0.0 25.0 8.3 Peran Lembaga Swadaya Masyarakat terhadap Program Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat dalam Konteks Pembangunan Daerah: Kasus Mitra Proyek UNDP di Wilayah Jawa dan Lampung

96 Penilaian Kinerja LSM dalam Program PHBM 55,6 22,2 22,2 Baik Cukup baik Kurang baik Grafik 3. Penilaian Kinerja LSM dalam Program PHBM Berdasarkan hasil penilaian kinerja LSM dalam menjalankan program PHBML, diperoleh peringkat kinerja berdasarkan tingkat kinerja dan kategori fokus proyek UNDP Tabel 18. LSM 4 yang termasuk dalam kategori fokus proyek dalam pendampingan teknis memiliki kinerja paling baik dibandingkan dengan LSM lainnya. Sementara LSM 6 yang mengusung pendampingan teknis juga, menjadi LSM yang paling kurang baik kinerjanya dalam melaksanakan program PHBM dibandingkan dengan LSM yang lainnya. Dapat disimpulkan bahwa kategori fokus proyek dalam UNDP tidak mempengaruhi kinerja LSM dalam menjalankan proyek UNDP. Faktor-faktor lainnya misalnya basis pengetahuan tentang program PHBM, pengalaman pelaksana dan lembaga dalam program PHBM, pendekatan yang dilakukan, serta besar kecilnya permasalahan yang terjadi di masyarakat merupakan sebagian dari faktor penentu kinerja LSM. 97 Tabel 18. Peringkat Kinerja LSM dalam Program PHBM No Nama LSM Tingkat dan Peringkat Kinerja Kategori Fokus Proyek 1 LSM 4 Baik Pendampingan teknis 2 LSM 1 Baik Konservasi 3 LSM 3 Baik Konservasi 4 LSM 8 Baik Advokasi 5 LSM 9 Baik Advokasi 6 LSM 7 Cukup baik Advokasi 7 LSM 2 Cukup baik Konservasi 8 LSM 5 Kurang baik Pendampingan teknis 9 LSM 6 Kurang baik Pendampingan teknis Sumber: Hasil pengolahan data Dalam pelaksanaan proyek UNDP, penelitian ini menemukan beberapa kelebihan dan kelemahan dari setiap LSM dalam program PHBM Tabel 19. Temuan adanya kelebihan dapat dijadikan secara pemicu untuk lebih meningktakan kinerjanya. Sementara adanya kelemahan terhadap lembaga dapat dijadikan sebagai pelajaran berharga lesson learned sehingga kinerjanya lebih dapat ditingkatkan. 98 Tabel 19. Kelebihan dan Kelemahan LSM dalam Program PHBM No Nama LSM Kelebihan dalam Program PHBM Kelemahan dalam Program PHBM 1 LSM 1 • Lembaga dan pelaksana proyek mempunyai pengalaman yang panjang dengan program konservasi pantai hutan mangrove • Memiliki kedekatan dengan pihak pemerintah daerah • Lokasi proyek di pantai yang sudah terdegradasi parah dan memiliki kesulitan yang tinggi untuk merehabilitasinya • Karena programnya konservasi, masyarakat sulit memahami manfaatnya • Karena dampak yang dirasakan jangka panjang sehingga masyarakat tidak dapat langsung memperoleh dampaknya dalam jangka pendek • Munculnya isu tenurial yaitu konflik antara masyarakat dengan pemerintah daerah yang muncul terkait dengan tanah timbul tanah yang muncul akibat degradasi pantai 2 LSM 2 • Program yang diangkat spesifik dan unik serta hanya ada di lokasi proyek ini • Telah melakukan kerjasama dengan Departemen Kehutanan dan kalangan akademis setempat • Pengalaman lembaga dan pelaksana proyek terhadap program PHBM masih lemah • Lembaga dan pelaksana proyek tidak mempunyai basis pengetahuan dasar dan pemahaman yang cukup terkait dengan program PHBM • Pelaksanaan proyek belum sepenuhnya mencerminkan konsep dasar dan makna yang sesungguhnya tentang