Pernyataan Informan tentang proses Capasity Building

setelah mengonsumsi ARV, barulah di dampingi manajer kasus. ..” Informan 4 “Kalo pengobatan ARV itu kan dek untuk pasien baru, 1 minggu dulu dikasih baru 2 minggu baru 1 bulan. Kalo udah lama dan terbiasa, baru lah dikasih 1 bulan. Tapi kan dek kalo pasiennya ada penyakit lain seperti penyakit kulit atau TB kan dek, itu dulu yang diobati barulah kira-kira beberapa minggu kita kasih ARV nya. ..” Informan 5 “Seperti yang saya bilang tadi kan dek kami berkoordinasi dengan dokter. Kalo jenis-jenis ARV yang digunakan atau apa laah itu saya tidak tau. Tapi yang saya tau dimana ruangan pasien yang memang terapi ARV. Kalo misalnya ada pasien rawat inap yang HIV juga, kami yan perawat ini hanya membantu pemasangan infus, kalo yang mencheck-check itu ya tugas dokterlah. Kami hanya membantu tugas dokter saja...” Informan 6 “Kalo dokter udah meresepkan, yah saya tinggal kasih obatnya. Selebihnya itu urusan mereka. ..” Informan 7 “Kalo masalah testing HIV kan dek mereka yang dari VCT nanti bawa orangnya langsung ke lab ini. Jadi kami ambil darahnya, terus kalo hasilnya keluar kami langsung ngasih ke orang di VCT atau mereka yang datang kesini untuk menjemput hasilnya. Jadi kami tidak ada berurusan dengan orang HIV selain ngambil darahnya aja. ..” Informan 8 “Saya kan disini sebenarnya karna di rujuk dari Jakarta. Jadi saya disini hanya pengobatannya saja melanjutkan yang di Jakarta. tapi selama disini saya selalu didampingi sampai saya bekerja. ..” “Iya dek. Dulu waktu saya ke Balige kulit saya jelek, ada bercak- bercak hitam. trus infeksinya juga udah komplikasilah kayak TB Paru, meningitis, sama toxoplasma. Jadi waktu itu saya dikasih obat dulu yang ketiga-tiganya kan. Baru setelah 2 minggu dikasih obat ARV. Jadi itu ada jam-jam nya untuk meminum obatnya. Misalnya jam 7 minum obat TB, jam 8 minum obat meningitis, jam 9 minum ARV. Gitu lah dek. Minum obat TB kemarin sampe 1 tahun. Sekarang udah sembuh. ..” Informan 9 “Saya kan pasien rujukan dari RS Sibolga. Saya minta yang terdekat dan saya dirujuk kesini. Lagian biar saya bisa pulang balik Sibolga Balige daripada saya ke Medan kan. Jadi pas saya dirujuk kesini bulan Agustus kemaren saya di beritahu tentang HIV. Pokoknya saya dikasih tau tentang informasi-informasi HIV- AIDS itulah. Bagaimana supaya saya tidak sampe terkena AIDS. Baru saya dikasih obat ARV. Nah, ini baru kedua kalinya saya kesini sekalian membawa anak-anak saya untuk di test HIV. Selama ini obat saya selalu dikirim ke Sibolga. Tapi mereka belum pernah datang secara langsung ke Sibolga. Mereka hanya menanya kabar saya dan mengingatkan saya supaya tidak lupa minum obat melalui telpon. ..” Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa proses pelaksanaan capasity building sesuai dengan SOP di Rumah Sakit yaitu pasien yang datang akan di berikan konseling terlebih dahulu, kemudian dilakukan testing HIV. Setelah hasilnya keluar, maka pasien tersebut akan diberikan konseling lagi untuk memberitahukan hasil dari test HIV. Jika hasilnya positif maka akan diberikan terapi ARV. Akan tetapi jika pasien masih memiliki infeksi opportunistik seperti TB, meningitis, toxoplasma atau yang lainnya, maka penyakit itu yang terlebih dahulu diobati, lalu setelah 2 minggu pengobatannya, terapi ARV bisa dilakukan dan ODHA akan diberikan pendampingan. Namun, dapat diketahui juga bahwa tidak semua petugas kesehatan di VCT-CST mengetahui SOP-nya.

