Lipida Komposit Komponen Penyusun Edible Packaging

gluten. Putusnya ikatan disulfida selama proses pemanasan untuk mengentalkan larutan film tersebut dan pembentukan ikatan disulfida baru selama proses pengeringan film dipercaya mempengaruhi struktur film yang terbentuk Gennadios and Weller, 1990. Penambahan pemlastis seperti gliserol misalnya sangat diperlukan untuk meningkatkan fleksibilitas filmyang dihasilkan Gennadios et al., 1994. Namun demikian apabila sorbitol yang digunakan sebagai pemlastis maka kekuatan film, elastisitas dan daya hambat uap airnya menjadi berkurang Gontard et al., 1992. Protein Kedelai Protein yang terkandung dalam kedelai berkisar 38 – 44 dan kebanyakan bersifat tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan garam netral. Protein kedelai mengandung konglisinin sebanyak 35 dan glisinin sebanyak 52. Edible packaging berbahan dasar protein kedelai dapat diperoleh melalui penguapan dan pengeringan larutan susu kedelai atau larutan isolat protein kedelai. Susu kedelai diperoleh dari hasil penggilingan kedelai dengan air diikuti pemisahan susu dari residu. Sifat mekanis yang lemah dan sensitifitas terhadap uap air tinggi, menjadi penyebab terbatasnya penggunaan protein kedelai sebagai edible packaging. Film yang terbentuk dari protein kedelai murni cenderung rapuh. Protein kedelai lebih banyak diaplikasikan pada tinta dan pelapisan kertas Van Tuil et al., 2000.

2.2.2. Lipida

Kelompok lipida terdiri dari lilin wax, trigliserida, monogliserida terasetilasi, asam lemak, alkohol asam lemak dan ester sukrosa asam lemak Danhowe and Fenema, 1994; Broody, 2005. Aplikasi edible packaging berbahan dasar lipida terbatas hanya pada buah-buahan dan daging saja. Oleh karena sifatnya yang hidrofobik maka edible packaging dari lipida memiliki kemampuan penahanan uap air yang baik sekali serta dapat mencegah migrasi komponen lainnya dari produk makanan tersebut. Disamping itu lipida juga memberikan efek mengkilap pada edible packaging yang dihasilkannya sehingga Universitas Sumatera Utara dapat meningkatkan penampilan visual produk. Namun demikian, kekuatan struktur edible packaging berbasis lipida sangat jelek dan cenderung rapuh sehingga perlu penambahan polisakarida untuk memperbaikinya Mc Hugh and Krochta, 1994. Parafin dan lilin telah banyak diaplikasikan sebagai edible packaging pada buah-buahan, sayur-sayuran dan keju. Edible packaging berbahan dasar lilin digunakan untuk menghambat gas dan bahan lainnya yang terdapat pada kulit buah serta untuk meningkatkan penampilan permukaan dari produk makanan tersebut sehingga lebih menarik Bourtoom, 2008. Monogliserida terasetilasi diketahui memiliki karakterisitik yang unik yakni bentuknya yang dapat berubah dari cair menjadi padatan. Kebanyakan lipida hanya dapat ditarik sampai dengan 102 dari panjangnya sebelum putus sedangkan monogliserida terasetilasi dapat ditarik sampai dengan 800 dari panjang sesungguhnya tanpa putus. Edible packaging berbahan dasar monogliserida terasetilasi banyak diaplikasikan pada produk makanan ternak dan daging Kester and Fennema, 1986.

2.2.3. Komposit

Komposit adalah bahan yang didasarkan pada campuran hidrokoloid dan lipida. Kebanyakan film polisakarida dan protein hidrokoloid memiliki sifat-sifat penahanan yang jelek terhadap uap air. Hal ini terjadi karena adanya gugus hidroksi bebas pada matriks yang berinteraksi secara kuat dengan molekul air yang bermigrasi. Sifat penahanan uap air yang jelek dapat diperbaiki dengan penambahan bahan hidrofobik dengan cara melapisi lapisan hidrofilik dengan lapisan hidrofobik lipida yang disebut sebagai komposit dua lapis bilayer ataupun dengan cara pembentukan komposit film, dimana kedua komponen hidrokoloid dan hidrofobik di dispersikan pada pelarut yang kemudian dikeringkan. Meskipun telah terbukti bahwa film bilayer memiliki penahanan yang baik terhadap transmisi uap air, namun film komposit dari hasil pengemulsian lebih menguntungkan dari segi prosedurnya yang sederhana dan Universitas Sumatera Utara pembuatannya yang mudah, serta memiliki kohesi struktur yang bagus Cheng et al., 2008; Danhowe and Fennema, 1994.

