ada CT-Scan disini. Kita biasanya ngirim pasien itu ke RS Materna. Dan juga antigen-antigen yang komit belum ada,
makanya kemarin itu ada 1 pasien yang kita kirim darahnya ke Jakarta untuk pemeriksaan darah.
..” Informan 3
“Peralatannya sudah lengkap...” Informan 4
“Peralatan pemeriksaan fisik lengkap...” Informan 5
“Tanya sama mereka ya dek...” Informan 6
“Kalo reagen-reagennya lengkap. Makanya bisa tau dia HIV atau tidak...”
Informan 7 “Kalo untuk peralatan laboratorium pemeriksaan darah lengkap
semua dek.reagen 1, 2 dan 3. ..”
Informan 8 “Kalo pemeriksaan infeksiku kemaren gak disini dek. Karna
belum bisa kan gak ada disini..” Informan 9
“Saya kan kena HIV dari suami saya. Suami saya sudah meninggal bulan lalu. Waktu suami saya masih hidup pernah
berobat disini. Suami saya selain kena HIV juga ada masalah di bagian dalamnya. Cuman disini gak ada alat pemeriksaannya
makanya dibawa ke Adam Malik...
” Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa di Klinik VCT-
CST RS HKBP Balige telah memiliki peralatan laboratorium lengkap yairu reagen 1,2 dan 3. Akan tetapi, untuk peralatan pemeriksaan fisik seperti Global
Fungsi belum ada.
4.5.5 Pernyataan Informan tentang ketersediaan obat-obatan dalam
penanganan HIV-AIDS di Rumah Sakit HKBP Balige Tabel 4.6
Matriks Pernyataan Informan tentang ketersediaan obat- obatan dalam penanganan HIV-AIDS di Rumah Sakit HKBP
Balige
Informan Pernyataan
Informan 2 “Kalo ketersediaan obat ARV nya, kalo di kita sih yah udah
lengkap. ..”
“Cuman masalah di kimia farmanya sering telat- telat ngirim. Alasan mereka waktu itu mereka sibuk dengan rapat-rapat atau
stok obat mereka dari subdit AIDS Jakarta belum sampai ke daerah. Jadi kemarin untuk ngakalin itu kita harus minjam obat
dari Rumah Sakit Bhayangkara di Medan dan stok obat disini kita ngasihnya sedikit-sedikit ke pasien biar semuanya dapat. Jadi
aturannya mereka bisa dapat stok sebulan nih, nah nanti jadinya kita kasih seminggu atau dua minggu tapi mereka harus tetap
ngambil lagi.
..”
“Kalo ketersediaan obat profilaksis ada. Dan kita sekarang gak pake terapi dari Kemenkes sih, karna udah agak mundur. Kita
pakenya sesuai dengan WHO. Kan kalo Kemenkes itu masih ada pilihannya 4 biji kan tapi ada WHO keluarin 2013 jadi semua
pasien kasih aja obat TDF, 3TC sama EFV ,gitu.kalo pilihan terapi itu WHO tapi untuk penjatahan obatnya dari Kemenkes. Obat
simtomatik dan analgesic ada. Biasanya kita minta dari Dinkes Provinsi. Tapi kalo untuk obat Metadon dan buprenorfin itu gak
ada. Yang ada di RS Djasamen Saragih.
..” Informan 3
“Kalo ketersediaan obat ARV, misalnya 120 orang yang mengkonsumsi ARV kita laporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi
hanya jatah untuk 120 yang dikirim, gitu. Jadi kalo misalnya ada penambahan atau stok-stok awal atau ada yang baru memulai
ARV, itu langsung kita lapor supaya obatnya dikirim ke bulan berikutnya. Jadi tergantung berapa jumlah pasien yang
mengkonsumsi ARV disini yang dilapor ke Dinkes Provinsi, itulah yang dikirim untuk sediaan stok obatnya. Oleh karna itu, si
pasien gak bisa menerima obatnya sekali 2 bulan.
..” “Sampai saat ini obat belum pernah terlambat dikirim. Kalo pun
misalnya nanti ada, mungkin dokter akan memberikan regimen- regimen yang lain untuk pengobatannya.
..” Informan 4
“Kalo ketersediaan obat ARV lengkap juga sih dek. Karna kan setiap sebelum tanggal 25 kita harus membuat laporan obat ke
Dinas Kesehatan Provinsi dan itu online kan dek. ...”
“Kalo obat metadon itu adanya di Siantar dek. Disini gak ada...” “Pernah sih dek kehabisan stok. Jadinya dibagi-bagilah ke pasien
itu jadi per minggu. Atau kalo memang kekurangan obat kita minta tolong sama Rumah Sakit Bhayangkara Medan kan yang
rumah sakit rujukan HIV juga.
..” Informan 5
“Kalo obat ARV-nya lengkap lah karna kan langsung dikirim ke instalasi farmasi..”
Informan 6 “Tugas saya disini, nanti kalo dokternya udah ngeresepkan, aku
tinggal ngasih obatnya. Itu aja sih keterlibatan saya. Kalo yang selebihnya mereka yang lebih tau. Cuman karna syarat dari Dinas
Provinsi obat ARV ini harus dibawah instalasi farmasi, makanya obat itu ditarok disini. Tapi lengkap kok untuk ARV.
..” “Obat ARV pernah terlambat. Karna waktu itu lebaran, udah tau
sendiri di Dinas Provinsi kek mana kan? Libur. Dan yang paling logikanya kalolah laporan kami terlambat. Otomatis obatnya
terlambat. Kan itu ada SOP nya mereka kan. Ketetapannya kan setiap tanggal 25 tiap bulannya harus udah tutup buku, laporan
harus udah dikirimkan kan via email ke Dinas Provinsi. Itu ada alurnya lagi sama mereka berapa lama diperiksa sampai
diserahkan ke Kimia Farma.
..” Informan 7
“Tanya sama apoteker ya dek..” Informan 8
“Stok obat pernah kurang. Karna pernah kami dapat obatnya jadi