Kabupaten Rote Ndao Kesejahteraan masyarakat ditinjau dari kondisi lingkungan hidup di tiga kabupaten pemekaran
Permasalahan lingkungan dapat diartikan sebagai masalah habisnya sumberdaya alam karena eksploitasi yang berlebihan yang melebihi tingkat pemulihannya, sehingga
membahayakan keberlangsungan makhluk hidup. Persepsi masyarakat terhadap lingkungan hidup di tiga kabupaten terlihat dalam tabel berikut.
Kontribusi PAD terhadap APBD yang rendah dan dominannya dana perimbangan dalam penyelenggaraan pemerintah kabupaten pemekaran menunjukkan ketergantungan
fiskal kabupaten pemekaran pada dana perimbangan daripada mengandalkan pembiayaan dari PAD. Kuncoro 2004 telah mengidentifikasi faktor penyebab utama
ketergantungan fiskal di Indonesia, setidaknya meliputi : 1 kurang berperannya perusahaan daerah sebagai sumber pendapatan daerah; 2 tingginya derajat
desentralisasi dalam bidang perpajakan; 3 kendati pajak daerah cukup beragam, ternyata hanya sedikit yang bisa diandalkan sebagai sumber penerimaan; 4 adanya
kekhawatiran apabila daerah mempunyai sumber keuangan yang tinggi, maka ada kecenderungan terjadi disintegrasi dan separatisme; 5 kelemahan dalam pemberian
subsidi. Tabel 16 Pendapatan Asli Daerah dan persepsi masyarakat terhadap lingkungan
hidup di tiga kabupaten pemekaran Kabupaten
PADAPBD Program lingkungan
hidup Persepsi masyarakat
Rokan Hilir - Kecil, jasa gi-
ro dan lain-2 PAD yang sah
- Tidak ada program - Relatif baik
- Banjir dan kebakaran lahan - Disengaja
- Masyarakat kurang peduli LH - Pemda kurang serius menangani
Rote Ndao - Kecil, berasal
dari retribusi dan lain-2
PAD yang sah - Embung penampung air
- Hutan yg tertata batas sdh setengahnya
- Wajib tanam dan me- melihara 5-10 pohon KK
- Kondisi LH tidak tahu - Kadang terjadi tanah longsor
- Hutan gundul - Masyarakat cukup peduli LH
- Pemda serius menangani
Mamasa - Kecil sekali,
dari kekayaan daerah yang
dipisahkan - Reboisasi 5 2009
- Tidak ada kelanjutan - Tidak ada program lain
- Relatif baik - Bencana tanah longsor
- Struktur tanah dan hujan - Masyarakat kurang peduli LH
- Pemda kurang serius menangani
Sumber : BPS 2011, data primer 2011 lihat Lampiran 8, Tabel 10a.
Pemerintah daerah juga dapat melakukan upaya peningkatkan PAD melalui optimalisasi peran BUMD dan BUMN. Peranan investasi swasta dan perusahaan milik
Negaradaerah diharapkan dapat berfungsi sebagai pemacu utama pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah engine of growth dan sebagai center of economic
activity. Dari sisi eksternal, daerah dituntut untuk menarik investasi asing agar bersama-
sama swasata domestic mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah serta menimbulkan multiplier effect yang besar Mardiasmo 2002
Kabupaten Rote Ndao dengan kondisi lingkungan yang kering, masyarakat tidak dapat menilai, bagaimana kondisi lingkungan hidupnya. Masyarakat sering kesulitan
mencari air bersih, apalagi pada musim kemarau. Dalam wawancara dengan Bupati Rote Ndao, yang memprogramkan pembuatan “embung-embung” atau tandon air sehingga
pada musim kemarau air di Kabupaten Rote Ndao masih tersedia. Bencana banjir memang tidak pernah terjadi di Kabupaten Rote Ndao karena topografi yang berbukit,
tetapi bencana alam seperti tanah longsor, kebakaran, angin topan, kecelakaan di laut kadang terjadi. Bupati Rote Ndao juga menjelaskan : “Karena topografinya Kabupaten
Rote Ndao tidak pernah banjir, yang ada kadang longsor”. Jawaban responden menggambarkan bahwa kadang-kadang terjadi bencana
alam, terutama bencana kebakaran, angin topan dan kecelakaan laut. Berdasarkan penuturan masyarakat bencana tanah longsor, kebakaran dan angin topan kadang
membawa korban jiwa dan harta wawancara dengan Bapak Sh, hari Senin malam, tanggal 19 September 2011 di warung. Rote Ndao Dalam Angka 2010 juga mencatat, di
tahun 2009 terjadi bencana alam sebanyak hampir tigapuluh kejadian kebakaran, angin topan dan kecelakaan di laut dengan jumlah korban satu meninggal dunia, lebih
empatpuluh orang luka dengan taksiran kerugian hampir mencapai satu miliar. Penyebab bencana menurut persepsi masyarakat Rote Ndao yang utama adalah
dikarenakan ketidakpedulian masyarakat terhadap lingkungan serta hutan yang telah rusak. Hal itu diperkuat pernyataan Bupati Rote Ndao “Penyebab longsor, hutan gundul.
