tidak langsung. Dari tahun 2004 dan 2005 seluruh bantuan diakomodir pada belanja bagi hasil dan bantuan keuangan. Sedangkan pada tahun 2006 semua bantuan diletakkan pada belanja bantuan sosial. Sedangkan pada tahun 2007 dan 2008 bantuan-bantuan yang diberikan kepada masyarakat berupa belanja hibah, belanja bantuan sosial dan belanja bagi hasil dan bantuan keuangan. Sedangkan belanja tidak tersangka setiap tahunnya tetap dianggarkan. Alokasi anggarannya mengalami pertumbuhan setiap tahunnya sebesar 23,36. Beberapa kebijakan keuangan yang terjadi selama periode 2004 sd 2008 telah dilakukan. Semenjak tahun 2004 sd 2006 belanja langsung dibagi atas belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja perjalanan dinas, belanja pemeliharaan dan belanja modal. Namun semenjak tahun 2007 sd 2008 uraian belanja hanya terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja modal. Pada belanja langsung untuk belanja pegawai mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 17,66, Belanja barang sebesar 23,39 dan belanja modal sebesar 47,13. Selanjutnya realisasi belanja bila dikaitkan dengan total realisasi belanja dapat dikemukakan bahwa untuk belanja tidak langsung mendapat proporsi rata- rata 66,7 dari total realisasi belanja. Sedangkan untuk belanja langsung mendapat proporsi 33,3 dari total realisasi anggaran belanja. Pada belanja tidak langsung alokasi belanja untuk belanja pegawai mendapat proporsi 61,14 dari realisasi belanja, belanja bunga rata-rata per tahun 12, belanja subsidi 1, belanja hibah 29,99 Belanja bantuan sosial 2,59, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan 3,36 dan belanja tidak tersangka 0,34. Sedangkan belanja langsung dialokasikan kepada masing-masing rincian belanja. Untuk belanja pegawai mendapat proporsi 2,15 dari total belanja, belanja barang dan jasa 15,67 dari total belanja dan belanja modal 11,07 dari total realisasi belanja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut. RPJM Kota Padang 2009-2014 57 Tabel. 3.3 Proporsi Realisasi Belanja Terhadap Anggaran Belanja Tahun 2004 sd Tahun 2008 Kota Padang URAIAN BELANJA 2004 2005 2006 2007 2008 BELANJA TIDAK LANGSUNG 75,39 68,04 62,98 59,51 67,58 - Belanja Pegawai 70,40 62,73 57,90 54,26 60,42 - Belanja Bunga 0,00 0,00 0,14 0,10 0,00 - Belanja Subsidi 0,00 0,00 0,00 0,01 0,00 - Belanja Hibah 0,00 0,00 0,00 2,68 3,31 - Belanja Bantuan Sosial 0,00 0,00 4,43 1,85 1,49 - Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan 4,23 4,74 0,00 0,19 2,29 - Belanja Tak Terduga 0,76 0,57 0,51 0,41 0,06 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 BELANJA LANGSUNG 24,61 31,96 37,02 40,49 32,42 - Belanja Pegawai 4,40 3,92 3,20 6,31 4,58 - Belanja Barang dan Jasa 10,82 14,15 12,54 17,50 14,21 - Belanja Perjalanan Dinas 1,46 1,72 2,31 0,00 0,00 - Belanja Pemeliharaan 3,64 4,62 5,74 0,00 0,00 - Belanja Modal 4,29 7,54 13,23 16,68 13,64 Sumber: Data Diolah, DPKA kota Padang 2009 3.2 Proyeksi Anggaran Daerah 3.2.1 Proyeksi Pendapatan Daerah