Kesadaran akan lingkungan hidup yang demikian itulah yang mendorong pemerintah Kabupaten Rote Ndao membangun ‘embung’ dan mewajibkan masyarakat
untuk menanam dan memelihara pohon. Kualitas sumberdaya alam dan lingkungan hidup di Rote Ndao lebih baik daripada sebelumnya karena ketersediaan sumberdaya air
semakin baik, hutan semakin terpelihara dan tanaman semakin banyak. Pernyataan di atas sesuai dengan kondisi masyarakat di Rote Ndao, yang berusaha mengoptimalkan
lingkungan hidupnya dan mengoptimalkan hidupnya untuk meraih masa depan yang lebih baik. ‘Embung-embung” yang telah dibangun dan pohon-pohon telah ditanam
akan meningkatkan kualitas masyarakat di Kabupaten Rote Ndao. Walaupun demikian, persepsi masyarakat akan lingkungan hidup paling rendah di
antara tiga kabupaten. Mungkin hal ini dikarenakan masyarakat tidak terus puas dengan keadaan yang telah ada dan akan terus berusaha untuk memelihara lingkungan hidupnya
yang sangat rentan terhadap bencana kekeringan. Temperatur udara di Kabupaten Rote Ndao tergolong panas. Tahun 2008 rata-
rata temperatur udara mencapai duapuluh enam derajat celcius dan temperatur udara rata-rata tahun 2009 lebih panas yang mencapai duapuluhtujuh derajat celcius. Curah
hujan tahun 2009 rata-rata mencapai hampir seratus empat milimeter dengan hari hujan rata-rata hampir delapan hari hujan hh. Dengan kondisi seperti itu PAD Kabupaten
Rote Ndao berkontribusi lebih empat persen terhadap APBD 2009.
4.2.5.3 Kabupaten Mamasa
Lingkungan yang ada di Kabupaten Mamasa relatif masih asri, terjaga dengan baik. Kalaupun ada yang menyatakan tidak terjaga hal itu dikarenakan dipicu oleh
perilaku masyarakat yang membuat kandang babi di pinggir jalan raya, membangun pemukiman di kawasan hutan. Hal ini tidak dapat dihindari karena lebih dari 60
Kabupaten Mamasa berupa hutan. Kata seorang aparat : “Masyarakat membuat kandang babi di pinggir jalan dikarenakan mereka tinggal di sepanjang jalan poros Mamasa dan
halamannya sempit, terpaksa membuat kandang di pinggir jalan”. Bencana banjir memang tidak pernah terjadi di Kabupaten Mamasa karena
topografi yang bergunung-gunung, tetapi bencana alam seperti tanah longsor sering terjadi. Sekretaris Daerah Kabupaten Mamasa, Bapak Drs. BBT, MH juga menjelaskan
: “Karena topografinya Kabupaten Mamasa yang bergunung-gunung dengan ketinggian
lebih dari 1.700 meter dpl, tidak pernah banjir, yang ada kadang longsor apabila terjadi hujan yang terus menerus”. Jawaban responden tersebut menggambarkan bahwa kadang
terjadi bencana alam longsor. Berdasarkan penuturan masyarakat “bencana tanah longsor kadang membawa korban jiwa dan harta dan memutuskan hubungan Mamasa
dengan dunia luar, itu terjadi lama sebelum Mamasa memisahkan diri menjadi kabupaten, masih kecamatan dari Kabupaten Polmas” wawancara dengan Bapak Al,
yang asli Mamasa pada hari Senin malam, tanggal 3 Oktober 2011 selama perjalanan ke Mamasa.
Penyebab bencana longsor menurut persepsi masyarakat di Mamasa yang utama adalah dikarenakan ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan dengan membabat
hutan yang ada. Hal itu diperkuat pernyataan Sekretaris BLH Kabupaten Mamasa, Bapak Ard, SSTP yang mengatakan : “Penyebab longsor karena hutan gundul. Struktur
tanah yang labil ditambah adanya curah hujan yang tinggi dan terjadi berhari-hari, maka longsor akan terjadi di beberapa tempat”. Masyarakat juga menganggap pemerintah
kurang dapat mengendalikan lingkungan sehingga terjadi kerusakan hutan yang menyebabkan bencana longsor.