Setiap KK wajib menanam pohon 5 – 10 batang dan wajib memeliharanya”. Walaupun begitu, masyarakat ada yang menganggap pemerintah masih kurang dapat
mengendalikan lingkungan. Kondisi sumberdaya alam hutan dan sumberdaya air yang ada di Kabupaten
Rote Ndao masih baik menurut persepsi masyarakat. Hal tersebut juga ditunjang oleh program Bupati Kabupaten Rote Ndao, Drs. LH, MM yang mengatakan : “Membangun
‘embung-embung’ di beberapa tempat untuk menampung air. Dengan harapan pada musim kemarau, tandon air masih tersedia dan dapat mencukupi kebutuhan masyarakat.
‘Embung’ ini merupakan salah satu usaha untuk mengembalikan kelestarian lingkungan dan sumberdaya air yang memang rawan dan kurang baik di Kabupaten Rote Ndao”
hasil wawancara dengan Bupati Rote Ndao di ruang kerjanya pada hari Senin, tanggal 19 September 2011. Embung telah dibuat sebelum otonomi tahun 1990, jumlah
‘embung’ saat ini mencapai 426 buah, sebanyak 324 buah dibangun era bupati sekarang Bapak Drs, LH, MM, dan pembangunan embung terus ditambah. Walaupun begitu,
ada juga responden yang menggannggap sumberdaya yang ada sudah rusak bahkan sangat rusak.
Pengelolaan lingkungan hidup oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Rote Ndao serius dilaksanakan. Hal itu juga dirasakan oleh masyarakat berkat hasil usaha Bupati
Kabupaten Rote Ndao untuk memperbaiki tatanan air dengan membangun ‘embung’ sebagai tandon air di musim kemarau yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
banyak. Bupati juga mewajibkan setiap Kepala Keluarga di Kabupaten Rote Ndao menanam pohon 5 – 10 batang di halaman rumahnya. Bupati Rote Ndao mengatakan :
“Kesadaran masyarakat di Kabupaten Rote Ndao akan lingkungan hidup sangat tinggi, karena mereka menyadari kondisi Rote yang harus ekstra dalam memelihara lingkungan
hidupnya”. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan seorang warga Bapak Y yang mengatakan : “Kami menanam pohon itu karena kami sendiri butuh Bapak, dengan
adanya pohon, lingkungan kami jadi terasa tidak begitu panas. Memang ada perintah dari Bapak Bupati untuk menanam pohon di lingkungan kita masing-masing, Bapak. Itu
menjadi tambahan semangat kami untuk menanam pohon lebih banyak dan lebih peduli akan tanaman kami” wawancara dengan Bapak Y, hari Selasa tanggal 20 Septermber
2011, di halaman rumahnya. Menurut informasi dari aparat pemerintah, sampai saat ini pohon yang ditanam dan diperlihara oleh masyarakat per kepala keluarga diperkirakan
sudah mencapai 100 pohon, karena program tanam pohon dimulai jauh sebelum otonomi daerah 1987, dan saat ini lebih digalakkan lagi.
Jawaban responden pada umumnya ‘tidak tahu’ ada pelanggaran pemanfaatan tata ruang atau tidak. Tetapi dengan melihat lebih seksama, maka pelanggaran
pemanfaatan tata ruang banyak terjadi di Kabupaten Rote Ndao. Pelanggaran tersebut terjadi karena masyarakat kurang mengetahui akan fungsi dan peruntukan suatu lahan
yang dia miliki. Seorang warga mengatakan pernah ditegur seorang petugas karena membangun warungnya terlalu menjorok ke luar jalan, katanya : “Pak, ini jangan
menjorok ke jalan karena mengganggu pejalan dan melanggar aturan” sebagaimana hasil wawancara dengan pemilik warung pada hari Selasa, tanggal 20 September 2011.
