Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa kerjasama VCT- CST dengan Puskesmas yaitu jika pasien di Puskesmas dicurigai terkena HIV-
AIDS, maka Puskesmas harus segera merujuknya ke VCT-CST, dan apabila tenaga pelaksana di VCT-CST yang menemukan kasusnya, maka Puskesmas
tempat ODHA tinggal, berhak menerbitkan surat rujukan ke VCT-CST. Kerjasama dengan Dinas Kesehatan baik Provinsi maupun Kabupaten mengenai
permintaan dan pelaporan serta Dinas Kesehatan Kabupaten melakukan pengawasan berkala terhadap pelaksanaan kegiatan di VCT-CST.
4.5.14 Pernyataan Informan tentang keterlibatan LSM
Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan tentang keterlibatan LSM Informan
Pernyataan
Informan 2 “Sebenarnya ini VCT. VCT punya Rumah Sakit. Nah Komite
HKBP ada LSM sebenarnya. Jadi kita kayak kerjasama dengan LSM nya gereja sama Rumah Sakitnya gereja.
..” Informan 3
“Kalo LSM di Tobasa ini belum berdaya untuk penanggulangan HIV, jadi sepertinya LSM-LSM diluar Tobasa banyak sih yang
kita juga ikut kerjasama sama mereka misalnya GALATEA, Medan Plus, Siantar Plus, Siantar Support, gitu.
..” Informan 4
“Ada disini dek LSM namanya SANTOSA yang tadi kakak bilang. Jadi mereka seperti organisasi gereja juga. Cuman mereka
itu juga kan dampingan kitanya. Jadi kita saling terikat satu sama lain. Jadi kalo ada pasien baru yang terapi ARV kan dek langsung
kita rujuk ke mereka supaya bergabung dan jadi teman sharing mereka. Tapi kan kalo ngambil obat juga dari sininya dek. Jadi
saling bekerjasama.
..” Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa adanya
keterlibatan LSM terhadap penanganan HIV-AIDS di klinik VCT-CST RS HKBP Balige, baik dari dalam daerah maupun dari luar daerah.
4.5.15 Pernyataan Informan tentang sistem pelaporan
Tabel 4.16 Matriks Pernyataan Informan tentang sistem pelaporan Informan
Pernyataan
Informan 1 “Sistem pelaporan ke Dinkes Provinsi harus melalui Dinkes
Kabupaten sekalipun itu online karna kita juga punya formulir pelaporannya secara online. Dan jika ditemukan kasus atau
tersangka HIV-AIDS di VCT RS HKBP Balige harus dilaporkan kesini. Minta reagen juga harus melalui Dinkes ini baru
dilaporkan ke Dinkes Provinsi. Jadi reagen yang kita butuhkan untuk pelaksanaan di VCT kita minta dari provinsi dan digunakan
di VCT RS dengan pengawasan berkala dan harus dilaporkan juga kesini. Pelaporannya harus perbulan.
..” Informan 2
“Kalo masalah pelaporannya sih aku gak ikut ngelaporin. Paling laporan ke manajer case nya ke Diakones Oka. Tapi menurutku
sih pelaporannya lancar-lancar aja sih. Selalu tiap bulan itu ontime dikirim.
..” Informan 3
“Pelaporan ke Dinas Kesehatan kan ada beberapa laporan, kayak: Pelaporan obat. Setiap bulan kan kita harus melaporkan obat,
kemudian pemakaian reagen. Karna setiap apa yang diberikan pemerintah untuk kita, selalu kita laporkan, gitu. kemudian
penemuan kasus. Kalo ada baru yang ingin mengonsumsi ARV, itu langsung kita lapor supaya bulan depan obatnya langsung
dikirim
...” Informan 4
“Kan kalo obat kita udah mau habis kita harus melapor. Nanti sebelum tanggal 25 kita laporkan jumlah kasus kita ke Dinkes
Provinsi secara online. Jadi obat ARV nya di kasih bulan depan sesuai jumlah ODHA yang terapi ARV disini dek. Kalo ke Dinkes
Kabupaten acc surat nya juga dek. Misalnya seginilah jumlah reagen yang kami minta dari Dinkes Provinsi trus kan dek kalo
dah datang obatnya kan dek kita laporkan juga ke mereka.
..” Informan 5
“Setau saya melapor ke Dinas Kesehatan Provinsi tentang obatnya. Tapi tanyakan lagi lah ke bagian farmasi karna
merekanya yang lebih tau itu...” Informan 6
“Kan tiap bulan ada laporannya ke Dinkes Provinsi. Berapa pasien kami dan segala macam dan obat apa yang dipakai kan. Dengan
itu ada memang program di Dinkes Provinsi itu kami tinggal ngentry. Nah itu ada rumusnya kalo pasien sekian berarti stok
obatnya segitu juga dikasih. Ada itu formnya. Nanti minta dikasih tunjuk sama bu Oka lah.
..” Informan 7
“Saya tidak tau. Yang saya tau kalo sistem pelaporan itu yah saya melaporkan hasil test HIV-nya ke klinik VCT. Selebihnya itu
urusan mereka. ..”