Kabupaten Mamasa Kesejahteraan masyarakat ditinjau dari pelayanan publik di tiga kabupaten pemekaran

pada saat kampanye. Konflik karena pelanggaran adat tidak pernah terjadi dan yang sering terjadi konflik karena masalah anak muda. Penanganan konflik yang terjadi di masyarakat di tiga kabupaten pada umumnya masyarakat mempunyai persepsi harus ditindak tegas sesuai dengan hukum yang berlaku dan dicari akar permasalahannya. Ini menunjukkan bahwa masyarakat di Kabupaten Rote Ndao, Siak dan Rokan Hilir sadar hukum dan cerdas dalam penyelesaian konflik. Karena dengan dibawa ke ranah hukum dan ditemukan akar masalahnya, maka penanganan konflik lebih adil, tidak berat sebelah dan mudah penyelesaiannya. Dengan demikian diharapkan konflik tidak terulang kembali. Ada seorang warga yang mengatakan Bapak Sh, pemilik warung di Mamasa, wawancara hari Rabu, tanggal 5 Oktober 2011 : “Kalau ada konflik antar anak-anak muda, kita laporkan saja kepada polisi. Ngapain kita harus ikut-ikutan membela pak, kita tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah”. Konflik dapat diatasi dengan melibatkan tokoh masyarakat, aparat kepolisian dan unsur aparat pemerintah daerah. Persepsi masyarakat terhadap kondisi sosial kemasyarakatan di daerahnya rata-rata ‘baik’ artinya kondusif tata kehidupan di tiga kabupaten pemekaran. Akan tetapi apabila dicermati, kalau ada konflik kebanyakan di Kabupaten Rote Ndao dan Kabupaten Rokan Hilir penyebabnya adalah pemilihan kepala desa maupun kepala daerah Pemilukada, sedangkan di Kabupaten Mamasa penyebab utamanya adalah batas wilayah. Tetapi masyarakat di tiga kabupaten pemekaran sepakat bahwa setiap konflik harus dibawa ke ranah hukum, ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku.. Peran tokoh masyarakat di Kabupaten Rokan Hilir dalam penyelesaian konflik jarang bahkan tidak dilibatkan. Hal ini disebabkan masyarakat tidak percaya lagi terhadap keberadaannya. Peran tokoh masyarakat tersebut perlu dihidupkan kembali, karena dapat membantu pemerintah dalam penyelesaian konflik dan masalah lainnya, serta dapat menjadi mediator dalam penyelesaian konflik yang komprehensif. Oleh karena itu, pemilihan tokoh-tokoh yang akan duduk di dalam Forum Adat Melayu adalah tokoh-tokoh masyarakat yang berakar dari masyarakat, yang benar-benar dikehendaki masyarakat.

4.2.5 Kesejahteraan masyarakat ditinjau dari kondisi lingkungan hidup di tiga kabupaten pemekaran

4.2.5.1 Kabupaten Rokan Hilir

Kabupaten Rokan Hilir dengan Bagan Siapi-apinya yang tersohor sebagai ‘gudang’nya ikan, sekitar tahun 1965 dari daerah ini pernah tercatat ekspor ikan sebanyak hampir tujuhbelas ribu ton. Selain perikanan, daerah pesisir ini terkenal dengan industri kapal kayu yang sudah berlangsung sejak awal 1900-an. Dengan bobot antara 200-300 ton, kapal-kapal buatan “tangan alam” warga Bagan Siapi-api ini banyak dipakai oleh nelayan di berbagai daerah di Indonesia. Kabupaten Rokan Hilir mempunyai enambelas sungai yang dapat dilayari oleh kapal pompong, sampan dan perahu sampai jauh ke daerah hulu sungai. Sebanyak limabelas sungai yang membelah tujuh kecamatan, dan di antara sungai-sungai tersebut, yang sangat penting sebagai sarana perhubungan utama dalam perekonomian penduduk adalah Sungai Rokan dengan panjang lebih dari empatratus kilometer. Ada enam pulau yang menjadi wilayah Kabupaten Rokan Hilir; dengan iklim tropis dan curah hujan rata-rata hampir tigaratus mmtahun 2009, temperatur udara cukup panas. Musim kemarau umumnya terjadi pada bulan Februari sampai dengan Agustus, sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan September sampai Januari dengan jumlah hari hujan rata-rata lebih limapuluh hari. Industri di Rokan Hilir cukup berkembang dan jumlahnya ratusan, seperti industri logam, mesin dan kimia ada; industri aneka dan industri pertanian dan kehutanan. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang mendominasi di Kabupaten Rokan Hilir dan merupakan sumber penghidupan masyarakat. Sepanjang jalan-jalan di Kabupaten Rokan Hilir onggokan tandan buah segar TBS kelapa sawit yang siap untuk diangkut; selain hal itu, banyak lalu lalang truk-truk besar dan kecil yang mengangkut TBS kelapa sawit untuk dibawa ke pabrik pengolahan yang keberadaannya di luar Kabupaten Rokan Hilir. Luas hutan 903.698 hektar 2009 berupa hutan lindung, hutan suaka alam, hutan produksi, kawasan perkebunan, pertanian, pariwisata, industri dan lain-lain. PAD Kabupaten Rokan Hilir juga kecil hanya berkontribusi sebesar 7,16 persen terhadap APBD 2009. Rosyadi 2010 mengatakan menurut beberapa literatur dikatakan bahwa desentralisasi dapat mendorong pengelolaan sumberdaya alam yang lebih berkelanjutan dalam hal pemerataan, efisiensi, dan keberlanjutan lingkungan, penciptaan insentif melalui distribusi manfaat sumberdaya secara lebih adil dan demokratik; penciptaan akuntabilitas; pengurangan biaya transaksi; mobilisasi pengetahuan lokal; penguatan lembaga-lembaga lokal karena keterbatasan peran Pusat; perlindungan terhadap kepentingan publik. Selanjutnya, Rosyadi 2010 mengutip studi yang dilakukan oleh Dwiyanto dkk. 2001 yang menunjukkan bahwa desentralisasi tidak menjamin pengelolaan sumberdaya secara berkelanjutan. Hasil studinya menemukan bahwa sejak era desentralisasi digulirkan daerah-daerah yang dilimpahi PAD, DAU dan bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak dalam porsi rendah secara signifikan memberikan tekanan yang besar terhadap sumberdaya alamnya. Situasi ini terjadi karena desentralisasi tidak diikuti oleh pemberdayaan masyarakat. Akibatnya, proses pengambilan keputusan hanya diakses oleh para elit khususnya para pemodal kuat. Dalam kondisi demikian, penegakan hukum dan pengawasan terhadap perilaku distortif menjadi sulit dilakukan.

