Variabel Penelitian dan Operasionalisasi Variabel

yang diambil semakin besar nilai IS, maka semakin tinggi tingkat spesialisasi sektoral di kabupaten pemekaran yang bersangkutan yang terkonsentrasi pada sektor-sektor yang mempunyai nilai selisih persentase positif.

3.3.4 Shift Share Analysis

Shift Share Analysis SSA merupakan teknik analisis yang digunakan untuk melihat tingkat keunggulan kompetitif competitiveness suatu wilayah dalam cakupan wilayah agregat yang lebih luas, berdasarkan kinerja sektor lokal local sector di wilayah tersebut. Wilayah yang dimaksud bisa berupa wilayah provinsi dalam wilayah cakupan agregat nasional, atau wilayah kabupatenkota dalam cakupan wilayah agregat provinsi, dan seterusnya Pribadi et al., tanpa tahun. Dikatakan selanjutnya, kinerja sektor lokal sangat penting karena dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal wilayah dan memiliki daya tahan terhadap pengaruh faktor-faktor eksternal. Pertumbuhan ekonomi lokal sangat ditekankan karena kinerja pembangunan nasional dari sisi mikro banyak mengalami kelemahan- kelemahan. Pola pikir kebijakan pembangunan yang selalu berfikir agregat dengan mengharapkan mekanisme trickle down effect untuk mendistribusikan pertumbuhan terbukti gagal. Dengan didorong oleh kebijakan otonomi daerah maka pengembangan potensi ekonomi lokal kemudian menjadi prioritas untuk dapat lepas dari kegagalan. SSA mengakui adanya perbedaan dan kesamaan antarwilayah. Analisis ini mengasumsikan bahwa perubahan pendapatan, produksi, atau tenaga kerja suatu wilayah dapat dibagi dalam tiga komponen pertumbuhan, yaitu komponen pertumbuhan regional regional growth component, komponen pertumbuhan proporsional proportional or industrial mix growth component, dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah regional share growth component Daryanto dan Hafizrianda, 2010. Dalam penelitian ini dipakai untuk menentukan sektor unggulan kompetitif kabupaten. Data yang digunakan untuk analisis adalah data PDRB kabupaten sampel tahun 2007 dan 2009. Hasil SSA menjelaskan kinerja performance suatu sektor di suatu kabupaten dan membandingkannya dengan kinerja di tingkat nasional. SSA mampu memberikan gambaran sebab-sebab terjadinya pertumbuhan suatu sektor di kabupaten pemekaran. sebab-sebab yang dimaksud dibagi dalam tiga bagian yaitu, sebab yang berasal dari dinamika lokal, sebab dari dinamika sektor nasional dan sebab dari dinamika nasional secara umum. 1. Komponen Laju Pertumbuhan Total komponen share. Komponen ini menyatakan bahwa pertumbuhan nasional pada dua titik waktu 2007 dan 2009 menunjukkan dinamika total wilayah. 2. Komponen Pergeseran Proporsional komponen proportional shift. Komponen ini menyatakan pertumbuhan total sektor tertentu secara relatif dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum nasional menunjukkan dinamika sektor total di tingkat nasional. 3. Komponen Pergeseran Diferensial komponen differential shift. Ukuran ini menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi competitiveness suatu sektor tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total sektor tersebut di tingkat nasional. Komponen ini menggambarkan dinamika keunggulan ketakunggulan suatu sektor tertentu di kabupaten pemekaran terhadap sektor tersebut di kabupaten lain. Persamaan SSA adalah sebagai berikut : a b c Dimana : a = komponen share b = komponen proportional shift c = komponen differential shift X.. = nilai total sektor di tingkat nasional X.i = nilai total sektor tertentu di tingkat nasional Xij = nilai sektor tertentu dalam kabupaten pemekaran t1 = tahun 2009 t0 = tahun 2007

