menjelaskan pengajaran materi bidang studi yang sudah tersusun dalam urutan tertentu atau menggunakan materi yang terkait satu dengan yang lainnya dalam
tingkat kedalaman yang berbeda atau materi yang terintegrasi dalam suatu kesatuan multi disiplin ilmu. Pendekatan pembelajaran ini sebagai penjelasan untuk
mempermudah para guru dalam memberikan pelayanan belajar, sedangkan bagi siswa berguna untuk mempermudah memahami materi ajar yang disampaikan guru, dengan
memelihara suasana pembelajaran yang menyenangkan. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan pendekatan Education Games
adalah dimana proses pembelajaran strategi REACT dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan melalui
sebuah permainan yang digunakan dalam proses pembelajaran dan dalam permainan tersebut mengandung unsur mendidik atau
nilai-nilai pendidikan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan pada penelitian ini. Untuk itu dalam pelaksanaan pembelajaran ini digunakan media
bantu atau alat peraga permainan yang dapat membantu siswa dalam mempelajari dan memahami materi yang diajarkan.
2.5 Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
2.5.1 Meningkatkan
Menurut apa yang dituliskan oleh Salim Salim 1995: 160 pengertian meningkatkan secara epistemologi adalah menaikkan derajat taraf dan sebagainya,
mempertinggi, memperhebat produksi dan sebagainya. Sedangkan dalam Kamus Besar bahasa Indonesia KBBI Echols
Shadily
1996 menyatakan bahwa meningkatkan adalah menaikan derajat atau taraf, mempertinggi nilai atau derajat
atau taraf, menambah nilai atau derajat atau taraf, memperhebat produksi dan
sebagainya. Kemampuan berpikir kritis siswa meningkat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rata-rata selisih antara post test dan pre-test kemampuan berpikir
kritis siswa yang menggunakan strategi REACT dengan pendekatan Education Games lebih baik daripada rata-rata selisih antara post test dan pre-test kemampuan berpikir
kritis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
2.5.2 Berpikir Kritis
Berpikir kritis
adalah
sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri.
Krulik dan Rudnick mengemukakan seperti yang dikutip oleh Fahrurazi 2001:81 bahwa yang termasuk berpikir kritis dalam matematika adalah berpikir yang
menguji, mempertanyakan, menghubungkan, mengevaluasi semua aspek yang ada dalam suatu situasi ataupun suatu masalah. Menurut Ennis seperti yang dikutip
oleh Mulyana 2008:29 berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada perbuatan keputusan tentang apa yang harus
dipercayai atau dilakukan. Menurut Reed 1998 dalam disertasi doktoralnya di University of South
Florida, menyatakan bahwa: A review of literature in the field of critical thinking revealed a
general lack of consensus on how critical thinking is best defined, on what critical thinking skills can and should be taught, and on
determining the most appropriate framework for this teaching. As a whole, education
al reformers have not even agreed on terminology… Sedangkan yang dinyatakan menurut Glaser 1941, mengemukakan
tentang berpikir kritis bahwa: Critical thinking is the intellectually disciplined process of actively
and skillfully conceptualizing, applying, analyzing, synthesizing, andor evaluating information gathered from, or generated by,
observation, experience, reflection, reasoning, or communication, as a guide to belief and action. In its exemplary form, it is based on
universal intellectual values that transcend subject matter divisions: clarity, accuracy, precision, consistency, relevance, sound evidence,
good reasons, depth, breadth, and fairness.
Sedangkan menurut Anderson, et al 2004, menyatakan bila berpikir kritis dikembangkan, seseorang akan cenderung untuk mencari kebenaran,
berpikir terbuka dan toleran terhadap ide-ide baru, dapat menganalisis masalah dengan baik, berpikir secara sistematis, penuh rasa ingin tahu, dewasa dalam
berpikir dan dapat berpikir kritis secara mandiri. Menurut Appelbaum 2004, pengembangan berpikir kritis pada pelajaran
matematika di dalam kelas dilakukan dengan aktivitas seperti membandingkan, membuat kontradiksi, induksi, generalisasi, mengurutkan, mengklasifikasikan,
membuktikan, mengkaitkan, menganalisis, mengevaluasi, dan membuat pola, dirangkaikan secara berkesinambungan. Sementara menurut Glazer 2004,
menyebutkan bahwa berpikir kritis menggunakan tiga indikator yaitu: 1 pembuktian; 2 generalisasi; dan 3 pemecahan masalah.
Oleh sebab itu, indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas-aktivitas siswa dalam pembelajaran. Adapun aktivitas itu adalah 1
mencari pernyataan yang jelas dari setiap pertanyaan; 2 mencari alasan; 3 berusaha mengetahui informasi dengan baik; 4 memakai sumber yang memiliki
kredibilitas dan menyebutkannya; 5 memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan; 6 berusaha tetap relevan dengan ide utama; 7 mengingat
kepentingan yang asli dan mendasar; 8 mencari alternatif; 9 bersikap dan berpikir terbuka; 10 mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk
melakukan sesuatu; 11 mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan; 12 bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian-bagian
dari keseluruhan masalah.
Selanjutnya, menurut Robert Ennis seperti yang dikutip oleh Pritasari 2011: 11, mengidentifikasi 12 indikator berpikir
kritis
, yang dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas sebagai berikut:
1 Memberikan penjelasan sederhana, yang berisi: memfokuskan pertanyaan,
menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan atau pernyataan.
2 Membangun keterampilan dasar, yang terdiri atas mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengamati serta mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi.
3 Menyimpulkan,
yang terdiri
atas kegiatan
mendeduksi atau
mempertimbangkan hasil deduksi, meninduksi atau mempertimbangkan hasil induksi, dan membuat serta menentukan nilai pertimbangan.
4 Memberikan penjelasan lanjut, yang terdiri atas mengidentifikasi istilahistilah
dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta mengidentifikasi asumsi. 5
Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri atas menentukan tindakan dan berinteraksi dengan orang lain. Indikator-indikator tersebut dalam prakteknya dapat
bersatu padu membentuk sebuah kegiatan atau terpisah-pisah hanya beberapa indikator saja.
2.5.3 Kemampuan Berpikir Kritis