Indeks Williamson Teknik Analisis Data

- Kontribusi PAD terhadap APBD kurang dari empat persen dan lebih tinggi dari ketiga kelas lainnya. Sebanyak 34 kabupaten dalam klasifikasi “daerah berkembang cepat” berada di Provinsi Sulawesi Selatan Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Bombana, Wakatobi, dan Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Tojo Una-una, Provinsi Papua Kabupaten Waropen, Pegunungan Bintang, Keerom, Puncak Jaya, Asmat, Tolikara, , Provinsi Papua Barat Kabupaten Teluk Wondama dan Teluk Bintuni, Provinsi Sumatera Barat Kabupaten Solok Selatan dan Dharmasraya, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Kabupaten Gayo Lues, Bener Meriah, Bireun, Simeuleu, Provinsi Sumatera Utara Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Bengkulu Kabupaten Seluma, Provinsi Riau Kabupaten Rokan Hulu, Pelalawan, Siak, Provinsi Jambi Kabupaten Sarolangun, Provinsi Sumatera Selatan Kabupaten Banyuasin, dan Ogan Ilir, Provinsi Bangka Belitung Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Maluku Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Kalimantan Barat Kabupaten Sekadau, Provinsi Kalimantan Timur Kabupaten Penajem Paser Utara dan Nunukan, Provinsi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Rote Ndao, Klasifikasi “daerah relatif tertinggal” selain mempunyai laju pertumbuhan ekonomi dan laju pertumbuhan PDRB per kapita di bawah provinsi, juga mempunyai karakteristik : - AHH rata-rata di bawah AHH nasional tetapi paling tinggi di semua kelas. - Pengeluaran per kapita rata-rata melebihi pengeluaran per kapita nasional dan lebih tinggi dari ‘daerah maju dan cepat tumbuh’. - PDRBadhk rata-rata maupun PDRBadhb rata-rata jauh di bawah PDRB nasional dan paling rendah di antara kelas lainnya. - Kontribusi PAD terhadap APBD empat persen lebih dan lebih tinggi daripada ‘daerah maju dan cepat tumbuh’ serta ‘daerah maju tetapi tertekan’. “Daerah relatif tertinggal” tersebut sebanyak 49 kabupaten berada di Provinsi NAD Kabupaten Nagan Raya, Aceh Tamiang, Aceh Jaya, Aceh Barat Daya, Aceh Singkil, Provinsi Sumatera Selatan Kabupaten OKU Timur, OKU Selatan, Provinsi Jambi Kabupaten Muaro Jambi, dan Tebo, Provinsi Kepulauan Riau Kabupaten Lingga, dan Karimun, Provinsi Sumatera Utara Kabupaten Samosir, Humbang Hasundutan, Nias Selatan, dan Pak-pak Barat, Provinsi Bengkulu Kabupaten Muko- muko, dan Kaur, Provinsi Bangka Belitung Kabupaten Bangka Tengah, dan Bangka Selatan, Provinsi Lampung Kabupaten Way Kanan, dan Lampung Timur, Provinsi Papua Kabupaten Sarmi, Paniai dan Yahukimo, Provinsi Papua Barat Kabupaten Sorong Selatan, dan Raja Ampat, Provinsi Kalimantan Timur KabupatenMalinau, Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Barat Kabupaten Landak, dan Melawi, Provinsi Kalimantan Selatan Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah Kabupaten Gunung Mas, dan Barito Timur, Provinsi Sulawesi Tengah Kabupaten Buol, Provinsi Sulawesi Utara Kabupaten Kepulauan Talaud, Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Barat Kabupaten Mamasa, Provinsi Gorontalo Kabupaten Bone Bolango, Boalemo, Provinsi Maluku Kabapaten Buru, Seram Bagian Timur, Seram Bagian Barat, dan Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku Kabupaten Kepulauan Sula, Halmahera Utara dan Halmahera Selatan, Provinsi NTT Kabupaten Lembata, dan Manggarai Barat. Berdasarkan klasifikasi tersebut, maka Kabupaten Rokan Hilir masuk pada kategori ‘daerah maju tetapi tertekan’, Kabupaten Rote Ndao masuk pada kategori ‘daerah cepat berkembang’ dan Kabupaten Mamasa masuk pada kategori ‘daerah relatif tertinggal’. 4.2 Kesejahteraan masyarakat di tiga kabupaten pemekaran 4.2.1 Kesejahteraan masyarakat ditinjau dari pembangunan ekonomi Tujuan dari pemekaran daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan kesejahteraan masyarakat dapat diukur dengan tingkat pertumbuhan dari perekonomian daerah yang bersangkutan. Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah added value yang terjadi. Perhitungan pendapatan wilayah pada awalnya dibuat dalam harga berlaku, namun agar dapat melihat pertambahan dari satu kurun ke kurun waktu berikutnya harus dinyatakan dalam nilai riel, artinya dinyatakan dalam harga konstan Tarigan,2005. Selanjutnya Tarigan 2005 mengutip Boediono 1985:1 yang menyatakan “pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang”. Jadi, persentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut. Menurut Boediono ada ahli ekonomi yang membuat definisi yang lebih ketat, yaitu bahwa pertumbuhan itu haruslah “bersumber dari proses intern perekonomian tersebut”. Ketentuan yang terakhir