Kabupaten Rokan Hilir Kabupaten Rote Ndao
dioptimalkan. Sebagai efek balik, kualitas manusia yang relatif rendah menjadi modal yang lemah dalam menggerakkan roda perekonomian BPS, 2009. Rendahnya PDRB
per kapita dan IPM di Kabupaten Rote Ndao disebabkan karena : 1. Kabupaten Rote Ndao merupakan daerah yang beriklim kering dengan musim
hujan pendek. Tidak mempunyai sektor yang mempunyai daya saing nilai PPW negatif semua yang dapat memacu pertumbuhan ekonominya.
2. Sektor basis yang menjadi andalan pertanian, jasa, perdagangan dan hotel belum optimal diusahakan sehingga belum memberi kontribusi yang maksimal.
3. Ada pergeseran perkembangan perekonomian, dari sektor-sektor tradable ke sektor-sektor non tradable. Sejak tahun 2008 sektor tradable pertanian,
pertambangan dan penggalian serta industri pengolahan lebih rendah dari sektor non tradabel listrik, gas dan air minum; bangunankonstruksi;
perdagangan, restoran dan hotel; pengangkutan dan komunikasi; keuangan dan jasa-jasa. Basri dan Munandar 2009 menulis, pertumbuhan tidak seimbang
di sini adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia terlalu bertumpu pada perkembangan sektor jasa-jasa yang tidak dapat diperdagangkan secara
internasional dengan leluasa non-tradable; sedangkan sektor barang yang erat kaitannya dengan produksi dan perdagangan dalam pengertian konvensional
biasa disebut sektor tradable mengalami pertumbuhan yang sangat terbatas, bahkan cenderung melemah.
4. Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas hampir tiga perempatnya berpendidikan SDMI dan lebih dari setengahnya tidak berijazah. Basri dan
Munandar 2009 menulis, minimnya sumberdaya manusia yang berkualitas yang terutama disebabkan oleh masih lemahnya kinerja pendidikan berupa
intelektualitas siswa di semua tingkatan maupun kualitas pendidikan itu sendiri.
5. Penduduk di Kabupaten Rote Ndao pada usia produktif 15 – 59 tahun paling tidak pernah menderita salah satu jenis penyakit dari sepuluh jenis penyakit
yang diderita penduduk. BPS 2009 menulis, variabel “persentase penduduk yang mengalami keluhan keseahatan” berpengaruh negatif terhadap IPM. Hal
ini berarti bahwa semakin tinggi persentase penduduk mengalami keluhan
kesehatan dan angka kesakitan di suatu provinsi menyebabkan IPM di provinsi tersebut justru akan semakin rendah.
6. Usia kawin yang rendah sebagaimana terlihat pada data Rote Ndao Dalam Angka 2010 tentang persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut
status perkawinan. Hal ini berarti ada perkawinan usia muda. BPS 2009 mencatat, ‘rata-rata umur kawin pertama wanita’ mempunyai pengaruh yang
positif terhadap nilai IPM. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi rata- rata umur kawin pertama wanita di suatu provinsi menyebabkan nilai IPM
provinsi tersebut semakin tinggi. Menyadari hal tersebut Bupati Rote Ndao, Drs. LH, MM mengatakan : “Pelayanan
kepada masyarakat adalah dasar utama pemerintahan saya, saya menyadari bahwa masyarakat saya harus dientaskan dari keterpurukan. Maka saya beri subsidi pupuk,
pelayanan kesehatan gratis. Mau ke dokter, bidan ataupun para medis bebas biaya, semua dibebankan pada APBD. Pembuatan KTP juga gratis. Sampai saya dapat predikat
‘Bupati Gila’”. Dikatakannya : “Guna meningkatkan pendidikan anak-anak yang kurang mampu saya galakkan budaya TU’U yaitu semacam arisan yang ditujukan untuk anak
sekolah yang beranggotakan aparat kelurahan, masyarakat, sahabat, dan handai taulan. Ini telah berjalan 2 tahun dan telah menyekolahkan lebih dari 2.000 anak; tahun 2012
pemasangan listrik menjadi beban APBD” wawancara di ruang kerja bupati, hari Senin, tanggal 19 September 2011. Apabila dibandingkan dengan Kabupaten Kupang sebagai
induknya, walaupun PDRB per kapitanya lebih rendah tetapi mempunyai nilai IPM lebih tinggi. Hal itu berarti, Kabupaten Rote Ndao dengan pendapatan per kapita yang lebih
rendah tetapi lebih efisien sehingga dapat meningkatkan pembangunan manusianya dibandingkan Kabupaten Kupang.