4.5.9 Pernyataan Informan tentang kendala dalam melaksanakan

program Capasity Building Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan tentang kendala dalam melaksanakan program Capasity Building Informan Pernyataan Informan 2 “Kendalanya gak ada sih. Mungkin kadang-kadang harus ngomong berkali-kali ke orang-orang yang tingkat pendidikannya rendah, harus dicari metode konseling yang lebih baik untuk menerangkan lebih jelas ke mereka habis itu belum lagi kalo keluarganya datang harus benar-benar kita pastikan kalo keluarganya itu tidak punya diskriminasi sama dia. Kalo untuk pengobatannya lagi-lagi terbentur di fasilitas lah itu kek salah satu contohnya kita harus kirim darah ya kan. Trus untuk pemeriksaan global fungsi yang gak ada disini. ..” Informan 3 “Kendalanya paling kalo misalnya yang kita konselingin yang pendidikannya rendah. Jadi ngomongnya pun harus berulang- ulang sama mereka baru mereka ngerti. Kalo masalah obat nanti tanya sama dokternya ya. ..” Informan 4 “Kadang masyarakat menganggap bahwa HIV-AIDS itu karna seks bebas. Apalagi kayak kita orang Batak kan dek itu diangap tabu apalagi sama orang-orang tua dulu. jadi kalo kita melakukan kunjungan ke rumah pasien, kadang keluarganya mengusir kita. Padahal kita menganggap mereka sebagai dampingan kita kan dek jadi kami merasa kalau kunjungan ke rumah itu sangat penting, gak cuman di Rumah Sakit aja. Tapi keluaga mereka bilang ngapain terus-terusan datang kesini. ..” Informan 5 “Kendalanya mungkin dari diri kami sendiri lah. Ketakutan ketika memasang infusnya. Emang kami gunakannya sarung tangan supaya mencegah tertularnya HIV-AIDS. Tapi kan kami bisa saja lalai. Kayak waktu itu ada yang gak sengaja tertusuk jarum pasien HIV. Untung dokternya langsung ngasih profilaksis. Itu sih kendalanya lebih cenderung ketakutan dari diri sendiri...” Informan 6 “Gak ada sih dek. Palingan kalo stok obat habis yah gimana cara membagi ratakannya lah sama pasien terapi ARV itu. ..” Informan 7 “Gak ada dek. Karna kan reagen kita udah lengkap semuanya. Jadi hasilnya bisa cepat keluar. ..” Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa ada kendala dalam pelaksanaan program capasity building yaitu ketersediaan sarana dan prasarana yang kurang serta masih tingginya stigma di masyarakat terkait HIV- AIDS. 4.5.10 Pernyataan Informan tentang proses Komunikasi, Informasi, dan Edukasi KIE Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan tentang proses Komunikasi, Informasi, dan Edukasi KIE Informan Pernyataan Informan 1 “Kita melaksanakan mobile klinik atau turun ke tempat-tempat yang beresiko tinggi HIV-AIDS seperti di Lapas untuk mengadakan pemeriksaan-pemeriksaan HIV dan PMS juga mengadakan penyuluhan dan pelatihan ke sekolah-sekolah dengan kerjasama dengan lintas sektoral seperti Diknas, Kepolisian. ..” Informan 2 “Hmm,, saya terlibat juga di KIE, kayak misalnya kita home visite kan ke rumah pasien walaupun aku misalnya jarang cuman 2 kali sebulan. Lebih sering teman-teman yang lain disitu. Disitu kan biasanya mengunjungi pasien yang jelek kondisinya, yang gak punya duit dan gak punya ongkos kemari. Atau pasien-pasien yang udah lost contact kita cari-cari lagi. Mobile klinik ikut juga 2-3 kali sebulan. ..” Informan 3 “Kita membuat beberapa penyuluhan di sekolah, gereja, instansi, organisasi. Baru buat talkshow di radio, pelatihan-pelatihan untuk anak sekolah biasanya ada utusan sebanyak 20-30 orang dalam 1 sekolah, gitu. Itu saja. ..” Informan 4 “Yah kita mengadakan sosialisasi kayak misalnya ke cafe-cafe ke pasar-pasar dan bagi-bagi brosur juga. ..”