partisipasi dan PHBM • Dalam prakteknya, tidak terdapat proses pengorganisasian masyarakat • Lembaga tidak mengembangkan konsep kelembagaan yang kuat • Karena programnya konservasi, masyarakat sulit memahami manfaatnya • Karena dampak yang dirasakan jangka panjang sehingga masyarakat tidak dapat langsung memperoleh dampaknya 3 LSM 3 • Lembaga dan pelaksana proyek mempunyai kompetensi tentang kelola pesisir dan pulau-pulau kecil dalam program konservasi hutan mangrove • Program yang diangkat spesifik serta fokus pada isu pesisir dan pulau-pulau kecil • Pembuatan Kebun Rakyat yang dikelola secara kelompok • Adanya indikasi saling ketergantungan antara masyarakat dan lembaga karena pendampingannya telah berlangsung sekitar 10 tahun • Karena programnya konservasi, masyarakat sulit memahami manfaatnya • Meski sudah berlangsung selama 10 tahun namun dampak yang 99 No Nama LSM Kelebihan dalam Program PHBM Kelemahan dalam Program PHBM dan telah memberikan manfaat bagi masyarakat dirasakan oleh masyarakat masih belum sepenuhnya terasa 4 LSM 4 • Lembaga dan pelaksana proyek mempunyai pengalaman yang panjang dengan program sertifikasi ekolabel di hutan milik • Program yang diangkat spesifik, khas serta fokus pada sertifikasi ekolabel • Dukungan yang penuh dari pemerintah daerah Dinas Kehutanan dan Lingkungan, perguruan tinggi dan pihak swasta pengusaha kayu terkait dengan sertifikasi ekolabel • Mampu melakukan kolaborasi yang intensif antara LSM, pemerintah dan kalangan bisnis pengusaha • Bekerja pada hutan milik yang secara legalitas tidak menjadi masalah utama • Berhasil menfasilitasi masyarakat untuk memperoleh sertifikasi ekolabel dari LEI • Kesulitan dalam menyampaikan ide sertifikasi ekolabel karena dampaknya baru dapat dirasakan dalam jangka panjang • Masyarakat belum memiliki pengalaman dalam melakukan proyek yang berorientasi pada bidang konservasi 5 LSM 5 • Lembaga dan pelaksana proyek mempunyai pengalaman yang panjang dengan program pola kemitraan di wilayah proyek • Memiliki kedekatan dengan pihak pemerintah daerah • Belum tersedianya road map yang jelas atas pelaksanaan proyek • Belum adanya runtutan pemikiran yang lebih praktis yang dapat menjadi acuan • Masih belum ada koneksitas yang jelas antara tujuan proyek dengan basis pengorganisasian masyarakat yang selama ini menjadi bagian dari sebuah gerakan 6 LSM 6 • Lembaga mempunyai pengalaman yang panjang dengan pendampingan di masyarakat di dalam kawasan hutan negara Tahura • Program yang diangkat spesifik, khas serta fokus pada lokasi tertentu • Mengangkat isu ekowisata sebagai strategi untuk memperoleh pengakuan dari pemerintah agar masyarakat memperoleh akses terhadap sumberdaya hutannya • Mampu menaikkan posisi tawar bargaining power dihadapan pemerintah karena interaksinya cukup intensif • Kesulitan dalam memfasilitasi masyarakat untuk memperoleh pengakuan dari pemerintah karena status hutan negara dengan fungsi konservasi Tahura • Masyarakat belum memahami dengan benar tentang gagasan ekowisata sebagai instrumen untuk memperoleh pengakuan dari pemerintah • Produksi hasil hutan dan pertanian belum dapat dikembangkan lebih lanjut pengolahan pascapanen dan pemasarannya • Peran pemerintah desa belum optimal dalam mendukung program PHBM • Sistem kelembagaan internal masih lemah 100 No Nama LSM Kelebihan dalam Program PHBM Kelemahan dalam Program PHBM 7 LSM 7 • Lembaga dan pelaksana proyek mempunyai pengalaman yang panjang dengan program tanah simpen di kawasan hutan negara Perum Perhutani • Program yang diangkat spesifik, khas serta fokus pada lokasi tertentu • Keterlibatan dengan pemerintah daerah cukup intensif • Berhasil memfasilitasi masyarakat untuk memperoleh akses terhadap sumberdaya hutan melalui MoU dengan Perhutani • Menggunakan metode pendekatan penggalian status tanah dan penggunaannya sesuai dengan perspektif sejarah lokal sebagai dasar untuk menata ulang kepemilikan dan pengelolaan hutan • Mampu memfasilitasi kelembagaan di tingkat masyarakat sehingga menjadi kuat • Wilayah dampingan termasuk ke dalam kawasan hutan negara Perhutani • Batas-batas yang tidak jelas antara kawasan hutan negara Perhutani dengan kawasan hutan yang diklaim oleh masyarakat tanah simpen sehingga menimbulkan konflik • Perhutani mempunyai bukti legalitas yang lebih kuat dibandingkan dengan masyarakat 8 LSM 8 • Lembaga dan pelaksana proyek mempunyai kapasitas dan pengalaman yang panjang dengan program advokasi kebijakan untuk masyarakat adat di kawasan Taman Nasional • Program yang diangkat spesifik, khas serta fokus pada lokasi tertentu • Keterlibatan dengan pemerintah daerah cukup intensif • Dukungan dari masyarakat sangat besar untuk mewujudkan tujuan bersama • Produksi hasil hutan dan pertanian belum dapat dikembangkan lebih lanjut pengolahan pascapanen dan pemasarannya • Belum adanya titik temu tentang perbedaan kepentingan tenurial antara masyarakat adat dengan pihak Taman Nasinal • Tujuan untuk membuat peraturan daerah Perda tentang hak kelola hutan ulayat masih belum terwujud • Lokasi proyek yang mempunyai jarak yang jauh dari pusat pemerintahan daerah sehingga menyulitkan kerja advokasi 9 LSM 9 • Lembaga dan pelaksana proyek mempunyai pengalaman yang panjang dengan program HKm • Program yang diangkat spesifik, khas serta fokus pada lokasi tertentu • Berhasil memfasilitasi masyarakat untuk memperoleh akses terhadap sumberdaya hutan melalui ijin definitif HKm • Lokasi proyek dijadikan sebagai kampung belajar dari pihak lain karena keberhasilannya • Belum membuat strategi pemasaran sosial social marketing untuk melakukan perluasan dampak proyek di lokasi lainnya • Belum melibatkan pihak perguruan tinggi dan swasta untuk mengembangkan hasil hutan dan hasil pertanian 101 No Nama LSM Kelebihan dalam Program PHBM Kelemahan dalam Program PHBM • Mampu memfasilitasi kelembagaan di tingkat masyarakat sehingga menjadi kuat • Keterlibatan dengan pemerintah daerah cukup intensif • Dukungan dari masyarakat sangat besar untuk mewujudkan tujuan bersama • Mampu membangun kolaborasi dengan lembaga internasional ICRAF dalam mengembangkan proyek • Berhasil mengembangkan pola pertanian organik

5.3. Analisis Pengembangan Institusi Lokal

Untuk melihat peran LSM dalam program PHBM terkait dengan pengembangan institusi lokal dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat, terdapat 4 dimensi pengembangan institusi yaitu pengaturan tata kuasa tenurial dan pengaturan tata guna lahan, pengaturan tata produksi, dan pengaturan tata konsumsi.

