Konseling Pasca Testing HIV
Pendampingan ODHA
umum, 1 informan konselor yang berusia 34 tahun dengan pendidikan S1 Ekonomi, 1 informan manajer kasus yang berusia 25 tahun dengan pendidikan
Diakones, 1 informan perawat yang merupakan Kepala ruangan zaal F ruangan untuk ODHA yang berusia 38 tahun dengan pendidikan akademi keperawatan
D3, 1 informan apoteker yang merupakan kepala instalasi farmasi Rumah Sakit HKBP Balige yang berusia 37 tahun dengan pendidikan apoteker, 1 informan
analis laboratorium yang berusia 37 tahun dengan pendidikan , dan 2 informan ODHA dengan pendidikan SMA dan usia 40 dan 38 tahun.
4.4 Standar Operational Prosedur
Gambar 4.1 Standar Operational Prosedur Konseling
Pra Testing HIV
Testing HIV
Konseling Pasca Testing HIV
Positif Negatif
Terapi Antiretroviral
Risti Diulang Setelah 3 Bulan
4.5 Wawancara Penanganan HIV-AIDS di Rumah Sakit HKBP Balige
4.5.1 Pernyataan Informan tentang sertifikat pelatihan khusus HIV-AIDS
Tabel 4. 2 Matriks Pernyataan Informan tentang sertifikat pelatihan khusus HIV-AIDS
Informan Pernyataan
Informan 2 “Semuanya sudah dapat sih kak sertifikasinya. Kan gak dijabarkan
sih kak sertifikatnya seperti apa. Kalau saya sih kak pernah mengikuti observasi di VCT-nya Adam Malik eh di VCT-nya
Pirngadi. Megang pasien juga disana. Ikut pelatihan juga ke Jakarta. Tapi itu diluar pelatihan yang dibuat Kemenkes sih.
Biasanya mereka membuat pelatihan rutin per tahun tapi 2 tahun belakangan ini gak ada.
..” Informan 3
“Benar. Semua sudah. 2 orang disini konselor, kita juga sudah dapat sertifikat konselor profesional yang dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi. Jadi sebelum kita jadi konselor di tahun 2007 saya sudah dilatih sama Dinas Kesehatan provinsi untuk
mendapatkan sertifikat konselor profesional. Semuanya sudah, manajer kasus, konselor, dokter, jadi kalo misalnya dilihat data-
datanya Dinas Kesehatan Provinsi mana-mana aja yang udah dilatik, pasti nama-namanya sudah ada disitu.
..” Informan 4
“Sebenarnya kalau untuk sertifikat kan dek belum ada sertifikat yang sah seperti itu. Cuman kita kan seringnya mengikut
pelatihan-pelatihan di Dinkes misalnya kan ke Jakarta, ke Medan gitu kan. Tapi sering juga walaupun mengikuti pelatihan kek gitu
gak terus ada sertifikatnya seperti itu walaupun resmi dari Dinkes.
..” Informan 5
“Gak tau dek...” Informan 6
“Kalo masalah sertifikat saya gak tau. Yah mungkin mereka dapat. Tanya aja nanti sama bu Oka ya dek. kalo saya hanya
bagian memberikan obat aja nya itu pun kalo diminta. Kalo urusan itu saya tidak tau. Karna ruangan pun kan terpisahnya
dek
..” Informan 7
“Ya ada...” Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa tenaga pelaksana
di klinik VCT-CST telah mendapat pelatihan dari Dinas Kesehatan Provinsi dan sering mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan namun hanya konselor yang
mendapatkan sertifikat untuk tenaga pelaksana yang profesional.