ini sangat penting diperhatikan dalam ekonomi wilayah, karena bisa saja suatu wilayah mengalami pertumbuhan tetapi pertumbuhan itu tercipta karena banyaknya bantuansuntikan dana dari pemerintah pusat dan pertumbuhan itu terhenti apabila suntikan dana itu dihentikan. Dalam kondisi seperti ini, sulit dikatakan ekonomi wilayah bertumbuh. Adalah wajar suatu wilayah terbelakang mendapat suntikan dana dalam proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan wilayah lainnya, akan tetapi setelah suatu jangka waktu tertentu, wilayah itu mestinya tetap bisa bertumbuh walaupun tidak lagi mendapat alokasi yang berlebihan. Pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB suatu daerah esensinya menggambarkan perekonomian suatu daerah yang menghasilkan barang dan jasa sebagai agregat dari konsumsi rumah tangga, investasi dan pengeluaran pemerintah net eksport. Sehingga implikasinya produktivitas suatu daerah sangat tergantung pada tinggi rendahnya output yang dihasilkan dalam suatu aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan faktor produksi yang terdiri dari capital dan labor sebagai komponen utama dalam perekonomian suatu daerah Yulistiasi, dkk, 2007 atau PDRB merupakan penjumlahan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi, di suatu wilayah tertentu satu tahun kalender. Kegiatan ekonomi yang dimaksud mulai kegiatan pertanian, pertambangan, industri pengolahan, sampai dengan jasa-jasa BPS, 2009. PDRB atas dasar harga berlaku PDRBadhb atau PDRB nominal mengukur nilai output dalam satu periode dengan menggunakan harga pada periode tersebut. PDRBadhb berubah dari tahun ke tahun karena dua alasan. Pertama, output fisik barang berubah; dan kedua, harga pasar berubah. Perubahan pada PDRB nominal sebagai akibat dari perubahan harga tidak menjelaskan apapun tentang kinerja perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa Mankiew, 2003, tetapi dengan PDRBadhb dapat diketahui sampai di mana harga-harga dan output fisik berbagai jenis barang dan jasa mengalami perubahan. PDRB atas dasar harga konstan PDRBadhk menunjukkan apa yang akan terjadi terhadap pengaluaran atas output jika jumlah berubah tetapi harga tidak, atau didasarkan atas harga pada tahun tertentu sehingga kenaikan pendapatan hanya disebabkan oleh meningkatnya jumlah fisik produksi, karena harga dianggap tetap konstan. Akan tetapi, pada sektor jasa yang tidak memiliki unit produksi, nilai produksi dinyatakan dalam harga jual. Oleh karena itu, harga jual harus dideflasi dengan menggunakan indeks inflasi atau deflator lain yang dianggap sesuai. Laju pertumbuhan ekonomi umumnya diukur dari kenaikan nilai konstan. Tabel 11 Pertumbuhan PDRBadhk dan pertumbuhan penduduk di tiga kabupaten pemekaran dan kabupaten induknya selama 2005 - 2009 Kabupaten pemekaran Laju per- tumbuhan ekonomi Laju per- tumbuhan penduduk Kabupa- ten induk Laju per- tumbuhan ekonomi Laju per- tumbuhan penduduk Rokan Hilir - Kecil de- ngan migas dan cende- rung turun. Non migas fluktuasi dan - Meningkat per tahun dan pertumbuhan ekonomi de- ngan migas. Tapi tanpa migas Bengkalis - Fluktuatif, me nurun dan kecil dengan mi gas. Non migas, besar dan melambat - Menurun, juml penduduk ≈ kab. pemekarannya. Rata-2 minus pertumbuhan ekonominya Rote Ndao - Fluktuatif, cenderung melambat - Meningkat, dari laju per- tumbuhan ekonomi Kupang - Fluktuatif, melambat, dari kabupaten pemekarannya - Menurun, rata-2 minus dan dari laju pertumbhan ekonomi Mamasa - Fluktuatif, cenderung turun - Rendah dan cenderung minus, per- tumbuhan ekonominya Polewali Mandar - Fluktuatif, cenderung melambat - Menurun dan rendah dan dari pertumbhan ekonominya Sumber : BPS, 2010 lihat Lampiran 5 Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat saja terjadi tanpa memberi dampak positif pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini bisa disebabkan karena tingkat pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi daripada tingkat pertumbuhan pendapatan di wilayah tersebut. Bagi daerah, indikator ini sangat dibutuhkan untuk menilai kinerja pembangunan yang telah dilaksanakan, serta berguna pula untuk menentukan arah pembangunan pada masa yang akan datang. Data pertumbuhan ekonomi diturunkan dari PDRB atas dasar harga konstan. Harga konstan yang digunakan adalah data harga tahun 2000 BPS, 2009a. Nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 adalah jumlah nilai produk atau pendapatan atau pengeluaran yang dinilai atas dasar harga yang tetap pada tahun 2000. Laju pertumbuhan PDRBadhk 2000 dan laju pertumbuhan penduduk di tiga kabupaten pemekaran, maka dapat dianalisis sebagai berikut.