dalam air kapur, maka kolang-kaling yang terapung inilah yang siap untuk dipasarkan.
Analisis terhadap kolang-kaling memperlihatkan komposisi kimia yang dikandung berdasarkan berat keringnya adalah 5,2 protein, 0,4 lemak, 2,5
abu, 39 serat kasar dan 52.9 karbohidrat Nisa, 1996. Kolang-kaling memiliki kadar air sangat tinggi, hingga mencapai 93,8 dalam setiap 100 gram-
nya. Kolang kaling juga mengandung protein dan karbohidrat serta serat kasar. Selain memiliki rasa yang menyegarkan, mengkonsumsi kolang kaling juga
membantu memperlancar kerja saluran cerna manusia. Kandungan karbohidrat yang dimiliki kolang kaling bisa memberikan rasa kenyang bagi orang yang
mengkonsumsinya, selain itu juga menghentikan nafsu makan dan mengakibatkan konsumsi makanan jadi menurun, sehingga cocok dikonsumsi sebagai makanan
diet. Kolang kaling juga dapat digunakan sebagai coktail dan makanan ringan lokal seperti kolak Orwa
et al., 2009. Karbohidrat di dalam kolang-kaling pada umumnya adalah galaktomanan dengan berat molekul beragam dari 6000 sampai
dengan 17000 Koiman, 1971.
2.5.1. Galaktomanan
Kebanyakan tumbuh-tumbuhan memiliki cadangan polisakarida yang secara biologis tidak memiliki fungsi apapun terkecuali sebagai cadangan sumber
karbon untuk bertumbuh. Tumbuhan dari famili Poaceae seperti misalnya
gandum, padi, maize dan lainnya memiliki cadangan polisakarida. Tumbuhan
lainnya dari keluarga legume memiliki cadangan polisakarida dalam bentuk
galaktomanan. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan dari 163 spesies tumbuhan dari keluarga
legume ini, 119 diantaranya menyimpan cadangan polisakaridanya dalam bentuk galaktomanan Mathur, 2012. Galaktomanan ini
memiliki selain sebagai cadangan makanan juga berfungsi menyimpan air untuk mencegah terjadinya kekeringan pada tumbuhan Srivastava
and Kapoor, 2005.
Galaktomanan merupakan polisakarida heterogen yang terdiri dari rantai utama β- 1-4-D-manopiranosa dengan satu unit cabang
α -D-galaktopiranosa yang terikat
pada posisi α
-1-6. Galaktomanan dari masing-masing tanaman berbeda-beda
Universitas Sumatera Utara
pada rasio manosa dan galaktosa, distribusi galaktosa pada rantai manosa dan berat molekulnya. Tingkat kekentalan galaktomanan bila dilarutkan dalam air
sangat tergantung pada ukuran molekulnya dan bila ditambahkan polisakarida lainnya seperti xantan maka akan terbentuk gel Morris
et al., 1977. Kelebihan utama dari galaktomanan ini dibandingkan polisakarida lainnya adalah
kemampuannya untuk membentuk larutan yang sangat kental dalam konsentrasi yang rendah dan hanya sedikit dipengaruhi oleh pH, kekuatan ionik dan
pemanasan. Viskositas galaktomanan sangat konstan sekali pada kisarang pH 1 – 10,5 yang kemungkinan disebabkan oleh karakter molekulnya yang bersifat netral.
Namun demikian apabila galaktomanan akan mengalami degradasi pada kondisi
yang sangat asam atau basa pada suhu tinggi.
Sifat fisikokimia galaktomnan dapat dikarakterisasi dengan menggunakan beberapa peralatan dan teknik yang berbeda. Parameter-parameter yang penting
dalam karakterisasi galaktomanan adalah perbandingan manosa dan galaktosa, berat molekul rata-rata, bentuk struktur dan viskositas intrinsiknya. Rasio manosa
dan galaktosa dapat ditentukan dengan menggunakan kromatografi gas atau dengan kromatografi pertukaran anion tekanan tinggi setelah terlebih dahulu
dihidrolisis dengan menggunakan asam. Berat molekulnya dapat ditentukan dengan menggunakan
size exclusion chromatography sedangkan distribusi galaktosa pada rantai manan-nya dapat dikarakterisasi dengan menggunakan
spektroskopi
13
C-NMR atau dengan menggunakan metode enzimatis dengan enzim β-D-mannanase yang akan mendegradasi galaktomanan secara
spesifik.Viskositas intrinsik dapat ditentukan dengan menggunakan viskometer kapiler dan persamaan Huggins Kramer’s untuk menentukan viskositasnya
Cerqueira et al., 2009c.
Rasio manosa dan galaktosa tergantung pada sumber galaktomanan tersebut dan umumnya berkisar pada 1,1 sampai dengan 5,0. Galaktomanan
dengan kandungan galaktosa yang besar umumnya mudah larut dalam air dan kecenderungannya untuk membentuk gel sangat rendah dibandingakn
galaktomanan dengan rasio galatosa yang rendah. Kelarutan yang sangat tinggi tersebut disebabkan oleh banyaknya rantai cabang sehingga rantai manosa
Universitas Sumatera Utara
menjadi sukar untuk berinteraksi secara intermolekuler Srivastava and Kapoor,
2005. Tabel 2.2. berikut dibawah ini memperlihatkan sumber-sumber galaktomanan, rasio manosa dan galaktosa serta kemungkinan aplikasinya.
Tabel 2.4. Beberapa Sumber Galaktomanan, Rasio Manosa : Galaktosa Dan Kemungkinan Penggunaannya
Spesies Rasio
Manosa : Galaktosa
Aplikasi Ceratonia siliqua locust bean
gum 3,9 : 1
Thixotropic, bahan
pengikat,
penstabil dan lubrikator Caesalpinia pulcherrima
2,9 : 1 Gleditsia triacanthos
2,8 : 1 Penstabil, pengental, pengemulsi
Cesalpinia spinosum
tara
gum 2 : 1
Dimorphandra gardneriana
Tul 1,8 : 1
Cyamopsis tetragonolobus
guar gum 1,8 : 1
Penstabil, pengental, pengemulsi Adenanthera pavonina
1,4 : 1
Prosopis pallida
mesquite
gum 1,4 : 1
Penstabil, pengental Mimosa scabrella
1,3 : 1
Trigonella foenum graecum
fenugreek gum 1 : 1
Sumber : Srivastava and Kapoor, 2005
Aplikasi galaktomanan sebagai edible packaging masih belum begitu
banyak bila dibandingkan polisakarida lainnya. Namun demikian beberapa penelitian telah menunjukkan suatu perspektif baru tentang sifat dan karakter
edible packaging berbahan dasar galaktomanan dimana hal ini disebabkan oleh karakter spesifik galaktomanan yang dapat membentuk larutan yang sangat kental
meskipun dengan konsentrasi yang rendah dan hanya memerlukan air dalam proses pembuatannya Cerqueira
et al., 2009a; Cerqueira et al., 2010a; Lima et
al., 2010.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Kemangi Ocimum