2.3. Sifat Fisikokimia Dan Mekanis Edible Packaging

Aplikasi edible packaging sangat bergantung pada sifat dan karakteristik yang dimilikinya. Edible packaging harus memenuhi beberapa kriteria agar dapat digunakan sebagai bahan pelapis pada produk makanan. Kriteria-kriteria tersebut meliputi sifat penghambatan terhadap uap air, gas, cahaya dan aroma, sifat optisnya misalnya transparansi dan sifat mekanisnya Debeaufort et al., 1998.

2.3.1. Sifat Penghambatan

Kualitas produk makanan dapat tercemar oleh adanya penyerapan uap air, serangan oksigen, kehilangan aroma, penyerapan bau yang tidak diinginkan dan migrasi komponen pelapis kedalam makanan Kester and Fennema, 1986; Debeaufort et al., 1998; Krochta, 1992. Fenonema ini dapat terjadi diantara makanan dengan lingkungan sekitarnya, makanan dengan bahan pelapisnya atau diantara komponen heterogen penyusun makanan tersebut Krochta, 1992. Sebagai contoh, penetrasi oksigen kedalam makanan menyebabkan terjadinya oksidasi; tinta, pelarut atau bahan aditif dapat bermigrasi kedalam makanan; flavour yang mudah menguap dari produk minuman dan gula-gula dapat terabsorbsi kedalam bahan pembungkusnya; atau lapisan kulit yang garing dari pizza dapat menyerap uap air dari bahan taburannya sehingga menjadi tidak garing lagi. Oleh karena itu diperlukan edible packaging untuk mengatasi masalah tersebut diatas. Beberapa edible packaging memiliki sifat penghambatan oksigen yang sangat baik sekali kecuali yang berasal dari lipida. Sifat penghambatan edible packaging ini sangat dipengaruhi oleh komposisi penyusun edible packaging tersebut dan kondisi lingkungan saat produk tersebut disimpan kelembaban relatif dan temperatur. Pada kondisi kelembaban yang tinggi, permeabilitas oksigen bertambah cukup besar. Oleh karena itu sangat penting sekali menjaga kelembaban lingkungan penyimpanan agar dapat meningkatkan efektifitas edible packaging sebagai penghambat gas. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Keragaman Genetik Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr) di Tapanuli Selatan dengan Menggunakan Marka RAPD (Random Amlpified Polymorphic DNA)

4 68 92

Respon perkecambahan biji aren (Arenga pinnata) terhadap lama perendaman dengan asam nitrat (HNO3)

9 53 76

Aren (Arenga Pinnata)

3 34 10

Isolasi Dan Analisis Komponen Kimia Minyak Atsiri Bunga Kemangi (Ocimum basilicum L) Serta Uji Aktivitas Antioksidan Dan Antibakteri

13 98 105

EFEKTIVITAS KOMBINASI MINYAK ATSIRI KEMANGI (Ocimum basilicum L.) DENGAN TETRASIKLIN DAN Efektivitas Kombinasi Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum Basilicum L.) Dengan Tetrasiklin Dan Sefalotin Terhadap Bakteri Salmonella Thypi.

0 2 12

PENGARUH KOMBINASI MINYAK ATSIRI KEMANGI (Ocimum basilicum L.) DENGAN AMPISILIN DAN Pengaruh Kombinasi Minyak Atsiri Kemangi (Ocimum Basilicum L.) Dengan Ampisilin Dan Amikasin Terhadap Bakteri Salmonella Typhi.

1 3 12

Pembuatan Edibel Film Yang Bersifat Antimikroba dan Antioksidan dari Galaktomanan Kolang-Kaling (Arenga pinnata) dan Ekstrak Rimpang Jahe (Zingiber officinalle)

0 3 95

Karakterisasi Edible Film Yang Bersifat Antioksidan Dan Antimikroba Dari Galaktomanan Biji Aren (Arenga pinnata) Yang Diinkorporasi Dengan Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.)

1 1 44

Karakterisasi Edible Film Yang Bersifat Antioksidan Dan Antimikroba Dari Galaktomanan Biji Aren (Arenga pinnata) Yang Diinkorporasi Dengan Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.)

0 1 18

Karakterisasi Edible Film Yang Bersifat Antioksidan Dan Antimikroba Dari Galaktomanan Biji Aren (Arenga pinnata) Yang Diinkorporasi Dengan Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.)

0 1 22