Pernyataan Informan tentang sistem pelaporan

Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa semua informan sepakat bahwa sarana dan prasarana yang digunakan di VCT harus dilaporkan ke Dinas Kesehatan. Pada pelaporan permintaan stok obat terdapat perbedaan pendapat antara Kabid PMK dan tenaga pelaksana di VCT-CST. Kabid PMK mengatakan bahwa sistem pelaporan ke Dinkes Provinsi harus melalui Dinkes Kabupaten meskipun pelaporannya online karena di Dinkes Kabupaten ada formulir pelaporan stok obat secara online, sedangkan tenaga pelaksana di VCT- CST mengatakan bahwa mereka yang melapor dan mengentri data permintaan stok obat ke Dinkes Provinsi, sementara pelaporan ke Dinkes Kabupaten jika obatnya sudah datang dan digunakan jumlah ODHA yang menggunakan. BAB V PEMBAHASAN

5.1 Masukan

Input Terdapat beberapa aspek yang dikategorikan sebagai masukan input dalam penanganan HIV dan AIDS yaitu:

5.1.1 Tenaga Pelaksana

Tenaga pelaksana yang dibutuhkan dalam penanganan HIV dan AIDS di Rumah Sakit Rujukan Strata II adalah dokter, perawat, konselor, manajer kasus, farmasiapoteker, asisten laboratorium dan ODHA yang berfungsi sebagai konselor dan manajer kasus. Tenaga pelaksana tersebut sudah harus dilatih oleh tim Perawatan, Dukungan dan Pengobatan PDP. Hasil penelitian di Klinik VCT-CST Rumah Sakit HKBP Balige menunjukkan bahwa di Klinik VCT-CST tersebut tidak memiliki ODHA yang berfungsi sebagai konselor dan manajer kasus, sementara ODHA yang dihunjuk tersebut dapat berfungsi sebagai pendukung kepatuhan minum obat dan kelompok dukungan sebaya. Tenaga pelaksana memang sering mengikuti pelatihan tetapi yang mendapatkan sertifikat resmi dari Dinas Kesehatan Provinsi hanya konselor yaitu sertifikat konselor professional. Pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi atau pelatihan lainnya di luar Kabupaten tentunya belum mencukupi dan menjamin terlaksananya layanan HIV dan AIDS dengan baik. Oleh karena itu, masih diperlukannya suatu bimbingan teknis pasca pelatihan termasuk kegiatan supervisi. Kegiatan tersebut harus dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan daerah setempat melalui kemitraan dengan berbagai institusi layanan VCT baik swasta atau pemerintah di tingkat nasional atau provinsi bahkan tingkat kabupaten sekalipun untuk menghimpun para mentor yang cukup handal dalam memberikan bimbingan klinis ataupun pelatihan di tempat. Penelitian di Dinas Kesehatan Kabupaten Toba Samosir dengan wawancara menyatakan bahwa pernah diadakan penyuluhan kepada tenaga pelaksana dengan mengundang tim pelaksana yang didatangkan dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara ketika pertama sekali VCT terbentuk. Akan tetapi untuk saat ini, tidak pernah lagi diadakan pelatihan yang seperti itu. Sejalan dengan penelitian Purwaningtias 2007 yang menyimpulkan bahwa petugas kesehatan di RSUP Dr. Sardjito telah mengikuti training yang diselenggarakan oleh Depkes tentang penyediaan pelayanan HIV dan AIDS secara berkala.

5.1.2 Biaya Operasional

Selama ini dana penanggulanganan AIDS di Indonesia lebih banyak berasal dari pemerintah pusat dn bantuan luar negeri. Pemerintah daerah, kalangan bisnis serta masyarakat mempunyai potensi besar untuk ikut serta mendanai kegiatan penanggulangan AIDS di Indonesia. Peran pemerintah daerah hendaknya tercermin dari komitmen finansial dan peraturan daerahnya. Pemerintah daerah perlu berkonstribusi untuk mendukung upaya penanggulangan AIDS di daerahnya, konstribusi tersebut dapat berupa pengadaan tenaga, peningkatan fasilitas dan sarana rumah sakit, dana obat infeksi opportunistik dan obat ARV, serta dukungan dana untuk kegiatan penyuluhan dan pecegahan AIDS Depkes, 2007.