4.2.5.2 Kabupaten Rote Ndao

Kabupaten Rote Ndao terdiri dari hampir seratus pulau dan yang dihuni sebanyak enam pulau, sisanya belum dihuni. Jumlah pulau yang mempunyai nama hampir delapanpuluh buah, dan sisanya belum mempunyai nama. Ada tiga pantai yang terkenal di dunia, yaitu Pantai Nembrala, Pantai Bo’a dan Pantai Do’o yang terkenal untuk surfing selancar. Pada waktu penelitian, sedang berlangsung lomba selancar tingkat internasional, kata seorang aparat kecamatan Bapak S : “Walaupun daerah terpencil tapi lomba selancar tingkatannya internasional lho Pak”. Tanaman lontar mendominasi di semua wilayah kabupaten dan menurut informasi masyarakat setempat merupakan tanaman serba guna, yaitu untuk gula dan minuman niranya, kerajinan daunnya, obat bunganya, pewangi kue sabutnya, perekatlem getahnya, dan bangunan batang dan daunnya, sebagaimana katanya : “Pohon lontar itu banyak dibudidayakan masyarakat Rote. Pohon lontar itu semuanya bermanfaat, dari akar sampai daunnya, tidak ada yang tidak dapat dimanfaatkan” wawancara dengan Bapak Y, hari Rabu, tanggal 6 September 2010 di rumahnya. Jenis tanaman yang banyak dibudidayakan selain itu adalah kelapa, jambu mete, dan kapuk. Kabupaten Rote Ndao yang beriklim kering yang dipengaruhi oleh angin Muson dengan musim hujan pendek yang jatuh sekitar bulan Desember sampai April, sehingga mempengaruhi lingkungan hidup dan sumberdaya alam yang ada. Jenis barang tambang yang ada di Kabupaten Rote Ndao termasuk bahan galian golongan B PP No. 27 Tahun 1980 dalam Sukandarrumidi, 1999 seperti besi Fe hampir di semua kecamatan ada; dan mangaan Mn di Desa Oebatu Kecamatan Rote Barat Daya. Bahan tambang golongan C seperti kalsedon, lempung, gypsum, gamping, kalsit, barit, dan sirtu tidak terdapat data pasti berapa cadangannya Rote Ndao Dalam Angka 2010. Kawasan hutan di Kabupaten Rote Ndao seluas hampir empatpuluh ribu hektar dan lahan kritis dalam kawasan hutan mencapai delapanpuluh persen dan di luar kawasan hutan seluas tujuhpuluhan hektar. Kawasan hutan terdiri dari : hutan lindung, hutan produksi, hutan konversi, dan hutan mangrove. Kawasan hutan yang sudah ditata batas seluas hampir limabelas ribu hektar. Kabupaten Rote Ndao mempunyai lahan pengembalaan ternak. Santoso, ed. 2005 mencatat, luas padang pengembalaan yang dimanfaatkan baru mencapai duapuluhan hektar atau sekitar enambelas persen dari luas total wilayah. Ini belum termasuk empatpuluhan ribu hektar lahan tidur yang bisa dipakai untuk kegiatan itu. Sebagaian besar merupakan padang rumput alam, terutama jenis andropogon, sedangkan pada lahan tidur merupakan rumput alam dan lahan kering dengan vegetasi semak belukar. Kabupaten Rote Ndao yang beriklim kering dan panas mempunyai padang pengembalaan yang luas. Walaupun Rote Ndao daerah kering tetapi kualitas lahan dan sumberdaya alamnya cukup menjanjikan masyarakatnya untuk bisa hidup layak. Adanya padang pengembalaan yang dimanfaatkan baru mencapai sekitar 16 persen dari total luas wilayah. Ini belum termasuk lahan tidur yang dapat dipakai untuk kegiatan pengembalaan yang berupa padang rumput alam, jenis andropogon dengan vegetasi semak belukar Santoso, ed., 2005. Selain ‘embung-embung’ yang hasil pembangunan, Kabupaten Rote Ndao juga mempunyai tambak di Kecamatan Pantai Baru dan Rote Timur, kolam air tawar di Kecamatan Rote Tengah dan Lobalain yang luasnya mencapai lebih enamratus hektar. Sawah dengan irigasi setengah teknis sampai tadah hujan mencapai luas lebih dari limabelas ribu hektar. Kualitas sumberdaya alam dan lingkungan hidup di Kabupaten Rote Ndao semakin baik, terlihat dari banyaknya pohon yang telah ditanam dan dipelihara masyarakat yang diperkirakan mencapai 100 pohon per kepala keluarga. Dengan jumlah kepala keluarga