Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Sumberdaya Alam di Era Otonomi Daerah
Rekomendasi
Gambar 3 Kerangka Pemikiran Penelitian Untuk mengetahui ketimpangan pembangunan di kabupaten pemekaran
dilakukan perhitungan Indeks Williamson IW dan Indeks Diversitas Entropy, dan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi di kabupaten pemekaran apa terjadi
pertumbuhan ekonomi dari sektor basis atau bukan, maka dihitung dengan menggunakan Location Quotient LQ. Bagaimana konsentrasi perekonomian di
kabupaten sampel dan pada sektor apa saja perekonomian beraktivitas. Oleh karena itu dihitung Indeks Spesialisasi IS untuk mengetahuinya dan untuk mengetahui sektor
unggulan apa saja di kabupaten pemekaran yang dapat menjadi daya saing daerah, maka dihitung dengan menggunakan Shift Share Analysis SSA.
Pemekaran daerah ditinjau dari teori perubahan sebagaimana dinyatakan oleh Kasali 2005 pada karakteristik kesembilan menulis, perubahan menimbulkan
ekspektasi, dan karenanya ekspektasi dapat menimbulkan getaran-getaran emosi dan
Kesejahteraan masyarakat : pembangunan ekonomi, pelayanan publik, tingkat kemiskinan, sosial kemasyarakatan dan keberlanjutan
SDALingkungan Hidup
Ditinjau kembalidigabung kembali
Dibina Dipertahankanlanjut
Evaluasi kebijakan pemekaran daerah : Pemerintah Pusat yang lemah, menguatnya local power, resistensi terhadap pemerintah pusat, adanya peluang
kebijakan
desentralisasi dan otonomi daerah dan sebagainya
Pemekaran daerah 524 DO : 33 provinsi, 398 kabupaten, 93 kota 114 kabupaten pemekaran usia lebih 5 tahun
Data rata-rata time series makro ekonomi 114 kabupaten tahun 2005 – 2009 : pertumbuhan ekonomi dan PDRBkapita acak sederhana
Kabupaten Rokan Hilir Riau
Kabupaten Rote Ndao NTT
Kabupaten Mamasa Sulbar
Kabupaten Pemekaran yang maju, efisien, efektif dan mandiri
Legal formal,
teori pengem
bangan wilayah
Eksisting, teori
pengem- bangan
wilayah
harapan-harapan yang bisa menimbulkan kekecewaan-kekecewaan. Maka itu manajemen perubahan harus diimbangi dengan manajemen harapan agar para pengikut
dan pendukung perubahan dapat terus membakar energi untuk terlibat dalam proses perubahan itu, kendati goal-nya meleset atau masih memerlukan waktu untuk dicapai.
Pemekaran daerah menimbulkan harapan-harapan baru bagi masyarakat untuk memperoleh pelayanan yang baik, penghidupan yang lebih baik dan kesejahteraan
yang yang diimpikan. Selain itu, kesejahateraan masyarakat di kabupaten pemekaran ditinjau dari pembangunan ekonomi selain mempunyai indikator PDRBkapita, laju
pertumbuhan ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia IPM, persentase penduduk miskin dan tingkat pelayanan publik yang diberikan pemerintah kabupaten pemekaran,
sosial kemasyarakatan juga keberlanjutan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Semakin tinggi PDRBkapita dan IPM serta semakin rendah jumlah penduduk miskin
maka semakin sejahtera masyarakat di kabupaten pemekaran yang bersangkutan. Pelayanan semakin baik, maka kesejahteraan akan semakin baik. Sedangkan
keberlanjutan SDA dan lingkungan hidup di kabupaten pemekaran ditinjau dari variabel program-program untuk memelihara SDA dan lingkungan hidup. Lingkungan
hidup yang semakin lestari dan dikelola dengan baik menunjukkan semakin sejahtera masyarakat yang bersangkutan.
Persoalan pemekaran wilayah ternyata menimbulkan perdebatan yang serius di antara birokratelit lokal maupun masyarakat. Perdebatan yang muncul di kalangan
birokratelit terutama berkaitan dengan pembagian kekuasaanjabatan di daerah yang baru dimekarkan, sedangkan perdebatan yang terjadi di dalam masyarakat terutama
berkaitan dengan eksistensi adat dan penguasaan sumberdaya di sekitar perbatasan Tryatmoko, 2005. Persyaratan fisik kewilayahan dalam Peraturan Pemerintah nomor
78 tahun 2007 yang menyebutkan untuk provinsi paling sedikit lima kabupatenkota dan kabupaten paling sedikit lima kecamatan, serta untuk kota paling sedikit empat
kecamatan sesuai dengan teori Christaller “prinsip administratif k=7” karena ketentuan paling sedikit berarti bisa mencakup order yang lebih rendah sesuai dengan
teori Chistaller sebanyak enam kabupaten atau kecamatan. Sanit 2010 menulis, sejauh ini fakta dan penilaian tentang pemekaran Pemda
yang berkembang secara pesat itu, belum membuktikan bahwa tujuannya sebagai realitas demokrasi yang bermuara kepada otonomi nyata riil dan kesejahteraan rakyat
telah mendekati apalagi tercapai. Kalangan masyarakat lokal yang menikmati hasilnya,
barulah kaum elit setempat besama kroni dan kliennya dari berbagai komponen masyarakat setempat.
Rekomendasi untuk kabupaten yang berkembang dan berhasil mensejahterakan masyarakat dipertahankan dan dapat dijadikan percontohan daerah pemekaran.
Kabupaten yang tidak berkembang stagnan perlu dilakukan pembinaan, mungkin ada salah pengelolaan atau salah strategi dalam penyelenggaraan pemerintahannya.
Sedangkan untuk kabupaten yang tidak berkembang perlu ditinjau kembali dan digabung kembali dengan kabupaten induknya. Dengan demikian, akan dapat
ditemukan bagaimana seharusnya efisiensi, efektivitas dan kemandirian kabupaten
pemekaran.