Rumah Sakit Rujukan ODHA

Rumah sakit rujukan ODHA bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan. Monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan kesehatan bagi ODHA dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan dan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit sesuai tugas dan fungsi masing-masing. Menteri Kesehatan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, dan Kepala Dinas Kesehatan KabupatenKota melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaannya KEPMENKES, 2012. Rumah Sakit Rujukan ODHA berada pada strata III dan strata II. a. Rumah Sakit Rujukan strata III Layanan yang ditawarkan dapat berupa layanan rawat jalan maupun layanan rawat inap. Untuk layanan rawat inap secara umum digambarkan sebagai berikut: 1 Ketenagaan Ketenagaan yang dimaksud adalah: 1 Memiliki tim pokja HIV-AIDS yang melibatkan tenaga dan bagian yang terkait dan dipimpin oleh seorang ketua ; 2 Tenaga klinis yang berpengalaman di bidang HIV-AIDS dokter, perawat atau telah dilatih PDP dasar dan lanjutan; 3 Konselor; 4 Pekerja sosial; 5 Teknisi laboratorium yang terlatih termasuk untuk tes CD4, pemeriksaan kimia darah yang canggih dan bila mungkin untuk pemeriksaan viral load; 6 Tenaga ahli laboratorium; 7 Tenaga ahli farmasi; 8 Tenaga khusus untuk pencatatan dan pelaporan yang sudah dilatih dalam bidang pemantauan dampak ART ART monitoring. 2 Paket Layanan dan Kegiatan Canggih Paket layanan dan kegiatan yang dimaksud adalah: 1 Tatalaksana klinis dan medis HIV; 2 Diagnosis dan tatalaksana efek samping obat; 3 Penilaian dan pemeriksaan kemungkinan adanya kegagalan terapi atau resisten terhadap terapi ARV dan pemberian terapi ARV; 4 Dukungan kepatuhan berobat; 5 Rujukan balik ke rumah sakit sasaran layanan di bawahnya untuk tindak lanjut perawatan kronis. 3 Obat, Sarana Laboratorium, dan sumber daya lain Obat, sarana laboratorium dan sumber daya lain meliputi: 1 Sarana laboratorium canggih seperti: pemeriksaan CD4, pemeriksaan serologi HBV, HCV, sifilis, kimia darah tes fungsi hati, ginjal, pemeriksaan mikrobiologi; 2 Ketersediaan obat ARV dan obat untuk terapi infeksi opportunistik yang rumit atau pada penyakit tahap lanjut; 3 Formulir rujukan untuk menajga kesinambungan perawatan kronik HIV. b. Rumah Sakit Rujukan strata II Layanan Rumah Sakit strata II terdiri dari rawat jalan, rawat inap, laboratorium, farmasi dan radiologi. Dilengkapi dengan mekanisme rujukan ke program lain seperti klinik TB, klinik KIA, klinik IMS, klinik KB, dan sebagainya. 1 Ketenagaan Ketenagaan yang dimaksud adalah: 1 Memiliki tim pokja HIV-AIDS atau seorang koordinator yang bertanggung jawab atas perencanaan, pelaksanaan dan monitoringevaluasi dari perawatan dan pengobatan HIV dengan melibatkan ODHA yang terpilih atau petugas kesehatan untuk mengkoordinasikan kegiatan pertemuan berkala dengan berbagai pihak, seperti misalnya pertemuan klien, pertemuan klinik, dsb; 2 Untuk tatalaksana klinis diperlukan tenaga dokter, perawat, konselor, manajer kasus, tenaga farmasi apoteker, analis laboratorium yang telah dilatih dan juga harus memiliki ODHA yang berfungsi sebagai pendukung kepatuhan makan obat dan kelompok dukungan sebaya. 2 Layanan dan Kegiatan Layanan dan kegiatan yang dimaksud adalah: 1 Pemberdayaan daan koordinasi pada para pelaku utama, termasuk ODHA; 2 Konseling dan test HIV; 3 Layanan klinis dan terapi ARV; 4 Dukungan psikologis dan sosioekonomi; 5 Pencegahan HIV 3 Obat, Sarana Laboratorium dan sumber daya lain Obat, Sarana Laboratorium dan sumber daya lain meliputi: 1 Test HIV; 2 Pemeriksaan klinis yaitu peralatan laboratorium; 3 Obat: Obat untuk terapi dan profilaksis Infeksi Opportunistik, obat ARV Zidovudine, lamivudin, Nevirapine dan Efavirenz, dan obat untuk terapi substitusi metadon, buprenorfin; 4 Pencegahan: kondom, paket peralatan suntik steril yaitu jarum suntik dan semprit, usapan alkohol, pasokan obat untuk kewaspadaan universal; 5 Monitoring dan Evaluasi: Formulir catatan medis kartu pasien, ikhtiar perawatan HIV dan Terapi Antiretroviral ARV, follow-up perawatan pasien dan terapi ARV, register pra ART, register ART, laporan bulanan dan laporan kohort, kartu atau formulir rujukan pasien Depkes RI, 2007. Infeksi Opportunistik dan penyakit yang ditangani di Rumah Sakit rujukan strata II meliputi: 1. Pernafasan: TB, Pneumonia 2. Neurologis: Toksoplasmosis, Kiptokokosis, Meningitis 3. Kulit dan Mukosa: Kandidiosis, Herpes Simpleks, Herpes Zoster, Dermatitis Seboroik 4. Diare 5. Demam: Septisemia 6. Infeksi virus sitomegali 7. Kanker leher rahim