Kondisi sumberdaya alam hutan dan sumberdaya air yang ada di Kabupaten Mamasa pada umumnya masih baik menurut persepsi masyarakat. Walaupun begitu, ada
juga responden yang menggannggap sumberdaya alam yang ada sudah rusak, dalam penjelasannya hal itu disebabkan masyarakat tidak menjaga kelestariannya dengan
membangun rumah di daerah-daerah yang rawan. Hal itu diperkuat hasil wawancara dengan warga, Bapak Al dan Bapak Fr yang mengatakan : “Mestinya pada awal
terbentuknya Kabupaten Mamasa, ada kawasan hutan yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi. Tidak boleh dijamah oleh siapapun, sehingga kelestarian kawasan dapat
terjaga. Karena tidak ada kawasan konservasi, masyarakat membangun rumah di mana saja tanpa melihat apakah kawasan tersebut tepat atau tidak untuk didirikan bangunan.
Sekarang sulit untuk mengaturnya. Sudah terlanjur, sudah menjadi kebiasaan masyarakat membangun rumah di tempat yang dianggap strategis, tanpa memperdulikan
lingkungan”. Berdasarkan jawaban responden, pengelolaan lingkungan hidup oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Mamasa dianggap tidak serius dilaksanakan. Seperti yang disampaikan Bapak Al dan Bapak Fr, bahwa pemerintah daerah membiarkan saja
masyarakat membangun rumah di kawasan-kawasan yang seharusnya tidak tepat untuk pemukiman. Pemerintah sulit untuk mengendalikannya. Meskipun umumnya
menyatakan tidak tahu, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat bersikap apatis, tidak mau tahu, apakah pemerintah Kabupaten Mamasa menangani lingkungan dengan baik
atau tidak. Masyarakat juga menganggap pemerintah tidak melakukan reboisasi untuk menanggulangi. Tetapi berdasarkan Mamasa Dalam Angka 2010, penanggulangan lahan
kritis telah dilaksanakan pada tahun 2009 hanya mencapai 4.295 hektar 4,11 dari seluruh lahan kritis, dan tidak ada program kelanjutannya.
Pada umumnya ‘jarang ada pelanggaran’ pemanfaatan tata ruang di Mamasa. Sebagai daerah yang baru, maka pembangunan di segala bidang sangat tinggi
frekuensinya. Rencana tata ruang wilayah, maupun rencana detail tata ruang serta rencana dasar pembangunan dan lingkungan hidup mestinya telah dibuat, namun karena
tidak ada sosialisasi dari pemerintah daerah maka masyarakat tidak mengetahui. Tetapi dengan melihat lebih seksama, maka pelanggaran pemanfaatan tata ruang banyak terjadi
di Kabupaten Mamasa. Pelanggaran tersebut terjadi karena masyarakat kurang mengetahui akan fungsi dan peruntukan suatu lahan yang dia miliki. Berdasarkan
Mamasa Dalam Angka 2010, surat ijin mendirikan bangunan IMB di Kabupaten Mamasa masih sangat sedikit, tahun 2006 sebanyak 80 surat IMB diterbitkan, tahun
2007 diterbitkan surat IMB sebanyak 136 surat, tahun 2008 sebanyak 84 IMB dan tahun 2009 data tidak tersedia. Hal ini menunjukkan bahwa pelanggaran yang terjadi karena
ketidaktahuan masyarakat.
4.2.5.4 Pendapatan Asli Daerah PAD
Kabupaten Rote Ndao mempunyai PAD yang kecil sepersepuluh lebih sedikit dibandingkan PAD Kabupaten Rokan Hilir, dan lebih dari satu setengahnya PAD
Kabupaten Mamasa. Pendapatan Asli Daerah PAD di Kabupaten Mamasa sangat kecil, hal itu disebabkan karena di Mamasa merupakan kabupaten agraris yang tidak
mempunyai industri atau perusahaan yang besar. Kontribusi PAD terbesar dari retribusi daerah, yang berarti pemerintah daerah telah menyediakan fasilitas terlebih dahulu guna
kepentingan umum, seperti pasar. Pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan penerimaan PADnya sesuai dengan potensi daerahnya, tanpa merusak lingkungan hidup.