tersebut adalah substrat yang mengandung oksigen yaitu asam-asam organik dan bersifat aerobik Pantastico, 1993. Grafik laju respirasi ikan nila tanpa film
pelapis dan dengan film pelapis dapat dilihat pada gambar 4.20.
Gambar 4.20. Grafik Laju Respirasi Ikan Nila Tanpa Film Pelapis
Gambar 4.21. Grafik Laju Respirasi Ikan Nila Dengan Film Pelapis GK
4
5,557 7,409
5,557 12,966
16,671 38,899
64,831 85,207
114,844 125,958
131,515 131,515
71,314 56,033
53,486 94,237
94,237 94,237
101,877 122,253
132,441 137,535
150,269 152,816
20 40
60 80
100 120
140 160
180
1 2
2 4
3 6
4 8
6 7
2 8
4 9
6 1
8 1
2 1
3 2
1 4
4
L aj
u R
es p
ir as
i m
L k
g.j am
Waktu jam
Laju Konsumsi O2 Laju Produksi CO2
3,726 5,5895,589
7,5427,542 3,726
5,5895,5895,589 1,8631,863
7,685 12,809
20,494 17,932
20,494 20,494
10,247 10,247
7,685 10,247
7,6857,685 5
10 15
20 25
12 24
36 48
60 72
84 96 108 120 132 144
L aj
u R
es p
ir as
i m
L k
g.j am
Waktu jam
Laju Konsumsi O2
Laju Produksi CO2
Universitas Sumatera Utara
4.2.3.7. Hasil Estimasi Kepadatan Sel Isolat Bakteri Dengan Metode SPC.
Pengujian aplikasi edible film GK
4
sebagai antimikroba dilakukan terhadap ikan nila dan pertumbuhan isolat bakteri dihitung menggunakan metode
Standard Plate Count Agar pada variasi lama penyimpanan dan hasilnya ditunjukkan pada
Tabel 4.22. Hasil pengamatan dari total bakteri yang dihasilkan dan grafik total bakteri ikan nila ditunjukkan pada Lampiran 24. Dari perlakuan film yang bersifat
antimikroba diperoleh pertumbuhan bakteri yang relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan sampel tanpa pelapis. Hal ini sama dengan yang diteliti
oleh Kaban 2007. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa total bakteri pada kontrol ikan yang tidak dibungkus lebih besar dibandingkan dengan pada
ikan yang dibungkus dengan edible film galaktomanan GK
4
. Bila ditinjau total bakteri pada ikan yang dibungkus dengan
edible film pada hari ke tiga terjadi peningkatan total bakteri tetapi pada hari ke kelima terjadi penurunan total
bakteri, hal ini disebabkan karena terjadi pelepasan minyak atsiri kemangi pada ikan. Dimana pada hari kelima terlihat bahwa minyak atsiri kemangi mampu
untuk menghambat pertumbuhan mikroba yang ada pada daging ikan, hal ini sesuai dengan yang diteliti oleh peneliti sebelumnya bahwa tumbuhan kemangi
berguna sebagai antibakteri merusak dan meracuni mikroba dari produk makanan Mazzanti
et al., 1998; Politeo, 2007..
Gambar 4.22. Grafik Kepadatan Sel Pada Ikan Nila
52 80
96 148
40 64
52 40
20 40
60 80
100 120
140 160
1 3
5 10
Ju m
lah T
ot al
B ak
te ri
Waktu Hari
Ikan Tanpa Edible Film Ikan Dilapis Film Gk4
Universitas Sumatera Utara
4.2.3.8. Hasil Uji Biodegradasi Edible Film Galaktomanan GK
4
Terhadap Jamur
Aspergilus Niger.
Pengujian biodegradasi edible film dilakukan dengan variasi waktu tertentu pada
media PDA yang telah ditumbuhkan jamur pendegradasi, kehilangan berat berdasarkan variasi waktu ditunjukkan pada Tabel 4.23. dilakukan secara duplo.
Foto hasil degradasi edible film pada Lampiran 24. dan grafik pengurangan berat spesimen
edible film GK
4
ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Gambar 4.23. Grafik Biodegradasi Film GK
4
Dari grafik ditunjukkan bahwa edible film galaktomanan yang diinkorporasi
dengan minyak atsiri kemangi dapat terbiodegradasi meskipun minyak atsiri kemangi memiliki sifat sebagai antimikroba.
0,6 0,5
0,41 0,35
0,28 0,24
0,2 0,16
0,1 0,2
0,3 0,4
0,5 0,6
0,7
3 6
9 12
15 18
21
B e
r a
t F
il m
G K
4 g
Waktu Hari
Pengurangan berat film GK4
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Edible film galaktomanan yang diinkorporasi dengan minyak atsiri kemangi
GK
1
, GK
2
, GK
3
, GK
4
dan GK
5
bersifat antioksidan dan paling maksimum pada GK
4
serta bersifat antimikroba film GK
2
, GK
4
dan GK
5
paling besar aktivitasnya pada GK
5
. Ketebalan film 0,038 – 0,061 mm dan WVP adalah 4,92 x 10
-9
– 10,90 x 10
-9
kg s
-1
m
-1
Pa
-1
, Terjadi perubahan karakteristik pita serapan pada FT-IR yang menunjukkan adanya interaksi antara campuran