2.6 Perawatan Penderita AIDS

Bila kasus AIDS semakin banyak ada baiknya dipikirkan membuat Unit AIDS tersendiri. Keuntungan dan kerugian membuat unit tersebut, dibandingkan dengan merawat penderita di unit-unit lain yang tersedia, adalah sebagai berikut: Unit AIDS tersendiri: 1. Koordinasi lebih mudah. Smeua sarana, termasuk sarana administrasi dapat direncanakan berada di suatu tempat. 2. Penderita-penderita dapat bergaul baik satu dengan yang lain. 3. Staf yang berpengalaman dan betul-betul berminat merawat penderita AIDS dapat dipusatkan di satu unit. 4. Rumah sakit dapat menghemat biaya pendidikan dan pelatihan untuk staf yang lain dan dapat menghindari masalah dengan staf yang tidak bersedia merawat. 5. Memperkuat rasa persatuan antar staf. 6. Pelayanan penderita menjadi lebih baik. Sarana dan tenaga terlatih dapat dipusatkan untuk daerah dengan jumlah kasus rendah. 7. Memudahkan riset di daerah yang kasusnya banyak. Pasien dirawat di unit yang sudah ada di rumah sakit: 1. Penderita-penderita penyakit lain di ruang yang sama merasa keberatan 2. Semua staf rumah sakit mendapat kesempatan merawat penderita AIDS dan kecemasan serta ketakutan staf dapat dikurangi. 3. Memudahkan penderita mendapatkan pelayanan medik khusus di unit lain seperti hematologi, onkologi dan jantung. 4. Memudahkan penderita berkumpul dengan sanak saudara dan teman yang berkunjung, terutama di daerah yang kasusnya masih amat jarang. 5. Tidak memerlukan tenaga dan biaya yang banyak. Murni, 2009 Dianjurkan untuk membentuk tim inti yang terdiri dari beberapa dokter, perawat dan pekerja sosial. Tim ini bertugas mengorganisir seluruh pelayanan AIDS di rumah sakit. Penderita AIDS rawat inap akan dirawat oleh dokter yang ada di unit-unit seperti tersebut diatas, yang bergabung dalam Tim Dokter Khusus. Bila ada kesulitan akan dikonsultasikan kepada dokter-dokter yang tergabung dalam Tim Konsultasi Multidisiplin Murni, 2009.

2.7 Konseling HIV

Konseling adalah hubungan kerjasama antara konselor dan klien untuk membantu klien memecahkan masalah yang dihadapinya. Konseling mencakup bantuan kepada klien mengenal perilakunya yang memudahkannya tertular HIV.