Konseling Sesudah Testing HIV

Untuk diketahui, test yang biasanya dikerjakan adalah test ketahui, test yang biasanya dikerjakan adalah test secara tidak langsung, yakni mendeteksi antibody. Bila antibodi terhadap HIV positif, berarti ada HIV dalam darahnya. Ada selang waktu sekitar tiga bulan sejak seseorang terinfeksi ketika test darah negatif tetapi sebetulnya sudah ada HIV dalam darahnya. Test negatif berarti tidak ada infeksi HIV sampai dengan 3 bulan sebelum test darah. b. Paparan HIV berikutnya hanya dapat dicegah dengan menghindari perilaku beresiko tinggi. Perlu dijelaskan dengan gambling tentang perlunya tidak melakukan hubungan seksual kecuali dnegan suamiisteri, menerapkan seks aman, atau menghindari pinjam-meminjam jarum suntik Djoerban, 2001. 2 Konseling untuk hasil test positif Orang dengan hasil test positif harus diberitahu secepatnya. Diskusi awal membahas berita tersebut harus bersifat amat pribadi dan dirahasiakan. Setelah beberapa waktu yang diperlukan klien untuk menyesuaikan diri, klien dijelaskan arti dari HIV positif. Saat tersebut bukan saatnya membahas mengenai pengobatan dan berapa tahun harapan hidupnya. Yang lebih penting dibahas adalah pemahaman tentang shock akibat diagnosis positif terinfeksi HIV dan menawarkan dukungan. Juga penting untuk memberikan semangat dan harapan, bahwa berbagai masalah yang terbentang di depan klien dapat dipecahkan Djoerban, 2001. Reaksi penerimaan penjelasan tentang infeksi HIV sangat individual tergantung beberapa hal: a. Keadaan kesehatan klien. Orang yang sedang sakit seringkali bereaksi lambat. Reaksi yang sebenarnya baru muncul setelah keadaan kesehatannya membaik. b. Persiapan klien menerima kabar. Orang yang sama sekali tidak mempunyai persiapan mungkin reaksinya jauh berbeda dengan orang yang siap mendengar kabar bahwa ia terinfeksi HIV. c. Seberapa jauh dukungan masyarakat sekitarnya, dan seberapa mudah ia menelepon atau menceritakan masalah ini kepada teman-temannya. Beberapa faktor ikut mempengaruhi reaksi seseorang dalam menerima kabar terinfeksi HIV, yaitu kepuasan kerja, kehidupan berkeluarga dan ikatan keluarga, serta kesempatan rekreasi. Reaksi ini bias menjadi semakin buruk bila ada factor riwayat social yang terisolir, kemiskinan, masa depan pekerjaan suram, dukungan keluarga minimal, dan tempat tinggal yang buruk. d. Kondisi psikologis dan kepribadian sebelum tes HIV. Bila ada tekanan kejiwaan sebelumnya, reaksi penerimaan mungkin berbeda dan memerlukan penatalaksanaan yang berbeda. e. Nilai budaya dan agama yang berkaitan dengan AIDS, sakit dan kematian. Di masyarakat dengan keyakinan adanya kehidupan sesudah mati, atau suasana keagamaan yang kental, maka pemberian informasi bahwa seseorang teinfeksi HIV lebih mudah diterima dengan tenang Djoerban, 2001.

2.8 Testing HIV

Prinsip testing HIV adalah sukarela dan terjaga kerahasiaannya. Testing dimaksud untuk menegakkan diagnosis. Terdapat serangkaian testing yang berbeda-beda karena perbedaan prinsip metode yang digunakan. Testing yang digunakan adalah testing serologis untuk mendeteksi antibodi HIV dalam serum atau plasma Murni, 2009. Spesimen adalah darah klien yang diambil secara intravena, plasma atau serumnya. Pada saat ini belum digunakan spesimen lain seperti saliva, urin, dan spot darah kering. Penggunaan metode testing cepat rapid testing memungkinkan klien mendapatkan hasil testing pada hari yang sama. Tujuan testing HIV ada 4 yaitu untuk membantu menegakkan diagnosis, pengamanan darah donor skrining, untuk surveilens, dan untuk penelitian. Hasil testing yang disampaikan kepada klien adalah benar milik klien. Petugas laboratorium harus menjaga mutu dan konfidensialitas. Hindari terjadinya kesalahan, baik teknis maupun manusia dan administratif. Petugas laboratorium perawat mengambil darah setelah klien menjalani konseling pra testing Depkes RI, 2006.

2.9 Terapi Antiretroviral ARV

Dahulu kita sering mendengar bahwa AIDS disebut sebagai penyakit yang tidak ada obatnya. Ini adalah istilah yang salah. Sebagian besar infeksi oportunistik dapat diobati, bahkan dicegah, dengan obat yang tidak terlalu mahal dan tersebar luas. Dan sekarang ada obat yang lebih canggih yang dapat memperlambat kegiatan HIV menulari sel yang masih sehat. Obat ini disebut obat antiretroviral Murni, 2009. Dalam pengobatan HIV, tidak boleh memakai satu jenis obat saja. Kita harus memakai kombinasi tiga macam obat ARV yang berbeda agar terapi ini efektif untuk jangka waktu yang lama. Terapi ini disebut terapi retroviral atau ART. ART dulu sangat mahal, tetapi sekarang tersedia gratis untuk semua orang di Indonesia dengan subsidi sepenuhnya oleh pemerintah, melalui sejumlah Rumah Sakit yang ditetapkan sebagai rumah sakit rujukan ARV Murni, 2009. ART hanya berhasil jika dipakai secara patuh, sesuai dengan jadwal, biasanya dua kali sehari, setiap hari. Kalau dosis terlupakan, keefektifan terapi akan cepat hilang. Beberapa orang akan mengalami efek samping ketika memakai ART, terutama pada minggu-minggu pertama penggunaannya. Penting sekali pengguna ART diawasi oleh dokter yang berpengalaman dengan terapi ini. Murni, 2009.

2.10 Komite HIV-AIDS

Menurut Loly, yang dikutip oleh Suzanna C Hutagalung 2011, Komite HIV-AIDS adalah salah satu organisasi peduli AIDS yang didirikan HKBP sebagai wujud perhatian gereja dalam penanganan HIV-AIDS. Komite ini dibentuk dengan tujuan : 1. Meningkatkan kualitas spiritual anggota gereja untuk mampu memelihara dirinya mencegah penularan HIV-AIDS sehingga tidak terinfeksi HIV-AIDS dan penyalahgunaan NAPZA. 2. Merawat, mengobati dan mendukung meningkatkan kualitas hidup ODHA dan penyalahgunaan NAPZA.