Jadi pelanggaran yang terjadi disebabkan ketidaktahuan masyarakat akan tataguna lahan yang ada di Kabupaten Rote Ndao.
Topografi Kabupaten Mamasa bergunung-gunung, secara keseluruhan terletak pada ketinggian 1.750 – 2.950 meter di atas permukaan laut dan suhu udara rata-rata 26
Celcius dan pada bulan tertentu Februari-Maret, Juni-Juli, September dan Desember 2009 suhu mencapai minimum yaitu 21
Kabupaten Mamasa dengan alamnya yang indah akan dikembangkan sebagai daerah wisata, memiliki objek wisata di setiap kecamatan yang kesemuanya sebanyak 62
Celcius. Lebih dari separuh 66,80 wilayahnya bergunung-gunung dengan kemiringan lebih dari 40 derajat. Wilayah
berbukit dengan kemiringan 15 – 40 derajat merupakan wilayah terluas kedua 32,4 yang meliputi area sekitar 896 kilometer persegi. Sisanya 0,7 merupakan wilayah
bergelombang. Dengan topografi seperti itu, jalan menuju Mamasa berkelok-kelok dan mendaki dengan lebar jalan sekitar 5-7 meter. Seluruh jalan dalam kondisi rusak. Baik
itu jalan beraspal milik provinsi sepanjang 64,20 kilometer, jalan kerikil antarkecamatan sepanjang 160,48 kilometer dan jalan tanah antardesa sepanjang 565,34 kilometer Tim
Litbang Kompas, 2005. Kondisi saat ini tidak jauh berbeda dengan kondisi tahun 2005 tersebut, hanya jalan di Kota Mamasa lebih baik dan sedang dibangun jalan poros
Mamasa dengan cor yang baru mencapai lebih kurang 15 kilometer dari Kota Mamasa, dan sedang dalam pengerjaan pembangunan jalan tembus yang diharapkan dapat
menghubungkannya dengan Kabupaten Toraja, dengan panjang jalan lebih kurang 23 kilometer. Pelabuhan udara sedang dalam proses pembangunan di Kecamatan
Sumarorong, yang nantinya diharapkan menjadi pintu masuk utama ke Kota Mamasa. Jaringan telepon kabel sampai saat ini belum ada. Sarana komunikasi menggunakan
telepon genggam dengan dua jaringan telepon seluler yang dapat digunakan – kalau cuaca tidak baik, tidak dapat berfungsi dengan baik. Kantor pos ada dua tempat yaitu di
Kecamatan Mamasa dan Kecamatan Sumarorong. Kabupaten Mamasa yang mempunyai topografi bergunung-gunung berhawa sejuk tersebut, lahannya sangat subur bagi
tanaman kopi arabika, robusta, kakao, dan kelapa yang diusahakan oleh masyarakat perkebunan rakyat. Hasil kopi masyarakat petani dari Kabupaten Mamasa terkenal
berkualitas baik, tetapi karena tidak adanya pegolahan dan kurangnya pemasaran maka kopi hasil dari petani Mamasa dibawa ke Kabupaten Toraja, diolah dan dipasarkan di
sana dengan nama “Kopi Toraja”.
obyek Mamasa Dalam Angka 2010. Dalam wawancara dengan seorang tokoh masyarakat yang mengatakan : “Contohnya seperti wisata budaya Kuburan Tedong-
tedong Minanga di Kecamatan Mamasa, wisata alam Air Terjun Sarambu dan Permandian Air Panas di Desa Tadisi Kecamatan Sumarorong, Agro Wisata Perkebunan
Markisa di Kecamatan Mamasa, Wisata Budaya Rumah Adat, Perkampungan Tradisional Desa Ballapeu, Tradisi Mebaba dan Mangngaro di Nosu merupakan tradisi
yang unik yang tidak ada di tempat lain. Memang kebudayaan Mamasa mirip kebudayaan Toraja, maka sering disebut Toraja Barat” wawancara dengan Bapak Dm,
tanggal 5 Oktober 2011 di rumahnya. Kawasan hutan di Kabupaten Mamasa seluas 198.647 hektar atau 66,09 dari total luas wilayah. Kawasan hutan terdiri dari hutan