5.3.1. Pengaturan Tata Kuasa Tenurial dan Pengaturan Tata Guna Lahan.

Isu kepastian dalam memperoleh akses dan kontrol terhadap lahan dan sumberdaya hutan merupakan isu yang paling banyak diangkat oleh LSM dalam proyek UNDP. Adanya kepastian akses atau pengusahaan adalah salah satu prasyarat penting untuk menuju pengelolaan hutan yang adil dan lestari. Permasalahan kepastian tenurial sebagian besar dipersoalkan pada kawasan yang dikelola oleh masyarakat yang difasilitasi oleh LSM dalam proyek UNDP ini menunjukkan adanya tumpang tindih dengan kawasan yang diklaim oleh negara sebagai kawasan hutan. Tumpang tindih penguasaan antara lain merupakan penyebab dari adanya ketidakpastian tenurial pada wilayah yang dikelola oleh masyarakat. Ketidakpastian penguasaan tenurial dan akses masyarakat terhadap hutan seringkali dilihat sebagai salah satu alasan mengapa masyarakat seringkali tidak terlalu antusias untuk mencari strategi pengelolaan sumberdaya alam untuk tujuan jangka panjang. Mengingat sebagian besar LSM bekerja dengan masyarakat yang mempunyai permasalahan tumpang tindih penguasaan lahan kelola, maka sebagian besar fokus kegiatan dari pendukung PHBM adalah mencari strategi agar ada kepastian tenurial bagi masyarakat yang mereka dampingi. Ruang lingkup dari persoalan kepastian tenurial ini antara lain mencakup kepastian kepemilikan dan kepastian akses masyarakat atas hutan di sekitar mereka hidup. Juga didalamnya terkait dengan seberapa penting masyarakat menjadi penentu dari kesepakatan model pengembangan komoditi dan pengelolaan sumberdayanya, kepastian waktu usaha, dan kesepakatan pembagian manfaat hasil hutan secara lebih adil Afiff, 2007. Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar LSM mempunyai tujuan utama untuk membantu masyarakat dapat memperoleh hak akses terhadap sumberdaya hutan dengan berbagai metode dan instrumen pengakuan. Beberapa instrumen yang dijadikan sebagai alat perjuangan diantaranya adalah melalui pendekatan ekologis, misalnya hutan mangrove dan kawasan ekowisata serta pendekatan historis kawasan, misalnya tanah simpen dan wewengkon adat. Selain itu, LSM juga mengusung kelestarian sumberdaya hutan dan sebagian kecil fokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hanya sebagian kecil LSM yang berusaha untuk melakukan ketiga tujuan tersebut secara bersamaan dalam proyek UNDP ini Tabel 20. Tabel 20. Instrumen Pengakuan yang dikembangkan LSM dan Tujuan Utama Proyek UNDP Tujuan utama proyek UNDP LSM Wilayah Instrumen pengakuan Kelestarian hutan Kesejahteraan masyarakat Akses ke hutan LSM 1 Jawa Tengah Hutan Mangrove √ √ √ LSM 2 Jawa Timur Satwa Endemik dan Hutan Milik √ LSM 3 Lampung Hutan Mangrove √ √ LSM 4 Jawa Tengah Sertifikasi Ekolabel √ √ LSM 5 Jawa Timur Kemitraan √ LSM 6 Lampung Ekowisata √ √ LSM 7 Jawa Tengah Tanah Simpen √ LSM 8 Jawa barat Wewengkon Kasepuhan √ LSM 9 Lampung Hutan Kemasyarakatan HKm √ √ Sumber: Diolah dari data penelitian Apabila dilihat dari capaian LSM dalam proyek ini, maka terlihat sebagian besar LSM bersentuhan dengan pemerintah dalam rangka mewujudkan tujuan masyarakat dalam memperoleh akses terhadap sumberdaya hutan. Bentuk kegiatan yang dilakukan diantaranya melalui penyusunan draf Peraturan Daerah Perda terkait dengan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya hutan. LSM berpendapat bahwa dengan melalui instrumen Perda ini, masyarakat akan lebih mudah memperoleh akses terhadap sumberdaya hutan secara legal Tabel 21. Tabel 21. Capaian LSM dalam Proyek UNDP periode 2005-2007 No Isu Pokok Nama LSM Capaian LSM dalam Proyek UNDP 1 LSM 1 Rehabilitasi kawasan mangrove dan budidaya tambak udang di hutan lindung 2 LSM 2 Rehabilitasi kawasan hutan milik dan budidaya ternak rusa 3 Konservasi LSM 3 Rehabilitasi kawasan mangrove di hutan lindung