3.3.5 Indeks Diversitas Entropy

Nilai indeks diversitas entropy ditujukan untuk menghitung tingkat keberagaman dan keberimbangan aktivitassektor ekonomi di suatu wilayah. Semakin bertambah jumlah jenis aktivitassektor ekonomi maka nilai indeks diversitas entropi akan semakin besar. Semakin berimbang komposisi berbagai aktivitassektor ekonomi tersebut, nilai indeks entropi juga semakin besar. Karena itu secara sederhana dapat dinyatakan bahwa semakin besar nilai indeks entropy maka suatu wilayah dapat dianggap semakin berkembangmaju Pribadi et al., tanpa tahun. Selanjutnya dikatakan, dalam konteks wilayah, persamaan umum dari perhitungan nilai entropy adalah sebagai berikut : Dimana : S : nilai entropy P i i : kategori aktivitas ekonomi ke-i : nilai rasio frekuensi kejadian pada kategori aktivitas ekonomi ke-i terhadap total kejadian di total kategori n n : total kategori Persamaan di atas digunakan untuk melakukan pembandingan tingkat perkembangan perekonomian antarwilayah. Mengingat adanya keterkaitan antara nilai indeks entropy dengan luasan wilayah dan kapasitas sumberdaya yang dimilikinya, maka akan lebih baik apabila perbandingan dilakukan di tingkat makro. Pada skala makro luasan wilayah dan sumberdaya yang dimiliki akan mencukupi, sehingga nilai entropy benar-benar menggambarkan kinerja pembangunan ekonomi yang lebih maju. Skala wilayah makro ini bisa berada di tingkat wilayah Provinsi atau minimal wilayah Kabupaten Pribadi et al., tanpa tahun.

3.3.6 Indeks Williamson

Indeks Williamson merupkan salah satu indeks yang memiliki fungsi untuk menunjukkan tingkat pemerataan di suatu wilayah. Rustiadi et al. 2009 menyatakan Indeks Williamson merupakan salah satu indeks yang paling sering digunakan untuk melihat disparitas antar wilayah. Pengukuran didasarkan pada variasi hasil-hasil pembangunan wkonomi antar wilayah yang berupa besaran PDRB. Data sekunder yang diperoleh di kabupaten sampel tersebut dianalisis secara deskriptif dan untuk menghitung ketimpangan pembangunan atau pemerataan pembangunan dengan menggunakan indeks ketimpangan Williamson Indeks Ketimpangan Regional : Dimana : Y i = PDRB perkapita di kecamatan i Y = PDRB perkapita rata-rata kabupaten fi = jumlah penduduk di kecamatan i n = jumah penduduk di kabupaten Indeks kesenjangan Williamson akan menghasilkan indeks yang lebih besar atau sama dengan nol. Jika semua Y i Adapun kriteria Indeks Williamson yang digunakan adalah : = maka akan dihasilkan indeks = 0, yang berarti tidak adanya kesenjangan ekonomi antar daerah. Indeks lebih besar dari 0 menunjukkan adanya kesenjangan ekonomi antar wilayah. Semakin besar indeks yang dihasilkan semakin besar tingkat kesenjangan antar kecamatan di suatu kabupaten Rustiadi, et.all, 2009. - kurang dari 0,30 termasuk ketimpangan rendah; - antara 0,30 – 0,50 termasuk ketimpangan sedang; - dan lebih dari 0,50 termasuk ketimpangan tinggi. Data sekunder tentang anggaran publik dan anggaran rutin dianalisis dengan persentase. Sedangkan data primer tentang pelayanan publik, persepsi masyarakat terhadap kerusakan lingkungan hidupSDA, dan sosial kemasyarakatan yang diperoleh dari jawaban responden dengan menyebarkan kuesioner kepada 51 orang responden akan dianalisis dengan menggunakan skoring atau persentase, sehingga akan diperoleh persepsi masyarakat dalam menanggapi persoalan penelitian yang diajukan peneliti. Pilihan jawaban responden telah disediakan dengan menggunakan kriteria skala Likert sehingga diperoleh jawaban responden sebagai berikut. Tabel 7 Kategori jawaban responden berdasarkan skala Likert No. Kategori jawaban Skor 1 Sangat setujubaik sekali 5 2 Setujubaik 4 3 Ragu-ragu 3 4 Tidak setujutidak baik 2 5 Sangat tidak setujusangat tidak baik 1 Sumber : Arikunto, 1996 Selanjutnya, akan dipersentasekan dengan cara : Jumlah total skor tertinggi = jumlah responden x item pertanyaan x 5. Skor jawaban responden = jumlah skor jawaban : jumlah skor tertinggi x 100. Untuk mengetahui pada kategori apa jawaban responden, maka dipergunakan skala interval sebagai berikut :